news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Campylobacter, Bakteri yang Lebih Berbahaya Dibanding Salmonella

13 Desember 2017 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bakteri Campylobacter (Foto: Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bakteri Campylobacter (Foto: Pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Ketika berbicara mengenai kasus keracunan yang disebabkan oleh makanan. Bakteri bernama Salmonella tidak dapat diabaikan begitu saja.
ADVERTISEMENT
Bakteri yang ditemukan sekitar satu abad yang lalu ini masih menjadi salah satu penyebab tertinggi keracunan pada makanan. Bahkan di Amerika Serikat, sekitar 1,2 juta jiwa mengalami gejala keracunan yang disebabkan oleh bakteri salmonella setiap tahunnya.
Meskipun salmonella lebih dikenal dibandingkan bakteri lainnya, namun ternyata ada satu bakteri lainnya yang kini menjadi 'rival' sebagai penyebab terbesar keracunan makanan. Adalah Campylobacter, yang kini juga sama bahayanya dengan salmonella.
Dilansir dari ktchn, menurut laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mengatakan bahwa Campylobacter lebih berbahaya dan ganas dibandingkan dengan Salmonella.
Dalam laporan yang diambil dari 10 negara bagian di Amerika, dikatakan bahwa Salmonella selama 20 tahun terakhir telah menjadi bakteri paling banyak menyebabkan keracunan. Namun, pada laporan terbaru tahun 2016, Campylobacter merubah posisi Salmonella sebagai penyebab keracunan tertinggi, dengan 8.547 kasus di Amerika.
ADVERTISEMENT
Sedangkan kasus keracunan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella tercatat terdapat sekitar 8.172 kasus. Selain itu beberapa bakteri lain, seperti Shigela dan E.coli juga masuk ke dalam daftar bakteri yang sering terpapar pada makanan.
Ilustrasi Anak keracunan Makanan (Foto: Think stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak keracunan Makanan (Foto: Think stock)
Gejala keracunan makanan yang telah terkontaminasi Campylobacter hampir sama dengan bakteri lainnya, seperti munculnya rasa mual berlebihan, keram dan sakit perut, hingga demam dan kehilangan kesadaran. Biasanya gejala tersebut akan terasa pada hari pertama sampai hari kelima setelah keracunan.
Bakteri ini dapat menjadi sangat berbahaya jika menginfeksi anak-anak dan balita, hingga dapat menyebabkan kematian. CDC melaporkan, bahwa Campylobacter ini telah menyebabkan lebih dari 76 kasus kematian setiap tahunnya, dengan korban terbanyak adalah anak-anak.
Tercatat sekitar satu dari lima orang di Amerika mengalami keracunan yang disebabkan oleh Campylobacter. Angka yang tinggi, mengingat jumlah penduduk Amerika yang ditaksir saat ini mencapai 300 juta jiwa.
ADVERTISEMENT
Namun, ada kabar baik mengenai perkembangan bakteri yang dapat mematikan ini. Dalam tiga tahun terakhir, tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kasus infeksi Campylobacter, sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini penyebaran bakteri berbahaya itu tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Bakteri Campylobacter umumnya ditemukan pada produk susu dan aneka olahannya yang tidak disterilkan dengan benar, aneka daging dan telur, makanan kaleng, dan bahkan air yang terkontaminasi.
Agar terhindar dari keracunan yang disebabkan oleh Campylobacter ataupun bakteri berbahaya lainnya, proses pemilihan dan pengolahan makanan harus sangat diperhatikan. CDC merekomendasikan agar mencuci bahan dan alat masak sampai benar-benar bersih.
Selain itu, usahakan memasak daging dan telur sampai benar-benar matang agar bakteri atau parasit mati. Dan yang tidak kalah penting, jangan mengkonsumsi susu atau produk olahan susu lainnya yang belum melewati proses pasteurisasi.
ADVERTISEMENT