Bincang Karier: Anniza R. Joenoes, Head of Enterprise Business Loket

20 Maret 2019 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anniza R. Joenoes, Head of Enterprise Loket.com. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Anniza R. Joenoes, Head of Enterprise Loket.com. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kalimat tersebut terlontar dari seorang perempuan muda yang kini sukses menduduki posisi top level karena memiliki passion yang tinggi pada bidang yang ia tekuni.
Anniza R. Joenoes adalah Head of Enterprise Business dari Loket, sebuah perusahaan teknologi yang melayani ticket management untuk acara-acara besar di Indonesia. Perhelatan besar seperti Asian Games 2018, festival musik We the Fest, DWP, konser-konser dari musisi luar dan dalam negeri, telah mengandalkan Loket sebagai vendor untuk urusan ticket management.
“Kami adalah perusahaan teknologi yang memberi support end to end, dengan misi ingin menciptakan revolusi hal-hal yang bersifat manual, didigitalisasikan dan dipermudah oleh teknologi. Hal ini ingin kami lakukan untuk membuat semua pihak senang, baik dari penyelenggara hingga ke penonton,” ungkap Anniza saat ditemui kumparan beberapa waktu lalu di kantor Loket, Pasaraya, Blok M, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Kepada kami, Anniza berbagi rahasia tentang kunci kesuksesannya bekerja di Loket dengan mengandalkan passion. Untuk tahu cerita lengkapnya, simak wawancara kami bersama Anniza berikut ini.
Anniza R. Joenoes, Head of Enterprise Loket.com. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Jelaskan mengenai peran Anda sebagai Head of Enterprise Business di Loket.
Di Loket sendiri ada beberapa departemen, salah satunya adalah department enterprise yang tugasnya adalah memegang acara-acara besar. Di sana saya berkewajiban untuk memantau tugas-tugas dari lima divisi berbeda, yaitu entertainment, sport, conference, wahana, dan Loket system. Saya bekerja bersama para Account Manager dari mulai akuisisi klien, eksekusi acara, koordinasi internal dengan divisi lain, dan lain sebagainya. Pada dasarnya tugas saya adalah memantau mereka.
Bekerja dengan banyak kepala divisi, bagaimana cara Anda mengakomodir semuanya?
Karena kami merupakan perusahaan digital, jadi semua update pekerjaan bisa dilakukan dengan bantuan teknologi. Kami memiliki tools sendiri untuk memantau. Setiap kali weekly meeting, kami bisa menganalisa isi dari tools tersebut. Saya bisa dengan mudah tahu progres pekerjaan sudah sampai mana. Jadi kami sebenarnya tidak perlu bertatap muka untuk membicarakan soal pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Sebelum berada di posisi saat ini, Anda pernah menjadi marketing communication dan account manager, bagaimana Anda bisa mencapai posisi top level seperti sekarang?
Prosesnya sangat mengalir dan saya adalah tipe orang yang mengerjakan sesuatu based on passion. Karena seiring berjalannya waktu, meski beberapa kali pindah kerja, saya jadi lebih tahu passion saya ini lebih cenderung cocok dengan pekerjaan yang mana.
Secara transisi saya mengikuti alur, semakin dewasa saya semakin tahu dimana tempat terbaik untuk saya. Dan saya rasa pekerjaan saya saat ini cukup mewakili passion dan jati diri saya.
Berbicara soal passion, seberapa penting peran passion dalam karier Anda?
Passion memiliki peran sangat penting dalam karier saya. Apapun yang saya lakukan, nomor satu yang paling penting adalah harus sesuai dengan passion. Selain itu, juga harus dibarengi dengan ketulusan. Saya yakin jika kita melakukan sesuatu dengan passion, tantangan apapun yang ada akan dapat kita hadapi dan kita akan berusaha semampunya untuk menemukan jalan keluar.
Anniza R. Joenoes, Head of Enterprise Loket.com. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Bekerja di dunia digital, tantangan terbesar apa yang pernah Anda hadapi?
ADVERTISEMENT
Saya beruntung bisa melewati era bekerja di mana semua tidak terdigitalisasi. Dan jika dibandingkan dengan sekarang, saya sangat merasakan perbedaan dan konsekuensinya. Misalnya saya dan tim harus bisa dikontak selama 24 penuh, tapi meski begitu dampak baiknya adalah kita bisa mengatasi masalah lebih cepat saat itu juga. Harus bisa bekerja secara fleksibel dan standby setiap waktu itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya.
Sebagai Head of Enterprise Business, tentu Anda diharuskan untuk mengambil keputusan-keputusan penting. Pernahkah Anda merasa ragu?
Tentu pernah, apalagi jika saya harus mengambil keputusan yang bertentangan dengan SOP manajemen atau dengan profit. Biasanya yang saya lakukan saat datang ke atasan untuk membicarakan hal ini, saya akan menyiapkan berbagai pilihan solusi untuk mengatasinya yang sudah didasari dengan analisis mendalam pada setiap solusi yang akan diterapkan. Satu hal lagi yang sulit bagi saya adalah harus memutuskan sesuatu dalam waktu yang sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
Dalam hal karier, apakah Anda tipe orang yang selalu menentukan target bahwa di usia tertentu Anda sudah bisa mencapai jabatan yang diinginkan?
Kalau target karier saya tidak punya dan saya sendiri bukan tipe orang yang mengejar karier. Tetapi sebisa mungkin ingin terus produktif sampai usia dan fisik membatasi. Karena memiliki tim yang mayoritas adalah generasi milenial dengan semangat yang luar biasa membuat saya juga semangat dalam bekerja.
Apa kelemahan atau kekurangan yang harus Anda lawan untuk mencapai tujuan dalam karier Anda?
Saat ini saya rasa karena sekarang saya sudah memiliki suami, jadi saya memiliki tanggung jawab lain. Sehingga waktu yang dimiliki tidak sebanyak dulu ketika masih single. Saya tidak bisa egois untuk mengedepankan karier tanpa memikirkan keluarga. Saya harus pintar membagi waktu untuk keduanya. Yang ingin saya tekankan saat ini adalah target untuk bisa tetap produktif dengan work smart instead of work hard. Menurut saya sebagai perempuan kita harus bisa bekerja dengan cerdas, itu juga yang sedang saya terapkan kepada tim. Saya ingin mereka bekerja dengan efektif di weekdays agar mereka tetap bisa menjalani kehidupannya yang lain. Jadi saat weekend juga tidak terganggu dengan pekerjaan.
Anniza R. Joenoes, Head of Enterprise Loket.com. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Di usia yang masih muda, Anda sudah menduduki posisi yang strategis di perusahaan dengan mayoritas karyawan generasi millenial. Apa tantangan memimpin tim milenial?
ADVERTISEMENT
Awalnya ketika saya baru masuk Loket, saya pikir akan ada gap yang besar karena berbeda generasi. Tapi ternyata kita berada di frekuensi yang sama dan saya tidak menemukan perbedaan yang saya takutkan di awal. Loket memiliki budaya kerja yang tidak membatasi siapapun untuk memberikan ide dan pendapatnya. Bahkan ruangan CEO dan jajaran atas saja tidak diberi sekat. Jadi siapapun bisa masuk ke sana dan menyampaikan pendapat dan ide-ide mereka. Menurut saya itu yang memudahkan kita untuk saling berkomunikasi, sehingga tidak banyak terjadi kesenjangan.
Bagaimana cara Anda menjaga profesionalitas dengan rekan kerja yang seumuran namun posisinya belum mencapai top level?
Itu yang saya sukai bekerja di startup, karena budayanya sangat berbeda dengan di corporate. Saya percaya team work will makes a dream work. Jadi saya tidak pernah menerapkan sistem top down agar tidak terjadi kesenjangan di dalam tim. Karena kultur yang dibangun oleh Loket memang tidak menjadikan perbedaan generasi maupun kedudukan menjadi halangan bagi kami untuk bekerja.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana gaya dan prinsip kepemimpinan Anda?
Saya tidak terlalu suka dengan kata ‘membawahi’ karena saya sendiri selalu melibatkan tim dalam pengambilan keputusan. Saya selalu mendengarkan pendapat mereka dan tidak pernah memberikan keputusan lalu saya tidak peduli dengan apa yang akan mereka lakukan untuk merealisasikannya. Saya selalu berusaha agar kita mendapatkan win win solution karena saya selalu ingin menyenangkan semua orang walaupun tentu sangat sulit untuk bisa menyenangkan semua orang.
Selain itu, saya sangat menjunjung tinggi kejujuran. Saya percaya dalam melewati satu proses selama apapun kita sudah mengerjakan soal itu, pasti ada kalanya kita akan melakukan kesalahan. Selama mereka bisa jujur dan mengakui kesalahannya semua masih bisa didiskusikan. Hal yang tidak dapat ditoleransi adalah ketidakjujuran.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda pernah mengalami kegagalan? Jika pernah seperti apa dan bagaimana cara mengatasinya?
Saya merasa gagal ketika tidak bisa menyenangkan semua orang. Mungkin daripada menyebutnya gagal, saya lebih suka menganggap itu sebagai sesuatu yang tidak sempurna. Supaya ke depannya bisa bekerja lebih keras. Tapi yang paling berat adalah ketika terjadi sesuatu yang disebabkan oleh faktor luar.
Memiliki tanggung jawab yang besar, tentu Anda sering mengalami stres akibat pekerjaan. Bagaimana cara Anda mengatasinya?
Jika ada waktu luang pasti saya manfaatkan untuk istirahat dan olahraga. Dua hal itu bisa menjadi stress release yang paling mudah untuk dilakukan semua orang, termasuk saya.