High Heels, Awalnya Dipakai Laki-laki lalu Jadi Simbol bagi Perempuan

6 April 2019 17:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita mengenakan sepatu High Heels. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita mengenakan sepatu High Heels. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anda tentu sudah sangat familiar dengan high heels. Sepatu berujung runcing ini telah menjadi fashion item wajib bagi sebagian perempuan. Meski tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari, tetapi dalam kesempatan tertentu perempuan akan rela kakinya kesakitan demi tampil menawan dengan high heels.
ADVERTISEMENT
High heels memang dapat menunjang penampilan perempuan dan membuat mereka merasa lebih percaya diri karena postur tubuhnya tampak lebih tinggi dan tegap. Mereka bisa memadukannya dengan segala macam busana, mulai dari glamor, edgy, hingga kasual sekalipun.
Namun di balik itu semua, ternyata sepatu yang begitu feminin ini awalnya dibuat untuk laki-laki. Percaya atau tidak, high heels pertama kali terlihat dipakai oleh para penunggang kuda asal Persia sebelum tahun 1700-an. Sebuah fakta tentang high heels yang mengejutkan bukan?
Lalu seperti apa sebenarnya sejarah dari high heels? Bagaimana sepatu tinggi ini bisa beralih dari dipakai oleh laki-laki menjadi sepatu yang sangat menyimbolkan perempuan? Dan bagaimana sepatu ini bisa menjadi simbol status sosial hingga menjadi kunci rasa percaya diri bagi banyak perempuan? Berikut ulasan lengkapnya.
ADVERTISEMENT
Pertama dibuat untuk laki-laki
Dulu, pada abad ke-15 heels digunakan oleh para penunggang kuda pada bagian belakang sepatu boots cowboy mereka. Fungsinya adalah untuk membuat kaki penunggang tidak terpeleset dan tetap berada pada pijakan kaki saat berada di atas kuda.
Kala itu, seorang laki-laki yang bekerja di kedutaan besar Persia pada masa itu, Shāh Abbās, membawa high heels modern dari Persia ke Eropa. Sejak saat itu, high heels menjadi barang yang berkelas. Laki-laki mulai mengenakan heels untuk menunjukkan status sosial mereka. Hanya orang-orang kaya saja yang dapat mengenakan sepatu mewah ini.
King Louis XIV mengenakan high heels. Foto: Wikimedia Commons
Tak hanya orang-orang Persia, kalangan elit Eropa pun juga menjadikan high heels sebagai simbol status sosial, seperti yang dilakukan oleh Raja Louis XIV, raja dari Prancis. Oleh karena itu, ketika banyak orang mulai memakai sepatu ini, masyarakat elit mulai meminta agar heels mereka dibuat lebih tinggi untuk membedakan status mereka dengan masyarakat dari kelas bawah.
ADVERTISEMENT
Kemudian demi kepentingan bersama, pihak berwenang di Eropa membuat peraturan khusus untuk high heels. Mereka membagi tingginya heels berdasarkan status sosial masyarakatnya. Tinggi heels 1.3 cm untuk rakyat jelata, 2.5 cm untuk para borjuis, 3.9 cm digunakan para ksatria, 5 cm untuk bangsawan, dan 6.3 cm untuk para pangeran.
Detail high heels yang dipakai King Louis XIV. Foto: Wikimedia Commons
Seiring berjalannya waktu, para perempuan pun mulai menyesuaikan diri dan ikut mengenakan heels. Keterlibatan mereka ternyata berhasil mengubah pakem tentang heels. Secara perlahan, laki-laki mulai mengenakan high heels dengan bentuk hak yang besar dan tebal. Sedangkan perempuan memakai heels dengan hak yang lebih ramping atau runcing.
Kemudian saat peradaban berganti dan ilmu pengetahuan mulai dikenal oleh masyarakat Eropa, laki-laki secara bertahap berhenti mengenakan high heels. Dan setelah Revolusi Prancis pada akhir tahun 1780-an, high heels mulai menjadi simbol feminitas. Sepatu hak tinggi ini pun menjadi sangat dekat dengan perempuan.
ADVERTISEMENT
High heels dan perempuan
Jika melihat sejarahnya, sepertinya kini siapapun tak akan mampu membayangkan laki-laki mengenakan high heels dengan perasaan bangga dan penuh percaya diri. Jangankan memakai, melihat perempuan pakai heels saja kadang mereka merasa aneh seraya berpikir mengapa perempuan rela menyakiti kakinya dengan sepatu tersebut?
Mungkin ungkapan dari Christian Louboutin, salah satu desainer sepatu ternama asal Prancis ini bisa menjawabnya.
“When a woman puts on a heel, she has a different posture, a different attitude. She really stands up and has a consciousness of her body.” Christian Louboutin.
Ketika perempuan memakai heels, mereka akan memiliki postur dan sikap yang berbeda. Mereka akan berdiri tegak dan memiliki kesadaran yang tinggi akan tubuhnya.
High heels perempuan di er abad ke-18. Foto: Wikimedia Commons
Singkatnya, high heels dapat meningkatkan kepercayaan diri seorang perempuan. Beberapa dari mereka, khususnya yang tidak memiliki tubuh tinggi merasa jika heels dapat membantu perempuan untuk bisa tampil lebih cantik, menawan dan atraktif.
ADVERTISEMENT
Menurut Psychology Today, hal itu disebabkan karena tingginya hak pada high heels dapat membuat tubuh perempuan lebih tegap, bokong mereka tampak lebih terangkat, dan kaki mereka terlihat lebih jenjang dan kecil. Hal-hal tersebut yang dinilai dapat meningkatkan rasa percaya diri seorang perempuan ketika mereka harus tampil di depan publik.
Selain itu, menurut studi dari Prancis perempuan yang mengenakan high heels lebih mendapat banyak perhatian dari laki-laki ketimbang mereka yang mengenakan flat shoes. Menurut sebagian laki-laki, perempuan dengan high heels terlihat lebih seksi.
“Mengenakan high heels membuat perempuan terlihat memiliki kaki yang lebih panjang dan membuat postur mereka lebih seksi. Hal ini bisa membuat sebagian pria menganggap perempuan yang pakai high heels lebih siap secara seksual dan mudah didekati,” ungkap Mairi Macleod, Ph.D., seorang ahli biologi dan penulis sains.
ADVERTISEMENT
High Heels Masa Kini
Sejak digunakan oleh perempuan, heels memang dapat menjadi fashion item yang menentukan gaya seseorang. Oleh karena itu, banyak sekali rumah mode yang khusus memproduksi sepatu. Salah satunya adalah Christian Louboutin.
Brand sepatu asal Prancis ini terkenal dengan heels alas berwarna merah darah yang begitu ikonis. High heels mereka yang paling terkenal adalah So Kate, sebuah heels berwarna hitam dengan sol berwarna merah yang awalnya hanya dibuat khusus untuk pernikahan Kate Moss.
Christian Louboutin So Kate Foto: Christian Louboutin
Kemudian brand lainnya adalah Manolo Blahnik. High heels yang terkenal karena menjadi kecintaan Carrie Bradshaw, karakter dalam serial Sex and The City yang diperankan oleh Sarah Jessica Parker.
Karena sejak awal high heels memang sudah menjadi penentu sosial seseorang, maka tak heran jika sepatu dari dua brand tersebut dijual dengan harga mahal. Sepasang heels lansiran Louboutin dibanderol mulai dari Rp 11 jutaan, sedangkan Manolo Blahnik menjual heels buatannya hingga Rp 70 jutaan. Wow!
Bersihkan selalu high heels Foto: Thinkstock
Tak heran, nilai kemewahan telah menjadi identitas dari high heels. Hingga saat ini, heels masih memiliki reputasi yang sama. Perempuan akan mengenakan heels di acara-acara spesial saja. Selain karena alasan kesehatan kaki, harga high heels yang mahal, bentuk haknya yang delicate, dan tampilannya yang mewah membuat perempuan tidak akan rela mengenakan heels-nya di sembarang tempat.
ADVERTISEMENT
Perempuan akan sangat berhati-hati dalam memperlakukan heels-nya. Mereka akan merawatnya dengan telaten dan menyimpannya di tempat yang aman. Bahkan kini, ada jasa perawatan heels dengan servis khusus. Heels koleksi Anda akan ‘dimanjakan’ agar selalu terlihat bersih dan bebas noda.
Bagaimana dengan Anda, berani mengeluarkan biaya tak sedikit untuk membeli sepasang high heels?