Tunggal Putra Tak Terbebani oleh Perbandingan dengan Sektor Ganda

21 Desember 2017 16:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anthony Sinisuka Ginting (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anthony Sinisuka Ginting (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pada musim kompetisi 2017, sektor tunggal bulu tangkis Indonesia belum berbicara banyak. Dari 12 gelar Super Series/Premier yang direngkuh Indonesia, hanya satu gelar yang disumbang sektor tunggal, tepatnya tunggal putra.
ADVERTISEMENT
Catatan 12 gelar sekaligus rekor pencapaian terhebat bulu tangkis Indonesia itu sendiri lebih dari setengahnya disumbang oleh ganda putra terbaik, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, dengan tujuh gelar.
Tambahannya, dua gelar diraih oleh ganda campuran kawakan, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, dan satu gelar masing-masing disumbang Praveen Jordan/Debby Susanto serta ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Sementara satu gelar dari sektor tunggal berasal dari Anthony Sinisuka Ginting yang mengalahkan rekan sesama Indonesia, Jonatan Christie, di Korea Terbuka, September lalu.
Hanya puas dengan sumbangsih satu gelar, sektor tunggal olahraga tepok bulu itu pun tak bisa menghindar untuk selalu dibandingkan dengan sektor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Untuk urusan ini, kepala pelatih tunggal putra, Hendry Saputra, punya pemikiran lain. Pelatih yang akrab disapa Koh Hendry itu mengaku tidak memikirkan perbandingan torehan sektor tunggal dan ganda.
ADVERTISEMENT
Alih-alih, Hendry menegaskan selalu menjadikan hal itu sebagai pemicu untuk meningkatkan prestasi sektor tungga putra bulu tangkis Tanah Air yang ia nakhodai.
"Jangan dibandingkanlah, kalau lihat dari umur dan latar belakangnya, bagi saya malah sektor tunggal putra itu menonjol," begitu seruan semangat Koh Hendry --demikian ia biasa disapa-- saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) via telepon.
"Marcus/Kevin saya akui itu memang jauh di atas rata-rata, di dunia juga (terbaik). Namun, kalau di sektor tunggal putra, terutama bicara PBSI, (kami) hebat, lho," selorohnya.
Dengan penuh semangat, Hendry pun menegaskan tidak adil jika hanya melihat dari perolehan gelar. Ia meminta kepada semua pihak untuk melihat secara komprehensif. Bagi Hendry yang melatih Anthony dan Jonatan, keduanya sudah menorehkan catatan apik dengan tampil di final Korea Terbuka 2017.
ADVERTISEMENT
Atlet bulu tangkis putra INA, Jonatan Christie. (Foto: Wahyu Putro A./ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis putra INA, Jonatan Christie. (Foto: Wahyu Putro A./ANTARA)
"Dengan umur Anthony (21 tahun) dan Jonatan (20 tahun), coba cek, pernah nggak all Indonesian final? Nggak 'kan? Saya lihatnya dari sisi itu, hebat sekali. Saya perlu acungi jempol untuk atlet saya," selorohnya.
"Kalau mau dibandingkan dengan sektor lain, boleh saja, tapi lihat latar belakangnya, umur dan jam terbang berapa. Kalau terus dibandingkan tidak masalah, sih, itu acuan bagi kami biar lebih semangat dan termotivasi," kata Hendry.
Di 2017, selain Anthony yang mempersembahkan gelar di Korea Terbuka, Jonatan pun mengukir prestasi lewat emas SEA Games Malaysia 2017 di nomor tunggal putra.
Musim depan, Anthony, yang kini berada di peringkat 13 dunia, dan Jonatan, yang mengekor satu peringkat di bawahnya, diharapkan mampu menjadi ujung tombak tunggal putra. Terutama jelang Piala Thomas dan Asian Games 2018 yang mendaulat Indonesia sebagai tuan rumah. Terakhir kali, emas sektor tunggal putra Indonesia direngkuh Taufik Hidayat pada Asian Games 2006.
ADVERTISEMENT