news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kecaman Model Plus Size hingga Transgender Terhadap Victoria's Secret

13 November 2018 17:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anti-Victoria's Secret (Foto:  Instagram/@bitesizedfitness)
zoom-in-whitePerbesar
Anti-Victoria's Secret (Foto: Instagram/@bitesizedfitness)
ADVERTISEMENT
Victoria's Secret Fashion Show menjadi salah satu ajang fashion yang paling dinanti. Lebih dari 800 juta penonton di 190 negara menikmati pertunjukkan para "angels" bertubuh langsing yang lengkap mengenakan sayap dan pakaian dalam beragam model dan warna. Highlight terbaik di show ini adalah pertunjukan "fantasy bra" yang berhiaskan batu permata.
ADVERTISEMENT
Seiring perjalanannya, meski dinanti-nanti Victoria's Secret Fashion Show juga kerap dihujani kritik soal keberagaman mulai dari asal para model, warna kulit, hingga ukuran tubuh modelnya yang menampilkan gambaran tubuh perempuan yang tidak realistis.
Victoria's Secret Fantasy Bra  (Foto: Dok. vsfstb, vsmodelslife, Elsa Hosk)
zoom-in-whitePerbesar
Victoria's Secret Fantasy Bra (Foto: Dok. vsfstb, vsmodelslife, Elsa Hosk)
Dan yang baru-baru ini yang hangat diperbincangkan adalah diskriminasi akan model transgender hingga down sindrome yang tak mendapat ruang dalam ajang fashion show pakaian dalam perempuan tersebut.
Diskriminasi ini dilontarkan oleh Ed Razek selaku Chief Marketing Officer of Victoria Secret's dalam wawancara eksklusifnya dengan Vogue beberapa waktu lalu.
Ed Razek menjelaskan, Victoria's Secret tidak akan merekrut model transgender. Menurutnya transsexual dalam show tidak diperlukan. Karena VSFS semata-mata adalah fantasi, hiburan spesial yang berlangsung selama 42 menit.
ADVERTISEMENT
Selepas pernyataannya tersebut, Ed melontarkan permintaan maafnya dalam akun Twitter resmi Victoria's Secret.
Pria berusia 70 tahun tersebut meminta maaf terkait pernyataannya yang menyinggung model transgender. Menurut Ed, bukannya Victoria's Secret tak mau melibatkan model transgender dalam shownya, namun model transgender yang mengikuti casting tidak ada yang lolos. Hal tersebut bukan didasari akan sentimen tentang gender.
Namun sayang bagi beberapa pihak yang merasa diserang telah tersinggung dan sedang mengatur boykot atas Victoria's Secret.
Salah satunya datang dari Leyna bloom, model, aktris dan aktivis transgender ini merespon dengan keras pernyataan Ed tersebut. Melalui akun Instagramnya, Leyna berujar "Jika Anda mendukung brand VS berarti Anda mendukung transphobia dan Anda telah menjadi bagian masalah di dunia. Kebencian telah menyebabkan masalah di dunia tetapi belum dipecahkan. Saya siap memperjuangkannya hingga nafas terakhir saya, transgender tidak akan mendukung Anda sama sekali," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Nada serupa juga datang juga dari Carmen Carrera seorang aktris dan model transgender asal Amerika.
Ia juga menyayangkan pernyataan dari Ed Razek yang mendiskriminasi model transgender. Menurutnya Victoria's Secret takut dan tidak mau mengambil risiko. Transgender dilihat sebagai penghambat bukan sebagai peluang.
Selain itu menurut Carrera, pernyataan Ed tersebut juga mengindikasikan adanya penurunan penjualan Victoria's Secret.
"Penjualan mereka terus menurun sejak 2016 dan saya harap mereka segera berubah! Jika mereka siap untuk perubahan positif dengan dampak besar, mereka tahu di mana menemukan saya!" paparnya.
Aspirasi terkait isu keberagaman juga datang dari Madeline Stuart, model dengan down syndrome yang berjalan untuk runway New York Fashion Week.
Model asal Australia tersebut dalam wawancaranya dengan Vogue menyatakan keinginannya untuk turut tampil di runway Victoria's Secret dan menyebutnya sebagai impian terbesarnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Madeline, penting bagi setiap brand besar mewakili berbagai tipe orang mulai dari warna kulit, asal, bentuk tubuh dan lain-lain. Apa lagi brand seperti Victoria's Secret yang berperan dalam membentuk tren dan memiliki andil besar dalam industri fashion.
"Semakin beragam model yang ditampilkan dalam runway kampanye fashion, maka kesetaraan sesama manusia akan tercipta. Cara ini dapat dilakukan dengan melibatkan semua kalangan dari berbagai lapisan orang," ujar Madeline kepada Vogue.
Kritik Soal Keberagaman Tubuh
Isu keberagaman, baik soal bentuk tubuh dan warna kulit para 'angels' Victoria Secret memang telah santer menjadi bahan kritik.
Di tahun 2014, Victoria's Secret show sempat menyebabkan kisruh di media sosial karena slogan "The perfect Body" untuk koleksi bra terbaru mereka. Karena dihadapkan dengan kemarahan banyak pihak, slogannya pun diganti menjadi "The Body for every body". Bahkan di 2016, "angel" Erin Heatherton mengkritik pertunjukan tersebut karena ia merasakan tekanan untuk harus langsing dan ia tidak akan mau lagi menjadi model untuk produk ini.
ADVERTISEMENT
Kritik soal keberagaman ukuran tubuh juga santer dilontarkan kepada label pakaian dalam perempuan tersebut. Salah satu kritik disampaikan oleh model berukuran plus, Ashley Graham, yang memposting foto dirinya ke instagram, Senin (20/11/2017) hari dimana Victoria's Secret menggelar peragaan busana di Shanghai, China.
Dalam foto tersebut, Ashley mengenakan lingerie dan sayap bidadari yang menjadi ciri khas dalam setiap peragaan busana Victoria's Secret. Foto tersebut juga bertuliskan caption bernada sarkas yang berbunyi "Got my wings!" yang berarti "saya mendapatkan sayapku".
Sayang postingan yang mendulang 774 ribu likes tersebut tidak digubris oleh Victoria's Secret.
Netizen juga menyoroti soal pemilihan casting Victoria's Secret yang memadukan model berkulit berwarna dengan kostum bertema tradisional.
Namun jika diamati, pada Victoria Secret Fahion Show 2018 kali ini, isu keberagaman mulai digaungkan dengan ditampilkannya Winnie Harlow, model yang mengidap vitiligo dan model asal Filipina Kelsey Merritt yang menjadi orang Asia Tenggara pertama yang tampil di Fashion Show Victoria's Secret 2018.
ADVERTISEMENT