Benarkah Orang yang Pernah Berselingkuh Akan Selalu Selingkuh?

29 Januari 2019 19:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan Yang Sedang Selingkuh (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan Yang Sedang Selingkuh (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Dalam urusan hubungan percintaan, Anda mungkin sudah akrab dengan istilah ‘sekali selingkuh, akan selalu selingkuh’. Pernyataan tersebut biasanya diungkapkan oleh orang-orang yang pernah diselingkuhi saat menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang yang pernah diselingkuhi akan mempercayai jika pasangannya akan melakukan perselingkuhan lagi suatu hari nanti dalam hubungan yang berbeda.
Untuk membuktikan kebenaran dari ungkapan itu,Archives of Sexual Behavior merilis hasil studi pertamanya tentang perselingkuhan di 2017 lalu. Studi tersebut dilakukan oleh Dr. Justin Lehmiller, seorang peneliti di Kinsey Institute dan penulis buku.
“Studi tersebut memberi kami wawasan ilmiah tentang kebenaran gagasan ketika seseorang yang pernah berselingkuh, maka mereka akan melakukannya lagi di kemudian hari,” ungkap Dr. Justin Lehmiller seperti dilansir dari Cosmopolitan.
Dalam studi itu, Lehmiller melakukan survei kepada 484 orang dewasa yang mengaku pernah berselingkuh saat menjalin hubungan. Riset tersebut menemukan bahwa orang yang berselingkuh dalam sebuah hubungan, memiliki kemungkinan 3,5 kali lebih besar untuk selingkuh lagi.
ADVERTISEMENT
Jadi menurut Lehmiller, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena dari total orang yang ia survei, ada banyak juga yang mengaku jika mereka tidak ingin berselingkuh lagi.
Sebenarnya, hingga saat ini belum diketahui betul apa alasan seseorang berselingkuh. Tetapi Lehmiller mengatakan jika penelitian yang dilakukan oleh rekannya di Kinsey Institute menemukan adanya kemungkinan jika berselingkuh dipicu oleh gen perselingkuhan yang ada pada diri masing-masing orang.
Ilustrasi Pasangan. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan. (Foto: Shutterstock)
“Ada sebagian orang yang senang mencari sensasi, mereka memiliki keinginan secara seksual untuk melakukan sesuatu yang menantang dan berisiko,” tutur Lehmiller.
Dan para peneliti menemukan bahwa meningkatnya kebutuhan akan hasrat tersebut disebabkan oleh kurangnya reseptor dopamin atau bagian otak yang dapat merasakan kenikmatan. Dengan kata lain, pencari sensasi membutuhkan sensasi yang lebih besar (dalam kasus ini adalah selingkuh) untuk merasakan kesenangan.
ADVERTISEMENT
Namun hal itu ditanggapi berbeda oleh Rachel Sussman, seorang relationship therapist dari New York. Ia mengatakan bahwa banyak orang yang pernah berselingkuh mengaku tidak akan melakukannya lagi.
“Saya banyak melihat orang-orang yang selingkuh dan mereka melihat rasa sakit yang dirasakan oleh orang yang diselingkuhi. Mereka mengatakan kepada saya, ‘Saya senang bisa keluar dari hubungan (perselingkuhan) tersebut, saya merasa sangat buruk telah melakukannya’,” tutur Sussman.
Pada dasarnya, Sussman mengatakan ‘sekali selingkuh, akan selalu selingkuh’ hanyalah cara lain untuk mengatakan bahwa seseorang tidak mampu merasakan penyesalan dan perubahan. Dan Lehmiller juga menekankan bahwa selagi belum ada penelitian yang membenarkan tentang ungkapan soal selingkuh itu, berarti ada kemungkinan orang yang sudah berselingkuh tidak akan melakukannya lagi di kemudian hari.
ADVERTISEMENT