Budaya Minum Susu di Indonesia Semakin Menurun, Apa Penyebabnya?

20 Maret 2017 16:56 WIB
ADVERTISEMENT
Kampanye Budaya Minum Susu (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
Siapa yang tak suka susu, pangan nomor lima yang termasuk dalam empat sehat lima sempurna ini menjadi minuman pelengkap untuk memenuhi gizi seseorang. Kandungan vitamin serta kalsium yang ada pada susu menjadikannya sebagai asupan bergizi yang patut dikonsumsi untuk semua kalangan usia.
ADVERTISEMENT
Semasa kecil, kita sudah dibiasakan untuk minum susu berupa ASI atau Air Susu Ibu mulai dari usia nol hingga dua tahun. Namun, seiring perkembangan zaman, budaya minum susu kian menurun. Kenapa? Penyebabnya, tak lain dikarenakan perilaku orang tua yang malas untuk membiasakan anaknya meminum susu setelah di atas tiga tahun.
Psikolog Roslina Verauli, M.Psi mengatakan bahwa terkadang banyak orang tua yang membebaskan anaknya untuk memilih opsi meminum susu atau tidak. Meskipun susu hanya menjadi pelengkap empat sehat lima sempurna, namun kita tidak bisa menampik bahwa manfaat susu sangat banyak bagi kesehatan, tumbuh kembang, serta kecerdasan otak anak.
"Seorang anak yang dibiarkan tidak meminum susu sedari kecil maka akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Penyebab lain bisa berasal dari ekonomi masyarakat Indonesia yang masih terbilang rendah," ujar Rosalina, dalam peluncuran kampanye Frisian Flag 'Saatnya Keluarga Minum Susu Sekarang!', di Hotel Aston Suites Kuningan, Rabu (20/3). 
ADVERTISEMENT
Dalam peluncuran kampanye tersebut, ahli gizi dan Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (PERGIZI Pangan) Prof. Dr. Hardiyansah, MS juga mengatakan bahwa susu merupakan salah satu pangan sumber gizi baik makro maupun mikro atau vitamin-mineral. "Konsumsi susu dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada anak setelah pemberian ASI Eksklusif," ucap Prof. Dr. Hardiyansah, MS.
Berdasarkan hasil riset Nielsen RUU Data tahun 2014 silam, konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, hanya 12 liter per orang per tahun atau sekitar tiga sendok makan sehari. Padahal segelas susu yang difortifikasi dapat memenuhi sampai 20% kebutuhan gizi harian anak dan dewasa dan juga menyumbang 180 kkal energi. 
ADVERTISEMENT
Di lain sisi, Psikolog yang akrab disapa Vera tersebut memandang bahwa minum susu segelas sehari merupakan sebuah kebiasaan yang baik. "Kumpul keluarga merupakan media terbaik untuk membentuk emosi positif dan membantu anggota keluarga membentuk perilaku sehat, salah satunya adalah kebiasaan minum susu," jelas Vera.
Lebih lanjut, Vera juga memaparkan cara untuk membiasakan minum susu di sebuah keluarga, yaitu dengan membuat sebuah ritual. Milk toast menjadi ritual menarik yang bisa diterapkan, di mana kegiatan ini bisa dilakukan di pagi hari ketika semua keluarga sedang sarapan. Ritual keluarga seperti ini akan meningkatkan perasaan bahwa keakraban akan terus berjalan yang berdampak pada timbulnya perasaan aman dan nyaman pada anak sekaligus meningkatkan kemampuan anak berkomunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lain disekitarnya. 
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Head of Prepared Beverages Frisian Flag Indonesia, Tanti menyampaikan bahwa kampanye Frisian Flag 'Saatnya Keluarga Minum Susu Sekarang!' diharapkan dapat mendorong keluarga Indonesia untuk lebih bersemangat memulai kebiasaan minum susu, minimal satu gelas sehari.