Ukun Rukaendi, Semangat Tinggi Terganjal Anggaran Negeri

27 September 2018 11:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PARA PENEMBUS BATAS. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PARA PENEMBUS BATAS. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tahun 2018 Indonesia mempunyai sosok pebulu tangkis disabilitas, Ukun Rukaendi yang bertengger di peringkat atas dunia. Dari dua nomor yang diikuti, ganda putra dan tunggal putra, masing-masing Ukun berada di peringkat 1 dan 5 dunia.
ADVERTISEMENT
Prestasi apik pebulu tangkis asal Jawa Barat itu diraih setelah menjuarai sederet turnamen bulu tangkis internasional. Dari mulai kejuaraan Asia, dunia, hingga Asian Para Games dibabat habis oleh Ukun.
Atlet Bulutangkis Ukun Rukaendi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Bulutangkis Ukun Rukaendi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Kendati demikian, Ukun menyebut tak semua turnamen internasional bisa dia ikuti. Paling-paling setiap tahunnya hanya 1-3 turnamen internasional yang bisa diikuti. Keterbatasan biaya dari pusat menjadi musabab dari keterbatasan itu.
“Saya kalau di double peringkat satu. Kalau di single dikarenakan saya ada beberapa kejuaraan yang tidak saya ikuti ya jadi saya sekarang masih peringkat 5,” ucap Ukun kepada kumparan selepas berlatih tambahan di Hartono Trade Center Sukoharjo.
Padahal, bisa jadi bila Ukun mengikuti semua turnamen internasional dia akan bertengger di posisi teratas di dua nomor yang menjadi spesialisasinya. Hampir di setiap kejuaraan yang dia ikuti, dia berhasil merengkuh trofi juara. Oleh sebab itu, wajar bila menyebut penggemar Taufik Hidayat ini adalah pemain yang ditakuti pebulu tangkis dunia.
ADVERTISEMENT
Sementara, hal kontradiktif terlihat dari atlet-atlet penyandang disabilitas dari negara lain. Mereka bisa mengikuti banyak turnamen yang dihelat sepanjang tahun.
“Jumlah kejuaraannya memang kalau teman-teman kan dari India dari ini (negara lain) kan event tiap tahun (ikut). Kalau sekarang lagi ada di Jepang ya pasti kita agak kehilangan poin lah (Ukun tidak ikut),” Ukun menerangkan.
Meski terkendala biaya, Ukun enggan berputus asa. Dia terus bangkit dan memainkan raketnya. Dalam benaknya kini yang penting adalah hasil maksimal untuk Indonesia.
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Maklum, pada 2018 ini Ukun yang sudah berusia 48 tahun akan menjadi kontingen Indonesia di Asian Para Games. Dari cabang bulu tangkis Ukun ditargetkan bisa mendulang medali emas. Ukun pun menanggapi target yang diberikan kepadanya dengan serius.
ADVERTISEMENT
“Mudah-mudahan Allah meridai bisa mengulang bisa lebih keberhasilan saya lebih daripada Asian Para games waktu di Incheon (Korea Selatan),” pinta Ukun sembari melemparkan senyum.
Di Incheon, Ukun berhasil mendulang 2 medali emas. Masing-masing satu emas dari nomor tunggal putra dan satu lagi dari nomor ganda putra. Di nomor ganda, dia berpasangan dengan Harry Susanto.
Atlet Bulutangkis Ukun Rukaendi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Bulutangkis Ukun Rukaendi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Untuk Asian Para Games tahun ini, Ukun kembali turun di dua nomor tunggal dan ganda putra. Di nomor ganda, dia masih akan berpasangan dengan Harry Susanto.
Lepas dari dera hambatan dan kenangan indah akan prestasinya, bila nantinya berhasil, banjir bonus telah siap menyambut Ukun. Dia menginginkan bonus itu tak hanya berguna bagi dirinya seorang atau keluarganya saja. Bakti kepada sesama adalah hal yang akan dia wujudkan nanti.
ADVERTISEMENT
“Rencananya ke depan kalau ada rezeki, saya pengin berbagi gitulah sama yang senasib disabilitas di kampung-kampung,” tutup Ukun berharap.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.