Cerita Terry Putri yang Berbisnis Busana Muslim dari Kain Sasirangan

14 Desember 2017 17:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terry Puteri di ICF (Foto: Ratmia Dewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Terry Puteri di ICF (Foto: Ratmia Dewi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wastra Nusantara begitu banyak ragamnya. Mulai dari batik, songket, tenun, hingga ulos. Namun pernahkah kamu mendengar tentang kain sasirangan?
ADVERTISEMENT
Sejatinya, kain sasirangan merupakan kain adat khas suku Banjar di Kalimantan Selatan yang diwariskan secara turun temurun sejak abad ke-12.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Kalimantan Selatan, kain Sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah bertapa 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu.
Kain sasirangan dipercaya memiliki kekuatan magis yang bermanfaat untuk pengobatan. Pada awal kemunculannya, kain sasirangan mempunyai bentuk dan fungsi yang cukup sederhana, seperti ikat kepala, sabuk dan sebagai sarung selendang dan kerudung.
Batik Sasirangan Khas Banjarmasin. (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Batik Sasirangan Khas Banjarmasin. (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
Dalam perkembangannya, kain ini juga digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai oleh kalangan rakyat biasa ataupun keturunan bangsawan saat mengikuti upacara-upacara adat. Namun, dengan adanya globalisasi menjadikan kain ini tidak mengalami proses desakralisasi sehingga kemudian berubah menjadi pakaian sehari-hari, dan semakin dilupakan.
ADVERTISEMENT
Namun seiring perkembangan zaman pun, kain sasirangan ini berkembang menjadi pakaian sehari-hari dengan berbagi modifikasi. Contohnya yang dilakukan Terry Puteri dengan clothing linenya yang bernama Territory.
"Sebenarnya tiap daerah itu kan memiliki kekhasan kain masing-masing, dan tekniknya tuh gak jauh berbeda cuma nilai-nilai filosofisnya yang berbeda-beda," ujar Terry Puteri saat ditemui kumparan (kumparan.com) di konferensi pers Indonesia Cultural Fashion Goes to Milan 2017 di Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (13/12).
"Aku kan anak zaman dulu, waktu masih remaja kalau pakai kain kan old fashion banget ya, dengan berjalannya waktu. Ambil deh 10 tahun terakhir perkembangannya tuh beda banget. Memakai kain menjadi sesuatu yang makin indah dan jadi suatu hal yang keren," sambungnya lagi.
ADVERTISEMENT
Terry mencoba membuat busana yang kasual namun tetap kental dengan motif sasirangan. Warna-warna dari motif saringan sendiri terkenal dengan warna yang terang. Di sini Terry mencoba untuk menyesuaikan dengan warna-warna pastel yang marak digunakan dalam busana hijab kasual yang terbuat dari sifon, katun, hingga sutera.
"Di sini aku juga mau menunjukkan gitu, busana syar'i kasual ini walaupun dibuat untuk wanita berhijab. Juga dapat digunakan untuk mereka yang tidak berhijab. Misalnya turtleneck yang dipadukan dengan topi. Jadi meskipun pakai kerudung tetap bisa di mix dengan menggunakan topi. Jadi bisa tetap menutupi aurat dan mengikuti tren internasional," tambahnya.
Dalam memasok bahan konveksi untuk clothing linenya, Terry bekerja sama dengan UMKM daerah.
"Kita kalau gak ada UMKM bukan apa-apa. Tanpa ada penjahit, konveksi kita ga bisa jalan. Aku ngerasain banget setelah terjun ke industri ini. Oleh karena itu menurutku yang harus didukung lebih adalah orang-orang UMKM. Mereka berjasa banget," tutup dara kelahiran Banjarmasin tersebut.
ADVERTISEMENT