Toilet Ramah Difabel, Tantangan Istora di Asian Para Games

28 September 2018 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toilet Difabel (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toilet Difabel (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setelah menjadi jantung penyelenggaraan Asian Games, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, kembali disibukkan untuk menjadi tempat hajatan multievent se-Asia, kali ini bertajuk Asian Para Games 2018.
ADVERTISEMENT
Pesta olahraga atlet penyandang disabilitas atau difabel itu mempertandingkan 18 cabang olahraga (cabor), dua di antaranya bulu tangkis di Istora GBK dan panahan di Lapangan Panahan. Namun, aksesibilitas dua venue itu hingga saat ini belum bisa dibilang sempurna.
Dalam agenda kunjungan Menteri Sosial, Agus Gumiwang Kartasasmita, ke Istora, Jumat (28/9/2018), turut hadir Cucu Saidah, inisiator dari komunitas Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT). Menuju pintu masuk Istora, Cucu langsung memberi masukan untuk menambah landaian.
Setelah berkeliling bersama Menteri Sosial dan juga Ketua Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari, Cucu juga menyoroti toilet umum yang tersedia di Istora.
Meski sudah tersedia satu bilik disabilitas di setiap toilet, Cucu mengatakan akan lebih ideal jika ditambah dengan toilet unisex (boleh laki-laki dan perempuan). Pasalnya, terkadang pendamping merupakan suami/istri, atau orang lain dengan jenis kelamin berbeda.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya saya sudah mengecek toilet di bandara, dan itu buat saya happy. Selain di dinding, ada hand rail yang bisa digerakkan, bisa swing. Fleksibel bagi orang yang pegangan di kiri dan kanan. Prinsip mudah diakses itu mudah, aman, nyaman, dan respek terhadap kemandirian," kata Cucu kepada wartawan.
"Kalau siap, mungkin siap secara venue untuk bertanding. Tinggal akses dan fasilitas pendukung. Pusat informasi atau help desk juga harus ada di lokasi yang strategis. Tulisan-tulisan juga masih terlalu kecil," katanya menambahkan.
Satu yang paling krusial, Cucu memberi masukan untuk bentuk panggung yang digunakan sebagai area menonton bagi pengguna kursi roda. Untuk diketahui, Istora tidak memiliki tribune bagi kursi roda, sehingga di Asian Para Games nanti tiga baris kursi terbawah di Zona B, C, dan D akan dilepas dan diganti dengan panggung.
ADVERTISEMENT
Venue Asian Para Games, Istora Senayan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Venue Asian Para Games, Istora Senayan. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Area tersebut diharapkan bisa menjadi tribune bagi 100 penonton kursi roda. Dengan adanya panggung itu, kapasitas total 7.200 penonton akan berkurang menjadi sekitar 5.000 penonton.
"Nanti kemiringan panggung untuk duduk pengguna kursi roda tidak boleh lebih dari 8 derajat. Idealnya untuk di dalam ruangan itu 6 derajat," pesan Cucu.
Sementara di Lapangan Panahan GBK, urgensi menyoal pada belum adanya guiding block (jalur pemandu disabilitas) menuju venue. Satu lagi, toilet juga lagi-lagi masih dinilai kurang mudah diakses bagi penyandang disabilitas terutama pengguna kursi roda.
"Pintu terlalu berat, seharusnya pintu geser dan lebarnya 90 cm. Pegangan (grab bar/ hand rail, -red) juga terlalu tinggi. Cerminnya saja tinggi, bagaimana kami mau pakai? Tekstur lantai juga lebih baik yang timbul," kata Eva Rahmi Kasim, Analis Kebijakan Kementerian Sosial yang juga hadir dalam agenda kunjungan venue.
ADVERTISEMENT