6 Benda Perawatan Tubuh yang Ternyata Merusak Lingkungan

10 Februari 2019 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makeup  Foto: dok.Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makeup Foto: dok.Thinkstock
ADVERTISEMENT
Kerusakan lingkungan tak melulu berkutat pada sampah plastik, sedotan, atau limbah rumah tangga dan pabrik. Tanpa kita sadari, ternyata benda sehari-hari yang biasa digunakan oleh kita sebagai perempuan untuk merawat tubuh dan kecantikan memiliki kontribusi pada kerusakan alam.
ADVERTISEMENT
Apa saja benda-benda tersebut? Diolah dari berbagai sumber berikut kumparanSTYLE rangkum berbagai benda yang biasa digunakan dalam keseharian kita yang ternyata dapat merusak lingkungan.
1. Pembalut
Ilustrasi tampon, panty liners, dan pembalut perempuan Foto: Shutterstock
Pernahkah terpikirkan bahwa kebutuhan merawat area kewanitaan memiliki dampak yang cukup besar terhadap lingkungan?
Secara rutin setiap bulannya, saat perempuan menstruasi setidaknya telah menyumbang sampah residu di negeri ini. Di Indonesia sendiri, penggunaan pembalut masih menjadi solusi yang paling banyak digunakan perempuan saat menstruasi. Alhasil jumlah pembalut yang menggunakan bahan sulit terurai terus menumpuk jumlahnya. Padahal diperlukan waktu 500 hingga 800 tahun untuk membuat limbah yang satu ini terurai secara alami.
Bahkan menurut data Bank Dunia, jenis sampah plastik berupa pembalut dan popok sekali pakai menyumbang angka sebesar 21 persen terhadap limbah plastik dunia. Sedangkan menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sendiri pada tahun 2015, jumlah sampah pembalut di Indonesia diperkirakan mencapai 1,4 miliar buah per bulan. Angka ini didapat dengan menghitung jumlah perempuan kategori subur di Indonesia, yakni sekitar 67 juta orang.
ADVERTISEMENT
Selain jenis limbah pembalut yang sulit untuk direduksi, kondisi ini semakin diperparah dengan belum adanya teknologi di Indonesia yang dapat mengolah secara khusus limbah pembalut di tempat pembuangan akhir sampah. Sehingga mayoritas pembalut yang ada tertimbun begitu saja di tempat pembuangan akhir.
Coba bayangkan sudah berapa banyak limbah pembalut sekali pakai yang telah kita hasilkan selama ini?
Sekalipun menjadi penyumbang sampah yang cukup banyak dan rutin, mayoritas perempuan masih lebih memilih produk ini karena kepraktisannya. Dulu, masih banyak perempuan yang memakai pembalut dari bahan kain yang bisa dipakai berulang. Namun karena jauh lebih praktis, pembalut sekali pakai menjadi alternatif bagi sebagian besar perempuan saat ini.
Namun seiring berkembangnya teknologi, beberapa negara telah mengembangkan produk penadah darah menstruasi yang kian beragam dan lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah menstrual cup, yakni alat berbentuk cawan dengan gagang di ujungnya yang terbuat dari silikon fleksibel. Pemakaiannya yang dapat digunakan berkali-kali membuatnya menjadi opsi yang cukup bijak untuk menekan jumlah limbah pembalut.
ADVERTISEMENT
2. Kapas wajah
Ilustrasi Membersihkan wajah Foto: Thinkstock
Bagi perempuan, menggunakan kapas kini telah menjadi rutinitas harian. Kita terbiasa menggunakannya untuk mengaplikasikan toner hingga menghapus sisa makeup. Tak ayal jumlah pemakaian kapas kecantikan untuk wajah semakin bertambah seiring dengan penggunaan makeup dan skincare yang kian meningkat.
Ambil, usap dan buang begitulah kira-kira alur pemakaian kapas untuk kecantikan. Dalam satu kali rutinitas kecantikan, kita bisa menggunakan 2-3 helai kapas, dan setiap kita biasanya melakukan perawatan wajah pagi dan malam hari. Coba bayangkan jika setiap perempuan memakai 6 helai kapas setiap hari, diakumulasikan dengan semua perempuan Indonesia saja, tentu jumlahnya bukan main banyaknya. Dengan jumlahnya yang kian bertambah, lama-lama kapas akan menjadi limbah sampah yang menggunung.
ADVERTISEMENT
Memang, kapas merupakan salah satu sampah yang mudah terurai, cukup dalam waktu enam bulan saja kapas akan terurai secara alami.
Ilustrasi membersihkan wajah dengan kapas. Foto: thinkstockphotos
Namun, terlepas dari limbah kapas yang mudah terurai. Proses produksi dan pengolahan kapas sendiri juga memberi dampak lingkungan yang tidak baik, karena dalam proses penanamannya sering menggunakan pupuk pestisida dalam jumlah besar. Selain itu, kapas juga menjadi salah satu komoditas pertanian yang membutuhkan konsumsi air dalam jumlah yang amat besar.
Menurut WWF, di berbagai negara penghasil kapas, para petani seringkali mengalihkan air di permukaan dan air tanah untuk mengairi ladang kapas. Hal ini menyebabkan hilangnya air tawar melalui penguapan, dan pengelolaan air yang tidak efisien. Selain itu budidaya kapas juga sangat menurunkan kualitas tanah. Diketahui selama 70 tahun terakhir, produksi kapas telah menguras dan mendegradasi tanah di banyak daerah.
ADVERTISEMENT
Melihat fakta di atas, terbayang bukan bagaimana kondisi bumi kita jika tidak bijak dalam mengkonsumsi kapas untuk wajah?
Saatnya untuk memikirkan kembali konsep menggunakan barang sekali pakai buang. Untuk membersihkan sisa makeup, menggunakan reusable facial pad sebagai pengganti kapas wajah bisa menjadi salah satu pilihan yang lebih ramah lingkungan.
3. Facial wipes
Rollover Reaction Facial Cleansing Wipes. Foto: dok. Rollover Reaction
Dilema serupa juga terjadi pada penggunaan tisu basah. Sayangnya tisu basah menjadi material yang lebih sulit untuk terurai karena mengandung bahan-bahan lain yang ditambahkan. Menurut FDA, tisu basah adalah kombinasi dari poliester, polipropilen, kapas, pulp kayu, serat rayon, dan bahan lainnya yang tidak mudah terurai.
Fungsinya sebagai facial wipes dan lap basah untuk membersihkan bagian tubuh yang kemudian dibuang setelah dipakai, menjadikan tisu basah menjadi salah satu limbah dengan jumlah yang cukup besar. Tak heran pada tahun 2015, The Guardian menganggap tisu basah sebagai 'musuh terbesar' bagi lingkungan hidup.
ADVERTISEMENT
Marine Conservation Society (MCS) pada tahun 2014 pun memperkirakan ada sekitar 35 tisu basah di setiap per kilo meter bibir pantai di Inggris, jumlah ini meningkat 50 persen dari tahun 2013.
Jadi pikirkan lagi setiap Anda akan mengambil helaian tisu basah untuk membersihkan wajah atau tangan. Apakah itu benar-benar diperlukan?
4. Sheet mask
Ilustrasi masker wajah Foto: dok. Mediheal
Sheet mask sudah menjadi bagian dari perawatan kulit yang wajib saat ini karena popularitasnnya yang semakin meningkat. Penggunaannya yang praktis sekali pakai dan mengandung bahan-bahan yang bermanfaat bagi kulit menjadikan sheet mask sebagai salah satu produk skincare favorit perempuan saat ini.
Karena penggunaannya yang dilakukan secara rutin, lama-kelamaan sheet mask ini dapat menjadi limbah sampah yang menumpuk. Di Amerika Serikat sendiri, penggunaan masker wajah ini selama rentang September 2015 hingga Agustus 2016 mengalami kenaikan sebanyak 20 persen.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, bahan penyusun sheet mask merupakan kapas dan plastik. Plastik sendiri diketahui sebagai sampah yang paling sulit untuk terurai, dibutuhkan waktu sekitar 10-1.000 tahun untuk terurai secara alami. Meskipun saat ini terdapat sejumlah plastik yang dapat terurai 1 hingga 2 tahun saja. Namun tetap saja penggunan sheet mask yang tidak bijak dapat mengancam kondisi lingkungan kita.
Salah satu brand kecantikan yang sudah merespon isu ini adalah The Body Shop yang meluncurkan biodegradable sheet mask dalam produk mereka.
The body shop drops of youth sheet mask. Foto: Dok. The Body Shop
5. Proses sugar wax
Waxing Foto: Dok. Thinkstock
Waxing adalah salah satu cara populer yang digemari perempuan untuk menghilangkan bulu-bulu di kulit. Pola penghilangan rambut semi permanen dengan teknik mencabut rambut dari akarnya ini sangat ideal untuk orang-orang dengan jenis kulit yang sensitif, karena sugar wax menggunakan bahan-bahan alami untuk menghilangkan rambut.
ADVERTISEMENT
Gabungan bahan-bahan seperti gula, jus lemon, madu dan air yang dipanaskan akan menghasilkan tekstur lengket yang menempel pada kulit. Namun untuk mencabut bulu pada kulit diperlukan kain sebagai sarana mengangkat bulu-bulu rambut tersebut. Biasanya kain belacu yang sering digunakan dalam proses sugar wax. Dengan alasan higienis, komoditas kain belacu seolah serupa seperti kapas wajah, menjadi item yang satu kali pakai buang. Tindakan ini, tentu menambah jumlah limbah yang sulit untuk diurai sehingga memberi dampak yang tidak baik bagi lingkungan.
6. Riasan glitter
Ilustrasi riasan glitter pada wajah Foto: dok.Shutterstock
Memberi efek glitter pada riasan wajah dapat menjadi pilihan yang tepat untuk menciptakan efek festive pada saat pergi ke pesta.
Namun tahukah Anda, bahwa terdapat dampak buruk terhadap lingkungan di balik penggunaan riasan ini?
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan menganggap glitter sebagai salah satu bahaya global bagi lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan, saat Anda mencoba menghapus glitter dari wajah atau tubuh Anda, maka air yang digunakan untuk menghapus riasan glitter tersebut akan larut ke tempat pembuangan. Saat itulah glitter yang mengandung mikroplastik (plastik jenis terkecil) berpotensi merusak lingkungan.
Bahkan para para ilmuwan memperkirakan terdapat 51 triliun keping mikroplastik yang telah memasuki laut. Karena bentuk glitter yang sangat kecil, banyak spesies laut - mulai dari plankton sampai paus bisa saja memakannya. Jikalau mikroplastik tersebut dimakan ikan laut, dan ikan tersebut dimakan oleh manusia maka ancaman berbahaya juga berbalik pada tubuh manusia. Melansir laman Independent, Profesor Dr. Trisia Farrelly dari Massey University juga berujar bahwa glitter terbuat dari aluminium dan PET, sejenis plastik yang penuh dengan racun dan bisa menyebabkan kanker.
ADVERTISEMENT