Inspirasi Womanpreneur: Licke Mayasari, Co-founder Peapepo

24 Februari 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Licke Mayasari, Co-founder Peapepo. Foto: Avissa Harness/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Licke Mayasari, Co-founder Peapepo. Foto: Avissa Harness/kumparan
ADVERTISEMENT
Memiliki hobi menggambar membuat Licke Mayasari (34) berani dan serius menekuni bisnis di industri kreatif. Ia percaya jika passion tidak hanya bisa diterapkan dalam dunia profesional, tetapi dalam berbisnis juga bisa.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Licke memulai bisnis crafting di awal usia 20an. Ia melakukan semuanya sendiri, mulai dari menyiapkan ide, membeli bahan, menggambar, mengemas, hingga mengirimkan pesanan.
“Membangun bisnis sendiri itu sangat penuh tantangan dan melelahkan karena saya harus melakukan semuanya sendiri. Tetapi karena sesuai dengan passion, saya begitu menikmatinya,” ungkap Licke yang kami temui dalam acara Instagrammable Business Tour bersama Instagram di Surabaya pada 14 Februari lalu.
Namun di tahun 2015, Licke memilih untuk bergabung dengan Peapepo, sebuah bisnis souvenir karikatur dan hadiah homemade asal Surabaya yang didirikan oleh Kevin Andy, Evelyn Giovanni, dan Ronald Surjadi. Licke kala itu menggantikan posisi Evelyn yang harus pindah ke Jakarta.
Sejak saat itu, Licke berperan mengurus segala hal yang berkaitan dengan promosi untuk Peapepo. Terutama promosi dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari akun Peapepo, memang terlihat sekali jika postingan mereka sangat terorganisir. Ini merupakan hasil penerapan strategi dalam pemanfaatan platform ads, serta engagement strategy dengan followers di Instagram. Salah satunya dengan menguatkan sisi konten.
Kevin Andy, Licke Mayasari, dan Ronald Surjadi, pendiri Peapepo, Instagrammable Business asal Surabaya. Foto: dok.Instagram
“Sejak awal kami memang menggunakan Instagram sebagai platform utama dalam mempromosikan produk. Oleh karena itu kami tidak ingin asal memasukkan foto dan cerita. Kami merencanakan dengan rinci mulai dari desain hingga caption, karena kami tidak ingin akun Instagram ini hanya menjadi sebuah katalog, tetapi juga sebagai wadah untuk berbagi cerita dengan followers dan pengguna Instagram,” ungkapnya.
Dengan memanfaatkan Instagram, hingga saat ini Peapepo telah berhasil menjual 120-150 unit produk setiap bulannya dengan omzet sekitar 30-40 juta. Mereka juga sukses menembus pasar hampir di seluruh Indonesia, seperti Medan, Batam, Kupang, Makassar, Manado, hingga negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Licke mengaku itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Ia mengorbankan banyak hal agar bisa mengatur media sosial Peapepo dengan baik. Mulai dari melewatkan waktu makan siang, bangun tengah malam untuk membalas chat pelanggan, tidak bisa lepas dari handphone, hingga merasa putus asa terhadap diri sendiri sudah pernah ia alami.
“Sebagai seorang perempuan saya sering merasa putus asa dan terbawa perasaan. Apalagi ketika sudah susah payah membuat konten, tapi feedback dari followers sangat sedikit. Pernah saya merasa putus asa sekali ketika sudah semaksimal mungkin menyiapkan yang terbaik untuk sesi foto, tetapi ketika diunggah likes-nya sedikit. Di situ saya sempat menyalahkan diri sendiri,” ceritanya.
Jika sudah begitu, Licke harus berusaha untuk terus yakin dengan apa yang ia kerjakan. Ia akan mengingat lagi tujuan awal dalam menjalankan bisnis; apa dan kenapa ia dan tim melakukan ini. Menurut Licke untuk mengetahui itu, dibutuhkan waktu untuk sendiri dan menenangkan diri, lalu menyusun kembali rencana baru.
ADVERTISEMENT
Pentingnya mentor bagi pebisnis pemula
Memulai bisnis dalam usia yang sangat muda dan tidak memiliki latar belakang bisnis mendorong Licke Mayasari untuk meminta bantuan kepada mentor atau pebisnis lain yang lebih berpengalaman.
“Mentor sangat membantu saya dan teman-teman dalam memperbaiki strategi pemasaran. Misalnya jika dari salah satu strategi promosi tidak berjalan lancar, mereka akan membantu mengidentifikasi apa penyebabnya. Bisa jadi engagement berkurang karena kami hanya mengunggah produk saja tanpa ada pengembangan lain. Sejak saat itu kami mulai memutar otak untuk menyiapkan konten baru yang lebih baik,” tutur Licke.
Licke dan kawan-kawan memang sempat kesulitan dalam menambah pengikut di Instagram. Bukan karena bisnisnya tidak laku, tetapi karena kurang adanya konten yang dapat membangun engagement bagi pengikut ataupun pengguna Instagram lainnya.
ADVERTISEMENT
Setelah banyak membaca, sharing dengan mentor, dan melakukan riset sendiri, Licke menyadari jika ternyata pengguna Instagram lebih tertarik dengan konten yang berisi tips atau memberikan informasi-informasi baru.
Licke Mayasari bersama dua rekan bisnisnya di Peapepo, Kevin Andy dan Ronald Surjadi. Foto: Avissa Harness/kumparan
“Jadi untuk menambah followers dan engagement, kami sepakat untuk membuat video. Berdasarkan pengamatan, saya melihat banyak teman-teman yang masih kesulitan membuat kartu ucapan sendiri. Dari situ kami melihat sebuah peluang dan akhirnya memutuskan untuk membuat video DIY kartu ucapan agar bisa dipelajari langsung di rumah. Cara itu ternyata ampuh untuk menaikkan jumlah pengikut dan engagement,” tuturnya.
Menurut Licke, peran mentor juga dapat memacu para pebisnis baru untuk berani melakukan hal yang sebelumnya pernah dilakukan.
“Saya pernah dengar Jeffrey Rachmat (seorang pastor dan penulis buku) mengatakan, kalau teman akan selalu menerima kita apa adanya, tetapi kalau mentor tidak akan membiarkan kita apa adanya. Jadi misalnya ada masalah di bagian keuangan, maka kita akan diberikan tugas untuk mencari solusinya. Masukan dari mentor itu sangat kita perlukan karena mereka dapat melihat bisnis kita dari kacamata orang luar, berbeda dengan cara saya melihat bisnis ini sendiri,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Belajar profesional dengan menjadi pendengar yang baik
Bekerja dengan dua laki-laki tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Licke Mayasari. Ia harus pandai menekan ego, mengesampingkan sisi sensitifnya sebagai perempuan, dan menjadi pendengar yang baik.
“Saya banyak belajar untuk memahami kepribadian masing-masing rekan saya. Karena jika saya yang terus ingin dipahami, semua akan terbawa ke hati dan tidak akan berjalan secara profesional,” tuturnya.
Karena sebelumnya Licke berbisnis sendiri, ia juga harus melebur idealisme diri agar tidak berseberangan dengan dua rekan kerjanya. Ia pun belajar untuk menjadi pendengar yang baik dan mencoba menangkap apa yang diinginkan oleh timnya.
“Dalam sebuah tim, yang sangat diperlukan adalah kemauan untuk selalu mendengar. Misalnya mereka memiliki ide, kita harus mendengarkan dulu sebelum mengoreksi atau menginterupsi. Tanyakan alasan mereka kenapa memilih ide itu. Jika mengikuti ego, pasti sebelum rekan kita selesai bicara, kita akan langsung memotong dan mengambil kesimpulan. Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja sebab itu tidak berlaku dalam bekerja tim,” ungkap Licke.
Produk-produk souvenir dan hadiah garapan Peapepo, Instagrammable Business Surabaya. Foto: Avissa Harness/kumparan
Ia juga menambahkan bahwa kita harus bisa mendengarkan ide-ide dengan kacamata yang berbeda. Agar bisa tahu apa saja yang cocok untuk bisnis yang dijalani dan cara apa yang tepat untuk dipakai sewaktu eksekusi.
ADVERTISEMENT
Mendengar memang menjadi salah satu kunci sukses bagi Licke. Karena tidak semua ide yang ia berikan bisa langsung berhasil dan belum tentu juga ide kedua temannya selalu benar. Jadi ketika ada yang kurang, satu sama lain bisa saling melengkapi. Hal itu bisa dicapai apabila semua anggota tim bisa menjadi pendengar yang baik.
Selain itu, Licke juga belajar jika nalurinya sebagai perempuan yang selalu melibatkan emosi dalam berbagai hal tidak bisa diterapkan dalam berbisnis. “Yang lebih penting lagi bagi saya, ketika mendapat teguran dalam bekerja, saya harus tahu yang ditegur bukanlah diri saya secara personal, melainkan cara saya dalam bekerja. Sebagai perempuan, saya sangat belajar sekali untuk bisa membedakan dua hal itu. Dan itu bukanlah hal yang mudah. Sisi saya sebagai perempuan kerap membuat saya sensitif dan merasa sedih ketika dimarahi,” ungkap Licke saat itu.
ADVERTISEMENT
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya hanya di topik sheinpsiresme.