92 Persen Penduduk Indonesia Alami Kerusakan Gigi

26 Januari 2019 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Periksa Gigi. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Periksa Gigi. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Gelar Rakernas ke XII di Semarang, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) membawa isu jeleknya kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dibanding 5 tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan PDGI.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PB PDGI Dr. drg. RM Sri Hananto Seno MM SpBM menyampaikna hal ini usai mengisi simposium ilmiah Rakernas PDGI XII di Hotel Patra Jasa, Semarang, Jumat (25/1). Menurutnya, kondisi penurunan ini bisa disebabkan akibat perhatian yang kurang dari pemerintah maupun dokter gigi.
"Kita sudah mewajibkan para dokter gigi seluruh Indonesia untuk turun gunung melakukan bakti sosial dan mengedukasi masyarakat supaya kesehatan (gigi) itu lebih bagus," ujar dokter gigi kepresidenan itu.
Namun demikian, lanjut Seno, pihaknya juga mengira jika penurunan kesehatan gigi dan mulut ini berkaitan dengan hilangnya direktorat kesehatan di Kementerian Kesehatan yang berkaitan dengan gigi dan mulut.
"Makanya kita butuhkan upaya lebih lagi, kita dorong dan kita harus memaksa supaya pemerintah untuk membentuk komisi nasional atau ada pelatihan khusus," ujarnya.
Ketua Umum PB PDGI Dr Drg RM Sri Hananto Seno MM SpBM ditemui saat Rakernas di Semarang. (Foto: dok. Afiati Tsalitsati/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PB PDGI Dr Drg RM Sri Hananto Seno MM SpBM ditemui saat Rakernas di Semarang. (Foto: dok. Afiati Tsalitsati/Kumparan)
Sebab jika tidak dilakukan, tentunya akan berdampak pada kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia yang terus memburuk. Padahal, kata Seno, mulut merupakan pintu gerbangnya manusia. "Kalau kesehatan mulutnya jelek, maka nanti ke dalamnya jelek juga," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Parahnya lagi, kata Seno, berdasar pada Riskesdas terakhir, ditemukan fakta bahwa setiap orang mengalami 7-8 kerusakan atau kelainan gigi pertahunnya. Seharusnya kerusakan ini bisa dihambat dengan upaya preventif.
Seno menjelaskan, Riskesdas yang dilakukan pihaknya menggunakan dua cara yakni riset wawancara yang dilakukan oleh dokter gigi di Indonesia yang ada sebanyak 2.562 orang.
Dari jumlah wawancara, 57,6 persen masyarakat Indonesia mengaku pernah mengalami sakit gigi. Namun, dari jumlah tersebut hanya 10,2 persennya saja yang pernah diperiksakan ke dokter dan diobati.
"Hasil itu, tidak sesuai dengan nyata. Karena nyatanya ada yang juga sakit tapi tidak diperiksa. Jadi (hasil) wawancara dengan kenyataan itu tidak sama," terangnya.
"Yang nyata, 92 persen penduduk Indonesia mengalami kerusakan, hampir semua orang ada kerusakan gigi, nah yang diwawancara hanya 57 persen," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, sudah sangat perlu pemerintah melalukan pemerataan terkait dengan kesehatan gigi dan mulut. Apalagi jumlah Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia saat ini mencapai 32 FKG. "Dan tiap tahunnya itu mencetak 2.000 dokter gigi baru, harusnya ini dibuat pemerataannya. Ya memang pemerintah harus kerja keras apalagi faktanya begitu," tegas dia.