Bincang Karier: Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network

25 Mei 2018 15:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mungkin saat ini, tidak ada industri yang lebih dinamis daripada industri kecantikan. Setiap hari, ada saja produk baru bermunculan dari berbagai brand. Lokal maupun global. Undangan untuk menghadiri peluncuran produk baru terus mengalir ke meja-meja para editor media maupun para beauty blogger atau influencer yang saat ini memiliki posisi sangat spesial di industri kecantikan. Lipstick matte terbaru, primer, foundation, highlighter, pelembap, serum; you name it. Ada ratusan pilihan untuk setiap jenis produk.
ADVERTISEMENT
Perkembangan industri digital turut memberikan andil yang besar ke dalam perkembangan beauty industry yang sangat cepat. Media online, Instagram dan Youtube membakar obsesi perempuan (dan laki-laki) modern terhadap segala hal yang berhubungan dengan kosmetik dan skincare.
Begitupun dengan Hanifa Ambadar, 39, blogger yang berevolusi menjadi seorang entrepreneur sukses. Perempuan yang biasa dipanggil Hani ini juga memiliki obsesi dan passion tinggi terhadap beauty products. Bedanya, obsesi ini telah lama ia miliki. Dan tak sekadar obsesi untuk mengkonsumsi, obsesinya terhadap produk kecantikan ia wujudkan menjadi sebuah platform dengan nilai bisnis yang sangat tinggi.
Tahun 2005 saat produk kecantikan yang dijual di Indonesia belum seberagam saat ini, Hanifa memulai kegiatan blogging-nya di Amerika Serikat. “Saat itu, setiap kali pulang ke Indonesia, pasti ditanya teman-teman, ‘Lo beli apa aja di sana?’ dan kalau mau update barang baru, tidak semudah sekarang ya. Jadi saya berpikir, sepertinya lucu juga kalau dimuat dalam satu laman blog. Dari situ saya berniat membuat laman yang memang membahas masing-masing soal beauty dan fashion. Saya membuat postingan baru dalam seminggu bisa dua hingga tiga kali dan berjalan selama dua tahun. Ternyata lambat laun yang baca semakin banyak. Banyak yang komen juga,” cerita Hanifa mengenai awalnya ia menjadi blogger.
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: dok. Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: dok. Garin Gustavian/kumparan)
Hobi bloggingnya ini mempertemukan Hanifa dengan beauty blogger lainnya, Affi Assegaf yang waktu itu ada di Indonesia. Bersama mereka sepakat mengembangkan laman blog, yang dimulai pada tahun 2007. Blog mereka kemudian berkembang menjadi sebuah media dan beauty platform bernama Female Daily Network (FDN) yang sangat diperhitungkan di industri kecantikan Indonesia.
ADVERTISEMENT
April lalu, di bawah leadership Hanifa sebagai Chief Executive Officer (CEO), Female Daily sukses menggelar event beauty besar Jakarta x Beauty selama 3 hari dari 27 hingga 29 April 2018.
Ini adalah tahun kedua Female Daily menggelar JakartaxBeauty, sebuah milestone yang penting untuk perusahaan yang telah mencapai usia 10 tahun.
Awal Mei lalu, kumparanSTYLE mengunjungi Hanifa di kantornya. Meski kesibukan post-event Jakarta x Beauty masih tampak di kantornya, Hanifa meluangkan waktu panjang untuk kumparanSTYLE. Kami berbicara mengenai berbagai hal, mulai dari tentang visinya untuk Female Daily, tentang prinsipnya memimpin sebagai seorang girl boss, dan tentu saja, kami juga bertanya mengenai rahasia kulitnya yang selalu tampak glowing.
Ceritakan mengenai event Jakarta X Beauty
ADVERTISEMENT
Tahun ini saya puas sekali dengan Jakarta X Beauty, karena event yang kedua ini jauh lebih besar dari pada yang pertama. Jakarta X Beauty yang kedua ini digelar selama tiga hari dengan tenant dan brand yang lebih banyak. Makeup Artist dan Influencer yang datang juga lebih banyak.
Dari sisi traffic tentu saja lebih tinggi dari tahun lalu. Tahun ini mencapai 19 ribuan, sedangkan sebelumnya hanya 10 ribu. Sedangkan dari sisi brand pada tahun sebelumnya hanya 40 brand, di tahun ini ada 60 brand yang terlibat.
Female Daily kan memang bukan sekadar media, tapi kami juga melakukan review terhadap produK kecantikan yang amat beragam. Melalui Jakarta X Beauty kami membutikan bahwa kami memiliki user, pembaca, dan member yang sudah in to beauty.
ADVERTISEMENT
Lalu apa project selanjutnya untuk Jakarta X Beauty?
Kami sebenarnya ingin sekali menggelar Jakarta X Beauty di kota lainnya, terlebih lagi di Surabaya. Kemudian juga ada masukan untuk menggelar Jakarta X Beauty lebih dari satu kali setahun. Tapi masih sebatas pertimbangan saja sampai saat ini.
Bicara mengenai sejarah Female Daily Network, Anda mengembangkan platform ini saat platform digital masih belum populer di Indonesia. Apa yang meyakinkan Anda bahwa suatu hari platform ini bisa jadi begitu besar?
Saya sebelumnya tinggal di Amerika Serikat dengan teknologi yang memang sudah advance. Hal itu membuat saya mengenal digital lebih dulu dan sudah bisa memproyeksikan tren beberapa tahun ke depan akan seperti apa. Selain itu, biasanya apa yang hype di Amerika Serikat akan diikuti pula oleh negara-negara lain. Dan practically saat itu saya belum ada modal untuk membuat sesuatu selain online.
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Saat ini ternyata semakin banyak media online perempuan bermunculan. Bagaimana FDN bersaing dengan media-media tersebut?
ADVERTISEMENT
Ya. saat ini banyak sekali media serupa, apa lagi yang concern terhadap perempuan. Tapi sebenarnya untuk yang fokus kepada kecantikan masih sedikit sekali ya, walaupun ada beberapa yang baru.
Namun mereka juga kebanyakan adalah media yang memproduksi artikel-artikel kecantikan, sedangkan Female Daily memang bukan sekadar media. Kami sekarang merupakan sebuah platform. Kami menyediakan space untuk review dan rekomendasi dan kami memiliki data-data konsumer member kami di seluruh Indonesia.
Kami memiliki data yang detail mengenai member kami. Misalnya siapa saja yang rambutnya keriting, lurus, panjang atau pendek. Apa warna kulitnya, bagaimana tekstur kulitnya, ingredients seperti apa yang dibutuhkan oleh member tersebut. Sedetail itu data yang kita punya.
Selain itu yang membuat Female Daily berbeda adalah pengalaman saat membuka aplikasi kami. Sistemnya sendiri seperti Instagram, kita bisa saling follow antar user. Kita bisa saling terhubung dengan orang yang memiliki skin needs atau skin problem yang serupa dengan kita. Female Daily saat ini memiliki 260 ribu reviewer, dan itu bisa kita baca semua. Kita juga bisa sekaligus melihat profil orang yang me-review produk-produk tersebut.
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang memulai blog tanpa memikirkan bahwa itu dapat menjadi sebuah profesi yang profitable di awalnya. Bagaimana dengan Anda, apakah dari awal sudah menjadi visi bahwa Female Daily harus menjadi platform hal yang menguntungkan secara bisnis?
Dari awal berdiri, Female Daily memang sudah bertujuan untuk profitable. Saat itu (ketika masih di AS) ada saja brand yang beriklan, bahkan dalam sebulan bisa sampai tiga brand. Saat pulang ke Indonesia, keuntungan yang kami dapat dikumpulkan untuk menyewa kantor pertama yang waktu itu berlokasi di daerah Bangka Raya. Kemudian kami merekrut satu orang untuk tim sales.
Di tahun 2009 saat kami sewa ruang kantor, belum ada yang namanya Venture Capital. Jadi dari awal secara finansial memang harus survive sendiri
ADVERTISEMENT
Kemudian sejak tahun 2011 mulai ada investor yang masuk, kami jadi makin berani untuk mengembangkan diri, salah satunya dengan membuat aplikasi. Saat itu, seorang angel investor yang juga merupakan member lama kami, Novita Imelda, bergabung sebagai Operational Director. Memasuki tahun 2014 kami mendapatkan investasi dari Sinarmas dan dari beberapa investor lainnya.
Apa pelajaran penting yang Anda dapat selama menggeluti dunia entrepreneurship?
Dulu di awal meniti karier sebagai entrepreneur saya selalu berpikir, 'Pasti enak ya punya perusahaan sendiri, jadi bos. Bisa liburan kapan saja, terus uangnya banyak,' Tapi setelah dijalani ternyata tidak seperti itu.
Ketika saya masih bertiga dengan partner bisnis di Female Daily, kami beranggapan jika kami sudah bisa merekrut orang, kami bisa kerja lebih santai. Ternyata tidak, karena dengan seiring berjalannya bisnis yang tumbuh, targetnya juga semakin besar. Sementara keinginan kami semakin lama juga semakin besar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebagai entrepreneur kita juga harus memikirkan karyawan. Bagaimana gaji bulan depan, bagaimana mengatur tunjangan karyawan. Bahkan sebagai pengusaha kita harus rela berkorban. Misalnya masalah gaji. Jika baru cukup untuk karyawan, ya saya ngalah belum bisa terima gaji. Ini contoh beberapa hal yang dulu sama sekali tidak kebayang.
Lalu apa makna dari pelajaran yang Anda dapat tersebut?
Untuk menjadi entrepreneur bukan hanya soal uang saja, uangnya malah ga dapet ha-ha-ha. Tapi ternyata ada banyak kesenangan-kesenangan lain, misalnya bisa memberi manfaat kepada orang lain. Ini kami sadari ketika membaca message user yang merasa terbantu oleh Female Daily.
Kesenangan lannya adalah ketika kemarin bikin Jakarta x Beauty, melihat brand dan pengunjung sama-sama senang, priceless banget sih buat saya. Dan yang saya sadari sebagai entrepreneur adalah bukan mengenai seberapa banyak yang kita dapat, tapi hal apa saja yang bisa kita berikan kepada orang-orang di sekitar kita, perempuan-perempuan Indonesia, ke brand juga. Lebih memikirkan, 'apa sih kontribusi nyata kita terhadap orang lain?'
ADVERTISEMENT
Pernah memiliki mentor dalam perjalanan Anda membangun Female Daily?
Awalnya tidak, namun pada tahun 2014 saya mengikuti entrepreneurship program yang mempertemukan saya dengan banyak mentor, para CEO perusahaan. Sejak saat itu akhirnya saya punya banyak mentor yang memberi saya feedback mengenai bisnis yang sedang dijalankan. Menurut saya, mentorship sangat diperlukan untuk membangun usaha yang maju di Indonesia.
Anda sekarang CEO sebuah perusahaan berkembang dan memimpin tim 55 orang. Anda tantangan khusus sebagai seorang Girl Boss?
Sebenarnya bagi saya sebagai pemimpin perempuan tidak ada tantangan khusus ya. Tapi kalau dilihat dari sisi karier, jika kita ambisius, dan kita juga ingin mengurus anak dan rumah tangga dengan baik, itu tentu ada tantangannya tersendiri. Karena itu kita harus belajar cermat membuat prioritas antara yang satu dengan lainnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kultur kerja yang Anda kembangkan di Female Daily?
Sistem di Female Daily sangat transparan. Kantornya juga open space dan tidak ada jarak antara CEO sampai entry level. Saya tidak punya ruangan khusus dan duduk bersebelahan dengan tim saya.
Di sini kami juga sangat believe in the youth karena 90% karyawan Female Daily berusia di bawah 30 tahun. Kami juga tidak segan memberikan otonomi ke mereka untuk berkembang selama mereka kerjanya bagus.
Selain itu, kami juga berusaha memfasilitasi personal goal karyawan kami. Misalnya ada salah satu karyawan yang punya passion jadi MC dan senang tampil, jadi kami beri dia kesempatan untuk jadi MC di beberapa event dan tentunya ada fee tambahan untuk tugas dia sebagai MC. Jadi semuanya kami coba fasilitasi. Karena mereka ingin growing di sini, kami berikan mereka challenge bermacam-macam.
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hanifa Ambadar, CEO Female Daily (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
Ada advice untuk perempuan yang ingin menjadi entrepreneur atau blogger sukses seperti Anda?
ADVERTISEMENT
Yang pertama harus fokus, karena selama kita menganggap itu merupakan kerjaan sampingan, maka selamanya akan menjadi kerjaan sampingan.
Kedua, menurut saya kadang perempuan suka limiting dirinya sendiri. Misalnya belum apa-apa sudah beranggapan, ‘Duh saya tidak bisa, nanti gimana ya jadinya...’ Padahal coba saja dulu, kalau nanti saat dijalani tidak bisa, baru berhenti.
Dulu ada salah satu Account Executive kami yang minta untuk pindah ke divisi yang kerjanya stay di kantor dan bergumul di depan laptop saja. Ia beralasan agar pekerjaannya tidak harus keluar kantor dan ketemu klien karena khawatir kehamilannya nanti bermasalah. Itu contohnya, belum apa-apa sudah membatasi diri sendiri. Padahal, siapa tahu kehamilannya juga baik-baik saja dan tetap bisa ketemu klien, dan beraktivitas seperti biasa. Intinya, they stop before they really have to stop.
ADVERTISEMENT
Seperti apa rutinitas Anda sehari-hari?
Saya biasa bangun pukul 5 atau 5.30 setiap hari. Lalu saya akan bangunkan anak-anak untuk sholat subuh, siapkan sarapan untuk mereka. Biasanya saya buatkan mereka jus atau smoothies. Ini penting sekali, memastikan bahwa setidaknya mereka memiliki asupan makanan yang sehat dulu di rumah di pagi hari. Karena ketika mereka di sekolah, saya sudah tidak bisa mengontrol apa yang mereka makan.
Setelah mereka berangkat ke sekolah, saya berangkat kerja bareng suami. Kebetulan suami saya juga kerja di daerah Kemang, dekat dengan kantor saya. Jika ada waktu, biasanya kami mampir dulu untuk beli kopi di Kemang Timur, baru lanjut ke kantor.
Setiap Selasa dan Kamis saya dan kolega saya biasanya ada sesi Muay Thai pukul 7.30 dengan coach kami di kantor.
ADVERTISEMENT
Saya ada banyak sekali jadwal meeting, tapi saya usahakan sekali dalam satu minggu ada dua hari penuh di kantor, dan tiga hari lainnya bisa meeting ke mana-mana.
Biasanya saya meninggalkan kantor pukul 19.00, sampai rumah makan malam dan menemani anak-anak buat PR. Setelah itu saya bersih-bersih, dan jika semuanya udah selesai, biasanya buka laptop lagi.
Bisa share mengenai ritual perawatan kulit dan produk favorit Anda?
Saya pasti memakai sunscreen setiap hari karena merupakan produk yang wajib untuk anti aging. Saat ini saya pakai sunscreen dari Chanel. Untuk malam hari, saya pakai exfoliating toner dari Biologique Recherche, dan kemudian pakai Retinol dari Peter Thomas Roth.
Kalau masker saya hanya pakai beberapa hari sekali. Dan percaya ngga sih, saya baru pernah mencoba perawatan spa dua kali, tidak pernah punya kesempatan...ha-ha-ha. Untuk perawatan di klinik, saya perawatan laser tiap dua sampai tiga bulan sekali.
ADVERTISEMENT
Untuk produk favorit saya suka Advanced Night Repair dari Estee Lauder, Exfoliating Toner Biologique Recherche. Saya juga suka produk-produk Sunday Riley, Tata Harper dan MV Skincare.
Bagaimana dengan outfit favorit Anda?
Saya sehari-hari seringkali pakai jeans dan kaos, dan dua tahun terakhir saya lebih sering pakai sneakers. Karena sekarang saya juga lebih sering naik Gojek, jadi ribet kalau pakai high heels. Pakai sneakers, lebih cepat dan ringkas.
Dalam berbagai kesempatan, saya perhatikan Anda selalu kelihatan tenang, bahkan ketika mengadakan acara besar seperti Jakarta X Beauty sekalipun. Sepertinya Anda juga bukan tipe orang yang mudah panik. Apa rahasianya?
Mungkin karena saya menjalani rutinitas harian dengan senang hati, jadi asik saja menjalaninya. Kalau kita menjalaninya dengan sepenuh hati, ya udah, keliatan sih.
ADVERTISEMENT
Apa hal yang membuat Anda marah?
Saya jarang marah sih orangnya, dan saya bukan tipe orang yang panikan dan cenderung santai. Orang yang tidak kenal saya, sekilas mungkin tidak menyangka kalau saya ini bisa jadi CEO. Dari luar kan terlihat kalem, bukan orang yang ambisius.
Padahal saya sebenarnya orang yang lumayan demanding, terutama mengenai target perusahaan. Di Female Daily kami sangat target oriented dan memiliki apa yang dinamakan Objective Key Result (OKR). Semua divisi harus tahu mengenai titik objektif perusahaan apa saja dan saya cukup demanding mengenai progres pencapaian objektif ini.
Jika sedang merasa down, apa yang Anda lakukan untuk menyemangati diri?
Biasanya dengan mengingat-ingat masa lalu. Dulu kantor kami kecil sekali dan sekarang bisa punya kantor dengan ukuran yang lebih besar. Hal-hal seperti itu harus diingat dan disyukuri sehingga bisa membakar semangat kembali. Selain itu, prinsip saya, just enjoy the process.
ADVERTISEMENT
Ada bacaan favorit?
Sekarang saya sedang membaca biografi Coco Chanel. Kalau buku untuk pelajaran hidup saya suka Mitch Albom dan mengenai bisnis biasanya saya baca buku Steve Jobs dan Jim Collins.
Personal project yang ingin diwujudkan dalam waktu dekat?
Untuk saat ini tidak ada.
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya di topik sheinspiresme.