Titik Balik Novak Djokovic: Pendakian Gunung Victoire

10 September 2018 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Novak Djokovic juarai AS Terbuka 2018. (Foto: Robert Deutsch-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Novak Djokovic juarai AS Terbuka 2018. (Foto: Robert Deutsch-USA TODAY Sports)
ADVERTISEMENT
Musim 2018 bukan periode yang mudah bagi Novak Djokovic. Berlaga di Australia Terbuka 2018, Djokovic menuai kekalahan dari petenis Korea Selatan, Chung Hyeon, di babak keempat dalam tiga set langsung.
ADVERTISEMENT
Di gelaran kompetisi Grand Slam seri kedua, Prancis Terbuka, langkah Djokovic terhenti di babak perempat final setelah dikalahkan oleh petenis Italia kelahiran Sisilia, Marco Cecchinato.
Salah besar jika menyebut kegagalan Djokovic di musim 2018 hanya terjadi di kompetisi Grand Slam. Setelah kegagalan di Australia Terbuka, Djokovic gugur di babak kedua Miami Terbuka melawan petenis Prancis, Benoit Paire. Dua minggu sebelum terbang ke Paris, Djokovic berlaga di Italia Terbuka. Sayangnya, di semifinal ia kalah dari Rafael Nadal.
"Saya sangat, sangat kecewa dengan kekalahan beruntun itu. Saya sebetulnya merasa bahwa saya memulai laga yang cukup baik di Roma. Tapi, saya juga berpikir bahwa sayalah yang menjadi penyebab kekalahan di Roland Garros itu," ucap Djokovic.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancaranya bersama Jonathon Braden untuk AS Terbuka, Djokovic bercerita bahwa usai kekalahan di Roland Garros itu, ia memang ogah-ogahan untuk bertanding di Wimbledon. Memisahkan diri dari dunia tenis untuk sementara dipandangnya sebagai solusi terbaik. Alhasil, Djokovic dan istrinya, Jelena, pun memutuskan untuk mencari ketenangan dan mendaki Gunung Victoire di Prancis.
“Kami hanya mencoba untuk melihat segalanya dengan perspektif berbeda. Tapi, itu memberikan inspirasi dan motivasi baru. Saya memikirkan tentang tenis, tentang bagaimana tenis mempermainkan emosi saya. Semuanya memberikan hal-hal positif. Saya merasa, saya mendapatkan napas yang baru saat melakoni olahraga ini,” jelas petenis asal Serbia.
Enam minggu setelah pendakian itu, paceklik gelar juara Djokovic berakhir. Trofi kemenangan Wimbledon 2018 diangkatnya tinggi-tinggi berkat kemenangan 6-2, 6-2, dan 7-6 (7-3) di partai puncak atas petenis Afrika Selatan, Kevin Anderson.
ADVERTISEMENT
Djokovic dan Kerber di penutupan Wimbledon 2018. (Foto: Thomas Lovelock/AELTC/Pool via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Djokovic dan Kerber di penutupan Wimbledon 2018. (Foto: Thomas Lovelock/AELTC/Pool via Reuters)
Dalam surat terbukanya, Djokovic menjelaskan bahwa ia tak hanya menang atas lawan-lawannya tapi juga atas persoalan mental yang selama ini merongrong. Sebulan setelahnya, Djokovic merengkuh gelar juara di Western & Southern Open (Cincinnati) 2018 setelah mengandaskan perlawanan Roger Federer di laga final.
Rentetan gelar juara itu diteruskan di Flushing Meadows. Laga final melawan petenis Argentina yang menyandang peringkat tiga dunia, Juan Martin del Potro, dituntaskannya dengan kemenangan 6-3, 7-6 (7-4), 6-3.
“Kalau mau jujur, rasanya saya juga tidak bisa percaya bisa menjuarai Wimbledon, Cincinnati, dan AS Terbuka. Terlebih, saya baru naik meja operasi Februari lalu. Tapi, sebagian dari diri saya juga percaya bisa meraih semua ini. Saya berharap, tenis milik saya akan sampai pada level yang benar-benar saya inginkan," jelas Djokovic.
ADVERTISEMENT