Decathlon Batal Luncurkan Hijab Olahraga di Prancis

27 Februari 2019 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan mengenakan hijab saat olahraga. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan mengenakan hijab saat olahraga. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perdebatan soal pemakaian atribut keagamaan seperti hijab di ruang publik selalu menjadi isu yang panas bagi negara Prancis.
ADVERTISEMENT
Memang, baik politisi maupun publik Prancis sudah sama-sama berupaya mencari 'jalan tengah' untuk menjaga keseimbangan tentang nilai-nilai toleransi beragama dengan sistem sekulerisme dari negara tersebut, meski belum mendapatkan solusi yang menggembirakan bagi semua pihak.
Contohnya, pada 2004 silam, Prancis melarang penggunaan hijab di sekolah. Lalu di 2010, Prancis jadi negara Eropa pertama yang melarang pemakaian burqa (hijab yang menutupi seluruh bagian wajah dan hanya memperlihatkan mata saja). Kemudian di 2016, ada peraturan baru yang melarang pemakaian burkini (istilah baju renang untuk perempuan Muslim) di pantai atau kolam renang Prancis.
Dilansir The Washington Post, kini isu hijab kembali diperbincangkan dan jadi kontroversi karena salah satu perusahaan yang memproduksi atribut olahraga asal Prancis, Decathlon, berencana meluncurkan hijab olahraga (hijab de running, dalam bahasa Prancis), dalam upaya memudahkan pelanggan Muslim mereka dalam berolahraga.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, langkah Decathlon ini justru mengundang kritikan dan debat di kalangan politisi dan publik Prancis.
"Sebaiknya, sebuah brand asal prancis tidak mempromosikan kerudung. Tentu keputusan mereka legal mengingat peraturan sekuler Prancis yang memperbolehkan penggunaan kerudung, namun itu bukan gambaran seorang perempuan yang saya setujui," papar Agnès Buzyn, Menteri Kesehatan Prancis, di salah satu radio Prancis, RTL, pada Selasa (26/2).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Aurore Bergé, juru bicara dari Republic on the Move, partai dari presiden Emmanuel Macron. Ia mengkiritisi Decathlon tentang keputusan meluncurkan hijab olahraga tersebut.
"Pilihan saya sebagai perempuan dan warga negara adalah untuk tidak lagi percaya pada sebuah brand yang merusak nilai-nilai kita. Mereka yang mentolerir perempuan hadir di ruang publik untuk 'bersembunyi' bukanlah pecinta kebebasan," tulisnya di Twitter.
ADVERTISEMENT
Mendapatkan kritikan dari banyak politisi, Decathlon pun akhirnya buka suara. Merespons komentar Bergé di Twitter, perwakilan brand tersebut mengungkapkan bahwa tujuan mereka sebenarnya sederhana saja, yaitu untuk memberi kemudahan pada konsumen berhijab mereka.
"Kami fokus untuk mendemonstrasikan kemudahan dalam berolahraga. Faktanya adalah banyak perempuan yang berolahraga mengenakan hijab, yang membuat mereka tidak nyaman. Tujuan kami simpel: untuk memberikan mereka pilihan produk olahraga yang nyaman," tulis Decathlon.
Meski sudah mencoba memberikan klarifikasi, kritikan dan tekanan yang diarahkan terhadap Decathlon membuat mereka akhirnya memutuskan untuk tidak menjual hijab olahraga itu di Prancis. Namun koleksinya tetap bisa dibeli di negara lain, seperti Maroko.
"Dihadapkan dengan polemik rumit dan berbagai ancaman yang ditujukan pada kami, melampaui keinginan kami untuk memenuhi keinginan pelanggan, pada akhirnya, prioritas kami adalah menemukan situasi damai," ungkap Decathlon dalam sebuah rilis pada Selasa (26/2) lalu.
Brand retail olahraga asal Prancis DECATHLON. Foto: AFP/PHILIPPE HUGUEN
Dilansir BBC, brand tersebut setidaknya mendapatkan lebih dari 500 telepon dan surel yang berisi kritikan tentang hijab olahraga tersebut. Bahkan, beberapa staff mereka mendapatkan banyak ancaman dan ejekan karena hal tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sehingga, kami memutuskan untuk membatalkan rencana kami menjual produk ini (hijab olahraga) di Prancis, demi menjaga keselamatan tim kami," tambahnya.
Walaupun banyak yang mengkritisi, beberapa pihak menyayangkan kurangnya toleransi agama di Prancis ini. Padahal, produk-produk seperti hijab olahraga dan burkini, menjadi item yang justru melibatkan banyak perempuan Muslim untuk berpartisipasi di ruang publik, bukan malah bersembunyi.
"Mereka yang menyerang hijab atas nama hak-hak perempuan, (tidak menyadari) bahwa ini adalah sesuatu yang benar-benar memungkinkan perempuan untuk bisa melakukan olaharaga, dan olahraga adalah hal yang membebaskan perempuan," ungkap Loura Youkana dari Lallab, organisasi feminis Muslim di Prancis, dalam sebuah wawancara.