Warisan Greysia dan Proses Apriyani Menjadi Juara Seutuhnya

27 Agustus 2018 9:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu (kanan) mengembalikan kok ke arah lawannya. (Foto: Antara/INASGOC/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Pebulu tangkis ganda putri Indonesia Greysia Polii (kiri) dan Apriyani Rahayu (kanan) mengembalikan kok ke arah lawannya. (Foto: Antara/INASGOC/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
Greysia Polii belum bisa memenuhi target pribadi menyegel emas Asian Games 2018. Meski berbagai gelar prestisius sudah dilahap selama kariernya, Asian Games punya gengsi tersendiri. Apalagi, Indonesia tahun ini didaulat sebagai tuan rumah multievent terbesar se-Asia itu.
ADVERTISEMENT
Kegagalan pahit di Asian Games ke-18 kali ini dirasakan Greysia bersama Apriyani Rahayu. Bersama junior yang baru dipasangkan sejak Piala Sudirman Mei 2017 itu, Greysia/Apriyani kalah 15-21 dan 17-21 dari Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang).
Hanya berbeda pasangan, laga semifinal bagi Greysia seperti ulangan final Asian Games 2014 lawan musuh yang sama. Yang berbeda, bersama Nitya Krishinda kala itu, emas bisa direngkuh, sementara bersama Apriyani ia harus puas mendapat perunggu.
Greysia tak ingin menyalahkan Apriyani sebagai duo di lapangan. Alih-alih, Greysia mengatakan penampilannya kali ini adalah sebagai senior, sahabat, sekaligus asesor Apriyani untuk menjajaki puncak kariernya.
"Saya tidak kecewa dengan performa Apriyani, karena ini masih proses. Apa yang kami lakukan sejauh ini bahkan sudah diluar nalar pikir kami dan pelatih," tutur Greysia.
ADVERTISEMENT
"Tahun kemarin (saat pertama diduetkan) pelatih menargetkan dua tahun (juara), tapi belum satu tahun sudah juara dua kali (Thailand Open 2017 dan French Open 2017). Itu satu hal yang harus banyak disyukuri," katanya menambahkan.
Greysia (kiri) dan Apriyani (kanan) pada laga di Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Greysia (kiri) dan Apriyani (kanan) pada laga di Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
Semetara musim ini, dua gelar juga sudah direngkuh Greysia/Apriyani yakni di India Open dan Thailand Open. Kekalahan mereka di Asian Games 2018 disebut Greysia hanya terkendala faktor mental di lapangan, bukan urusan teknik bermain.
"Untuk kali ini lebih ke emotional feeling saya dan Apriyani saja. Khususnya Apriyani lebih kepada proses bagaimana jadi juara yang seutuhnya. Adanya saya sekarang tinggal membuat bagaimana Apriyani dan junior yang lain mau ambil kesempatan," Greysia yang sudah menginjak 31 tahun.
ADVERTISEMENT
"Karena warisan (prestasi) itu susah, tidak akan mungkin saya main sampai 10 tahun atau bahkan lima tahun ke depan. Semakin cepat (berprestasi) semakin bagus, semakin cepat mengasah fokus semakin cepat naik (level)," katanya
Apriyani (kiri) dan Greysia (kanan) di Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Apriyani (kiri) dan Greysia (kanan) di Asian Games 2018. (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Puspa Perwitasari)
Greysia pun selalu mendorong Apriyani baik selama latihan maupun dalam keseharian. Selain mengasah mental juara sang junior, ia pribadi bisa belajar menjadi lebih dewasa, bukan justru mengedepankan egonya.
"Saya sebagai senior, tapi saya bukan juara Asian Games atau apa. Sewaktu saya di lapangan, saat bisa bantu di lapangan itulah warisan berharga dari saya. Tidak ada hal terbaik yang bisa saya kasih selain itu (pengalaman)."
"Soal teknis Apriyani sudah punya kemampuan itu, dia luar biasa dan kami bisa mengimbangi level satu dunia. Apriyani sudah jauh lebih dari apa yang dia mampu. Tapi kembalil soal proses, dia masih butuh waktu. Karena itulah saya harus bertahan dan sabar dalam artian terus latihan dan bertanding untuk tetap maju dan lebih matang," pungkas Greysia.
ADVERTISEMENT