Boros & Takut Bikin Laporan Keuangan, Alasan Perempuan Sulit Menabung

24 April 2018 7:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pisahkan uang dalam rekening  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pisahkan uang dalam rekening (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Seberapa banyak dari Anda yang sering kebingungan di akhir bulan akibat gaji yang (hampir selalu) menguap tanpa sisa?
ADVERTISEMENT
Entah bagaimana caranya, rasanya uang hanya numpang lewat di rekening Anda. Jangankan berpikir untuk investasi atau deposito. Kini Anda masih kesulitan mengumpulkan dana darurat yang bisa dipergunakan di saat genting.
Jika Anda hampir selalu mengalami hal ini setiap bulan, tandanya ada yang perlu dibenahi dari cara pengelolaan uang Anda. Dan hampir bisa dipastikan, ‘kekeringan finansial’ ini terjadi akibat gaya hidup yang terlalu boros.
“Problem perempuan adalah spending untuk sekundernya besar. Spending untuk liburan, spending untuk skincare, pakaian, baju, tas, dan segala macam itu banyak,” aku Farah Dini Novita, Co-Founder & Financial Advicer Jouska Financial, saat ditemui kumparanSTYLE (kumparan.com) dalam acara Bincang Shopee di Kedai Kopi 89, Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4).
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya itu kita bisa kok, untuk tetap melakukan itu semua, tapi investment tetap jalan. Tinggal kita harus berani face the numbers saja,” sambungnya lagi.
Sebagai langkah awal, penting bagi Anda untuk tahu di mana posisi kemampuan finansial saat ini. Tahu berapa aset lancar (tabungan, deposito, logam mulia, dsb), aset guna (rumah, kendaraan), utang, dan tanggungan finansial yang Anda miliki.
“Totali semua aset, lalu kurangi dengan utang kita. Baru kita tahu posisi keuangan dan kemampuan investasi kita dimana. Tahu kita ‘bocor’ dimana. Sayangnya, kita selama ini takut melihat angka pengeluaran,” tutur Dini.
com-Belanja Online (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Belanja Online (Foto: Thinkstock)
Setelah tahu posisi finansial Anda berada di mana, barulah langkah selanjutnya bisa dilakukan. Jika ‘kebocoran’ terjadi akibat spending yang terlalu besar, ini berarti saatnya mulai mengencangkan ikat pinggang.
Ilustrasi boros (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi boros (Foto: Pixabay)
Anda bisa mulai berhemat, kurangi pengeluaran yang tidak perlu. Bisa juga ‘menurunkan kelas’ dengan memilih alternatif belanja yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
“Misalnya, kita senang ngopi sama teman-teman. Tapi kita tahu, di coffee shop ini mungkin harga kopinya Rp 50 ribu. Geser sedikit ada (coffee shop) yang harganya Rp 30 ribu. Itu beda Rp 20 ribu lho, yang bisa kita save up,” tips Dini.
Jeli membandingkan cost yang akan dikeluarkan juga tak kalah penting. “Kalau naik mobil, biaya bensin, dan tol, akan habis sekian. Kalau kita baik taksi online atau segala macam selisihnya sekian. Pilih yang lebih murah dan efisien. Karena kalau kita bisa tahu masih ada selisihnya kan bisa ditabung,” jelas Dini.
“Kalau kita bisa lebih smart untuk spending, kita bisa menikmati semua itu, tapi tetap menabung dan investasi tetap jalan,” tutupnya.
ADVERTISEMENT