Ini Perbedaan Mendasar Batik Tulis dan Cap

10 Oktober 2018 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembuatan Batik Blora "Krajan Pratiwi" (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan Batik Blora "Krajan Pratiwi" (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sudah bukan pengetahuan baru lagi bahwa proses pengerjaan batik bisa menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan.
ADVERTISEMENT
Untuk menciptakan sehelai kain batik yang cantik, dibutuhkan skill, kesabaran, dan ketekunan tingkat tinggi. Para pembatik dituntut untuk mahir memainkan canting dengan presisi, rapi, dan penuh kehati-hatian.Inilah yang jadi alasan mengapa batik tulis bernilai tinggi.
Sehelai batik tulis bisa dibanderol Rp 1 juta hingga belasan juta rupiah. Semua tergantung kerumitan motif dan teknik pewarnaan batik. Semakin unik dan variatif warnanya, semakin mahal pula harganya.
Proses pembuatan Batik Blora "Krajan Pratiwi" (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan Batik Blora "Krajan Pratiwi" (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
"Satu kain batik itu kita bikinnya bisa delapan bulan sampai satu tahun. Dan proses buka tutup malamnya (lilin) itu bisa tiga sampai empat kali," jelas desainer batik Era Soekamto kepada kumparanSTYLE, saat dijumpai di Plaza Indonesia, beberapa waku lalu.
Karena harga batik tulis yang dirasa mahal, kini banyak orang yang beralih mengenakan batik cap yang lebih ekonomis.
Turis Asing Belajar Membatik di Kampoeng Batik Laweyan (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Turis Asing Belajar Membatik di Kampoeng Batik Laweyan (Foto: Istimewa)
Berbeda dengan batik tulis yang dikerjakan 100 persen dengan tangan, batik cap dibuat menggunakan cetakan motif yang dibasahi malam. Malam merupakan cairan kecoklatan yang berasal dari ekstraksi tumbuhan, biasa dipakai untuk mewarnai kain batik.
ADVERTISEMENT
Teknik cap ditempuh demi menghemat waktu dan tenaga. Terkait banyaknya orang yang beralih ke batik cap yang jauh lebih murah, Creative Director Iwan Tirta Private Collection ini mengaku memahami pilihan tersebut.
"Saya mengerti. Misalnya setiap Selasa pakai batik, kan enggak mungkin semua orang bisa beli batik tulis yang harganya jutaan. Makanya hal ini direspon oleh industri agar (motif batik) juga bisa dicetak," ujar Era.
Batik Banyuwangi (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Batik Banyuwangi (Foto: Joseph Pradipta/kumparan)
Perempuan kelahiran 3 Mei 1976 ini juga membocorkan sedikit trik membedakan batik tulis dan cap.
"Kita bisa lihat dari warna bagian belakangnya. Batik tulis warnanya akan tembus ke belakang, jadi bermotif full di kedua sisi. Kalau cap cenderung satu sisi saja," jelasnya singkat. Karena dikerjakan dengan tangan, motif batik tulis tak akan serapi batik cap pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Aroma batik tulis cenderung lebih lembut, tak setajam batik cap yang mengandung lebih banyak bahan kimia. Gambar batik tulis cenderung luwes dan menyatu sempurna. Berbeda dengan batik cap yang tampak rapi (cenderung kaku) dan berulang.
Pembuatan Batik di Pesindon (Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Pembuatan Batik di Pesindon (Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra)
Meski demikian, Era Soekamto menganggap batik tulis dan cap sebagai hal yang tak jauh berbeda. Batik tetaplah batik.
Yang terpenting adalah tingkat pemahaman seseorang terhadap motif batik yang dipakai. Karena esensi utama atau 'nyawa' batik yang sesungguhnya terletak pada motif dan makna yang terkandung di dalamnya.