news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bincang Karier: Puji Lestari, Atlet Panjat Dinding Peraih Emas

28 September 2018 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puji Lestari, atlet panjat tebing. (Foto:  Gina Yustika Dimara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Puji Lestari, atlet panjat tebing. (Foto: Gina Yustika Dimara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Meski perhelatan Asian Games 2018 sudah berlalu, namun tak dapat dipungkiri bahwa euforianya masih menyisa dan melekat di hati masyarakat Indonesia. Selain kemeriahan pembukaannya yang menghadirkan decak kagum di mata dunia, atlet-atlet Tanah Air pun sukses menyumbangkan berbagai medali membanggakan bagi Indonesia. Salah satunya, Puji Lestari di cabang olahraga panjat dinding.
ADVERTISEMENT
Puji, begitu ia akrab disapa, adalah salah satu penyumbang medali emas untuk kategori speed relay putri bersama tiga rekannya yang lain; Aries Susanti Rahayu, Rajiah Sallsabillah, dan Fitriyani. Kemudian, ia juga berhasil mendapatkan medali perak di kategori speed putri.
Pada Kamis (27/9), Puji pun berkesempatan untuk bercerita kepada kumparanSTYLE saat menghadiri acara press conference NOORE Road to Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang di ala RITUS Restaurant, Jakarta Pusat.
Perempuan kelahiran Jakarta, 15 Juni 1990 ini bercerita soal perjalanan kariernya, tantangannya sebagai atlet berhijab, hingga cerita-cerita pengalaman seru berkat hijab yang dipakainya. Simak tanya jawab kumparanSTYLE bersama Puji Lestari.
Bagaimana Puji memulai karier sebagai atlet panjat dinding?
Sebenarnya saya kenal sport climbing dari SMA kelas 2, namun baru menekuni di kuliah semester awal. Kecintaan saya lahir berawal dari SISPALA (Siswa Pecinta Alam), yang notabene naik gunung ya, bukan sport climbing. Saya hobi naik gunung.
ADVERTISEMENT
Namun, suatu saat saya nongkrong di sebuah GOR, lalu diperkenalkan dengan salah satu olahraga panjat dinding. Tapi tetap, saat itu saya enggak tertarik karena memang sukanya hanya naik gunung.
Lalu, saya berlanjut ke kuliah olahraga di Universitas Negeri Jakarta, dan enggak tau harus ambil cabang olahraga apa. Sedangkan di kampus saya, setiap siswa wajib memilih satu cabang olahraga. Akhirnya saya memilih sport climbing karena lebih ke dunia saya banget. Saya bertemu pelatih sekaligus senior saya. Dialah yang mulai membangun saya sampai titik ini.
Pada prosesnya, pernah ada masa saat saya kebingungan pastinya. Peralatan sport climbing itu kan sangat mahal, saya berpikir, wah, bagaimana cara saya bisa mendapatkannya. Dari situ, saya bertekad untuk juara, supaya saya bisa dapatkan alat alat itu. Bisa dapat duit, beli sepatu, dan (keperluan) lainnya. Tekad saya bulat dan alhamdulillah, dari yang tidak punya sepatu, sekarang nggak tau sepatunya mau dikemanain.
ADVERTISEMENT
Mengapa Puji memilih olahraga panjat dinding ini dibanding dengan cabang olahraga lainnya?
Awalnya saya sempat pesimis ya menggeluti climbing ini, karena saya berawal dari atlet sepak takraw, yang bola rotan itu. Saya beralih ke panjat dinding karena di SMA saya ini nggak ada sepak takraw. Lalu saya lihat panjat dinding ini belum diminati banyak orang, makanya saya ambil peluang di situ.
Saya pikirkan ke depannya, tidak semua orang mampu melakukan ini karena olaharaga yang menruut saya ekstrim itu adalah olahraga yang meggunakan seluruh otot tubuh, dan yang melawan gravitasi.
Pernahkah Puji memiliki momen ingin menyerah saat menggeluti profesi ini?
Pasti pernah, ya. Itu saya rasain kemarin pas jalanin program Asian Games, itu beratnya ya ampun. Saya berlatih selama satu tahun tujuh bulan, dengan pemusatan latihan di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Itu menjalani persiapan umum rasanya sangat luar biasa dan berat. Sampai semua atlet cewe itu ada yang menangis, sampai nggak kuat, bahkan ada yang pingsan ketika lari tapi yaudah itu harus kita jalani.
Bagaimana cara Puji menenangkan diri untuk melawan cemas atau grogi sebelum bertanding?
Setiap saya mau tanding cara saya melawan grogi itu dengan memikirkan latihan-latihan yang sudah saya jalani. Karena menurut saya, latihan saya itu beratnya luar biasa. Ketika saya berpikir untuk grogi atau tidak percaya diri, itu sama saja saya membuat waktu latihan saya sia-sia selama ini.
Saya selalu mikir itu, jadi masa mau kalah dengan pemikiran seperti itu? Saya sudah capek loh, sudah nangis-nangis, sudah sampai berasa berat dan ingin menyerah, jadi ya itu termotivasi: ini saatnya!
ADVERTISEMENT
Itu yang selalu saya ingat kalau merasa grogi, masa grogi kalah dengan usaha saya kan. Dan masa iya kita mau kasih medali ke negara lain, ya kan, cuma gara-gara grogi?
Apakah Puji merasakan perubahan dari segi kepopuleran setelah Asian Games 2018 ini?
Wah jelas ya, ini sangat signifikan perubahannya. Pernah waktu itu, saya ke mall untuk membeli sesuatu yang urgent banget. Tiba-tiba ditarik minta foto, dan ditanya, “Ini mba Puji ya? dan lainnya. intinya, sekarang mereka lebih tau siapa kita, dan otomatis kita jadi lebih menjaga perliaku sendiri karena khawatir akan menjadi contoh.
Saya kaget sejujurnya, dapet undangan dari sana sini dan lainnya. Saya jadi mikir, oh gini ya rasanya jadi artis, duh nggak deh, saya mending jadi atlet saja.
ADVERTISEMENT
Bagaimana rutinitas olahraga Puji dan cara menjaga pola makanan?
Untuk panjat dinding sendiri, saya harus kuat di otot tangan, aktivitas sehari hari kita ya harus jalanin olahraga pull up, dan rutin jogging.
Untuk pertandingan sendiri, sudah ada programnya, jadi ya ikutin program dari pelatih. Lagi libur pun harus menjaga kebugaran tubuh, jadi ya pull up dan jogging itu sudah jadi makanan kita sehari-hari.
Jaga makanan juga jelas, kita harus penuh dengan gizi dan sudah ada takarannya sendiri sesuai berat badan ideal masing-masing atlet.
Untuk Asian Games sendiri, kalau berat badan kita naik satu kilo di atas berat ideal, kita harus bayar denda satu juta. Dan bayangkan setiap kita pilih makanan kita harus mikirin ini sehat nggak nih, ini buat gemuk nih, jadi mau makan harus mikir juga.
ADVERTISEMENT
Kemarin saya nyaris tinggal 2 ons lagi, saya bakal kena denda. Jadi setiap senin itu kita harus menimbang. Setiap harinya, cemilan kita ada ayam tanpa rasa sama putih telur.
Setelah Asian Games ini saya mau memanjakan diri dulu, mau makan yang ingin saya makan, tapi tetap menjaga berat badan.
---
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya hanya di topik sheinspiresme.