Bincang Karier: Lizzie Parra, dulu Karyawan Swasta kini Beautypreneur

28 Juni 2018 11:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lizzie Parra (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lizzie Parra (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Geliat industri kosmetik lokal setiap tahunnya semakin berkembang pesat. Saat ini, ada lebih dari 10 brand kosmetik lokal yang siap bersaing di pasaran.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hal tersebut tak mematahkan semangat seorang Lizzie Parra untuk terus menggeluti bisnis kosmetik yang telah dipupuknya sejak 2016 silam. Ya, Lizzie Parra yang awalnya seorang makeup artist dan beauty blogger kini sedikit 'banting setir' dengan menjadi seorang wiraswasta di bidang kosmetik (beautypreneur).
Ia mendirikan label kosmetik dengan nama 'By Lizzie Parra' (BLP Beauty). Bahkan hingga saat ini, produk-produk yang dirilisnya selalu menjadi incaran para pecinta kosmetik.
Namun, tahukah Anda? Sepak terjang Lizzie untuk serius berbisnis makeup tidaklah datang begitu saja. Ia sempat merasakan menjadi seorang karyawan swasta biasa sebelum benar-benar terjun ke dunia wirausaha.
Saat ditemui kumparanSTYLE beberapa waktu lalu di kantor BLP Beauty, perempuan lulusan marketing Prasetya Mulya ini turut berbagi kisahnya. Seperti apa?
ADVERTISEMENT
Bagaimana awal mula Lizzie bisa terjun ke dunia kecantikan dan menjadi seorang beautypreneur?
Sebenarnya saat ditanya ingin jadi apa, saya sama sekali tidak kepikiran untuk menjadi seorang beautypreneur. Saya sebenarnya sangat tomboy, tidak suka yang ribet dan tidak suka makeup. Tetapi saya suka dengan segala sesuatu yang berbau seni.
Pertemuan saya dengan industri kecantikan dimulai sebelum saya lulus kuliah. Ada sebuah project yang harus melibatkan orang-orang di dalam dan di luar kampus. Saya ingat, waktu itu belum banyak yang membuat beauty class. Saya pikir, mengapa tidak dicoba. Dari situ saya benar-benar mulai memasukkan proposal ke brand-brand kosmetik yang ada di PIM 1 dan PIM 2. Saya samperin brand mana yang mau bantu dan support produk serta coach beauty class. Akhirnya, ada satu brand yang mau membantu dan sambutannya bagus sekali.
ADVERTISEMENT
Tanpa sepengetahuan saya, kampus mengirimkan CV saya ke salah satu perusahaan multinational company di bidang kecantikan dan saya terpilih sebagai Management Trainee. Dari 22 orang yang mendaftar hanya ada 2 orang yang lolos termasuk saya. Di sana, ternyata kecintaan saya terhadap dunia kecantikan semakin dipupuk dan saya semakin suka di bidang ini.
Beautypreneur Lizzie Parra (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Beautypreneur Lizzie Parra (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Sempat bekerja menjadi karyawan swasta, lantas apa yang membuat Lizzie mantap menjadi seorang makeup artist?
Along the way, 2,5 tahun bekerja di sana, saya melihat ada something missing di dalam diri saya. Saya merasa mampu berkontribusi lebih untuk orang-orang sekitar dan bukan hanya kolega saja. Dulu saat training SPG, saya suka melihat mereka diajarkan makeup dan saya perhatikan caranya. Dari situ saya mulai belajar sendiri. Karena waktu itu belum zaman Instagram dan YouTube, susah sekali mencari informasi seperti itu.
ADVERTISEMENT
Mantap belajar, saya memutuskan nekat resign dan memulai bisnis menjadi makeup artist. Tiga bulan pertama like in hell karena saya biasa kerja dapat gaji tetap beserta asuransi dan tunjangan, tiba-tiba tidak ada penghasilan sama sekali. Yang paling parah adalah 4 sampai 6 bulan ke belakang karena saya merasa kok saya tidak dapat apa-apa. Tetapi saya sudah punya target di awal, akhirnya saya ambil short course untuk memastikan apakah keahlian makeup saya mumpuni untuk diterjunkan ke lapangan.
Di samping itu, saya juga mulai 'mengemis' ke majalah-majalah. Dulu di kantor lama saya banyak kenal dengan beauty editor dan fashion editor. Begitu saya keluar, saya bilang ke mereka bahwa saya sekarang buka jasa makeup. Jadi saya mulai dengan makeup tanpa dibayar. Mulai dari yang makeup di lipatan majalah, akhirnya nambah jadi makeup fashion spread dan beauty spread sampai akhirnya saya bikin pameran di Plaza Indonesia bekerja sama dengan beberapa fotografer.
ADVERTISEMENT
Jadi bisa dibilang, perjalanan karier saya step by step. Selama menjadi MUA saya juga sharing portfolio saya di blog pribadi. Isinya hanya foto dan keterangan saja. Sampai saya pikir saya perlu melakukan sesuatu yang lain. Mulailah saya branding diri saya dengan nama Lizzie Parra. Lizzie dari nama depan dan Parra nama belakang saya.
Lizzie Parra dan BLP Lip Coat (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lizzie Parra dan BLP Lip Coat (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Dari seorang MUA menjadi beauty vlogger dan influencer, bagaimana ceritanya?
Saya lihat banyak orang yang senang bertanya, foundation apa yang bagus, lipstik apa yang bagus, dan beberapa pertanyaan lainnya. Akhirnya di 2013 saya mulai buka YouTube channel dan bikin tutorial makeup 'ala-ala'. Saya ingat sekali pada waktu itu beauty vlogger hanya 2, saya dan Harumi 'My Tips Cantik'. Kami bikin tutorial seadanya, hanya pakai kamera laptop tapi responnya bagus sekali. Dari situlah orang-orang mengenal saya sebagai beauty blogger karena saya juga nge-blog.
ADVERTISEMENT
Apa yang membuat Lizzie akhirnya berpikir untuk memulai bisnis di dunia kecantikan?
Di 2014 saya berpikir 'oke, sekarang apa lagi nih?'. Saya merasa Tuhan berbicara dengan saya, 'kamu bisa melakukan hal yang lebih lagi untuk orang-orang di sekitarmu'. Saya juga berpikir, sepertinya bekal saya sudah cukup untuk membuat bisnis sendiri. Jasa servis makeup sudah, memberikan informasi di blog sudah, tapi saya merasa saya perlu bikin sesuatu berbentuk produk.
Waktu itu 2014 sempat riset ingin bikin kuas makeup tetapi sepertinya orang-orang belum siap menerima kehadiran local brand. Saya akhirnya riset lagi dan berani bergerak untuk membuat produk makeup sendiri. Bukan hanya brush saja tetapi untuk satu wajah. Akhirnya di 2015 saya mulai bikin business plan dan financial planning-nya di bantu oleh teman-teman saya yang baik sekali.
Lizzie Parra dan timnya (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lizzie Parra dan timnya (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bisa diceritakan bagaimana proses pembuatan makeup tersebut?
Di 2015 saya mulai rajin keluar-masuk pabrik. Dari pabrik A, B, C saya datangi dan saya bilang ingin membuat makeup sendiri atas nama saya. Saya tanya ke mereka apakah bisa bantu, tetapi dengan kondisi saya tidak bisa pesan dalam jumlah banyak. Tidak mungkin saya bikin satu warna dengan jumlah 5 ribu pieces. Saya belum punya uang segitu banyak.
Dari sekitar 5 pabrik, ada beberapa yang setuju untuk memenuhi kuantitas minimun yang saya minta. Setelah itu saya riset pemilihan warna berdasarkan pengalaman saya selama tujuh tahun ke belakang. Saya riset tekstur apa yang bagus untuk orang-orang Indonesia, produk apa yang akan dibeli orang Indonesia. Setelah survei ternyata lipstik yang paling banyak diminati dan saat itu lagi booming adalah liquid lipstick.
ADVERTISEMENT
Saya mulai pitching ke pabrik. Masing-masing meminta mereka untuk membuatkan lipstik untuk melihat formula mana yang sesuai dengan yang saya inginkan. Akhirnya saya ketemu satu pabrik yang cocok dan prosesnya berjalan sekita satu tahun hingga akhirnya saya launching produk pertama Lipcoat By Lizzie Parra.
Lizzie Parra (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lizzie Parra (Foto: dok. Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Adakah kendala yang dialami saat menjual produk buatan sendiri?
Saya menjual lipstiknya via online dan hanya dibantu 3 orang termasuk staf administrasi, marketing dan packer. Pada saat pertama kali bikin website, kami sama sekali tidak memiliki background IT dan e-commerce. Perkiraan saya, orang-orang maksimal beli 60 pieces per warna per bulan. Tetapi begitu launching dan website-nya live, semua orang marah-marah karena webnya tidak bisa diakses.
ADVERTISEMENT
Dari perkiraan 60 pieces per warna per bulan, surprisingly saya menjual maksimal 400 pcs per warna per hari. Dan itupun harus saya batasi sampai maksimal 500 pieces karena kami tidak sanggup packing segitu banyak.
Apa harapan ke depannya untuk bisnis kosmetik yang dijalani saat ini?
Ternyata, efek sosial media sangat kuat sekali. Saya merasa, saya bukan siapa-siapa dan tidak ada apa-apanya, tetapi orang-orang baik sekali mau mendukung local brand. Saya senang sekali orang-orang Indonesia sudah sangat mendukung local brand.
Saya yakin, BLP akan terus berkembang. Sekarang kami sudah memiliki produk untuk riasan mata, wajah, tools dan merchandise. Saya ingin BLP terus berkembang karena visi misi saya ingin membawa kosmetik Indonesia jadi kebanggaan hingga ke mancanegara. Saya berharap bisa didukung juga oleh pemerintah karena saya tahu sekali, salah satu program presiden kita tahun ini adalah mendukung kosmetik lokal.
ADVERTISEMENT
Untuk Anda yang ingin mengetahui perjalanan karier Lizzie Parra, jangan lupa saksikan tayangan lengkap The Expert Lizzie Parra pada Jumat, 6 Juli 2018 di kumparan. Akan ada tiga hampers BLP Beauty senilai Rp 500 ribu bagi Anda yang beruntung.
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya di topik sheinspiresme.