Ani Yudhoyono: Perajin Tenun Membutuhkan Banyak Bahan Baku dan Pewarna

18 November 2018 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ani Yudhoyono (Foto: dok.Avissa Harnes / kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ani Yudhoyono (Foto: dok.Avissa Harnes / kumparan)
ADVERTISEMENT
Kain tenun merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Karena itu, komunitas pencinta tenun dan para desainer kini mulai bekerja sama dengan para perajin di daerah untuk melestarikan tenun lewat karya-karya mereka atau membantu dalam sektor pemasaran.
Seperti Cita Tenun Indonesia misalnya, komunitas pencinta tenun ini telah 10 tahun berkecimpung di industri tenun Indonesia dan telah berupaya untuk melestarikan serta meningkatkan kesejahteraan para perajin.
Mereka melakukannya dengan memberikan wawasan dan pembinaan secara teknis bagi perajin tenun di 14 daerah di Indonesia, seperti Nagari Halaban Kabupaten 50 Koto di Sumatera Barat, Desa Kanekes (Baduy), Jepara, Pekalongan, Kabupaten Buleleng Bali, dan masih banyak lagi.
Hal ini bertujuan agar seluruh perajin dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk dapat menghasilkan kain tenun yang lebih berkualitas.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ternyata penghambat utama dari proses pelestarian tenun ini adalah bahan baku dan bahan pewarna.
Bahan alami dan bahan baku benang untuk kain tenun. (Foto: Avissa Harnes/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bahan alami dan bahan baku benang untuk kain tenun. (Foto: Avissa Harnes/kumparan)
Minimnya tanaman kapas sebagai sumber utama benang katun membuat para perajin harus mengimpor bahan dasar jika permintaan kain sedang ramai.
Selain itu, pewarna alami yang dihasilkan dari pohon dan daun-daunan juga membutuhkan banyak bahan baku sehingga perajin juga terpaksa harus menggunakan bahan pewarna tekstil yang juga merupakan hasil impor.
Pasalnya, jika menggunakan pewarna alami, untuk satu kain tenun, dibutuhkan banyak sekali bahan baku dari tanaman penghasil warna. Jadi selain proses pewarnaan yang memakan waktu cukup lama, proses budidaya tanamannya juga kadang menyulitkan para perajin.
Dampaknya adalah produksi kain tenun menjadi melambat dan mahalnya biaya untuk pembelian bahan baku impor yang kadang melebihi harga jual kain tenun sendiri.
Bahan alami dan bahan baku benang untuk kain tenun. (Foto: Avissa Harnes/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bahan alami dan bahan baku benang untuk kain tenun. (Foto: Avissa Harnes/kumparan)
Hal ini dibenarkan oleh Ani Yudhoyono. Saat ia mengunjungi berbagai daerah penghasil kain tenun, banyak perajin yang mengeluh soal bahan baku.
ADVERTISEMENT
“Saat ini para perajin banyak mengeluh tentang bahan baku. Bahan baku ini yang barangkali harus kita bantu sediakan dan juga pewarna. Sekarang ini kalau mengambil pewarna buatan, pasti dari luar negeri. Karena proses pembuatan bahan pewarna buatan tidaklah mudah. Kita bisa membuat pewarna alami, namun membutuhkan usaha ekstra. Karena kita harus membudidayakan tanaman-tanaman penghasil warna alami. Dan untuk bisa menghasilkan satu kain tenun, dibutuhkan banyak sekali bahan dasar pewarnaannya, oleh karena itu perajin menjadi kesulitan,” ungkap Ani Yudhoyono saat kami temui di acara pembukaan pameran Cita Tenun Indonesia, Kamis (15/11).
Ia menyarankan agar kedepannya, tidak hanya pemasaran dan edukasi perajin saja yang diberikan oleh pelaku industri mode. Tetapi juga bantuan seperti penyediaan bahan baku benang dan pewarna harus diperbanyak lagi demi melestarikan kain tenun yang merupakan budaya bangsa.
ADVERTISEMENT