news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Penderita Fobia Sosial, Takut Menatap Orang hingga Menarik Diri

22 November 2017 19:52 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cemas (Foto: Dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cemas (Foto: Dok. Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bila kamu merasa tidak nyaman, bahkan terlampau cemas dan resah ketika berada di tengah keramaian dan pergaulan, mungkin saja kamu mengalami gejala fobia sosial.
ADVERTISEMENT
Fobia sosial atau social anxiety disorder adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal itu diekspresikan dengan rasa malu dan tidak nyaman yang sangat berlebihan ketika sedang bersosialisasi atau beradaptasi dengan orang lain.
Fobia sosial dapat terjadi karena dilatarbelakangi beberapa faktor seperti sejarah keluarga, pengalaman yang buruk, bahkan karena keadaan fisik yang tidak sempurna.
Banyak di antara remaja yang mengalami masalah psikologis yang mempengaruhi kepercayaan dirinya. Salah satunya adalah gadis kelahiran tahun 1994, sebut saja Desi, yang pernah mengalami social anxiety disorder waktu kecil hingga kuliah.
Desi bercerita bahwa dia adalah seorang introvert. Gadis yang menetap di Jakarta Selatan ini mengaku sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Menurutnya fobia sosial itu mulai dirasakan ketika dia berada di kelas 3 SD. Kala itu semua teman perempuannya mengejek Desi yang kurus, berkacamata dan pendiam.
ADVERTISEMENT
"Sampai maju ke depan kelas aja gue bisa gemeter keringet dingin, bahkan dulu sempet hampir pingsan waktu SMP," ucap Desi.
Dari pengalaman buruk masa kecil itu, ketidakpercayaan diri Desi semakin bertambah ketika keluarganya mendapat musibah. Kedua orang tuanya berpisah dan mereka jatuh miskin. Hal ini membuat Desi semakin malu untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.
Jangankan berada di tempat ramai, melakukan kontak mata dengan orang di sekitar saja bisa membuat jantungnya berdegup kencang hingga keringat membasahi punggung dan lehernya.
“Kalau saya jalan selalu nunduk, selain itu juga nggak berani ngomong. Kalau dibayangkan, rasanya nggak enak banget. Rasanya seperti di dalam kandang berjalan, ke mana-mana nggak bisa ngapain,” tambahnya.
Namun untunglah saat menginjak bangku kuliah Desi mulai sadar bahwa dia harus berubah. Dia mencoba "mengobati" fobia sosialnya dengan memberanikan diri menyapa orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Setelah nyapa saya langsung kabur tanpa ngeliat muka orang tersebut. Mulai dari situ beberapa orang pun juga nyapa saya yang sebelumnya enggak ada sama sekali nyapa,” kisahnya.
Hingga kini Desi terus berusaha sembuh dari gangguan tersebut. Desi hingga kini juga masih menyukai tempat yang tidak terlalu ramai dan lebih suka menyendiri, yang selama ini dikenal sebagai ciri introvert, tetapi ia selalu menyempatkan waktu untuk bersosialisasi meskipun dengan durasi yang tidak lama.
Desi juga bisa eksis dengan bekerja sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta dan menguasai tiga bahasa.
Penjelasan Psikolog
kumparan menghubungi Psikolog Pendidikan dan Anak Elizabeth T. Santosa terkait fobia sosial. Menurutnya, fobia sosial terjadi karena perilaku orangtua yang tidak membiasakan anaknya untuk bergaul sehingga anak menjadi kuper atau kurang pergaulan.
ADVERTISEMENT
"Tidak dibiasakan oleh orang tuanya untuk bergaul, adanya trauma dan habitat dari kecil," ucap Elizabeth.
Habitat dari kecil yang dimaksud adalah perilaku orang tua yang membiarkan anaknya menjadi pendiam dan penyendiri. Orang tua jarang berkomunikasi secara intens dengan anak.
Mereka yang bisa terkena fobia sosial bukan hanya anak muda, tetapi bisa terjadi pada anak-anak hingga orang tua.
Elizabeth juga mengungkapkan ciri-ciri mereka yang terkena fobia sosial, antara lain muncul rasa cemas, menghindari tatap mata dan tidak nyaman berada di tengah keramaian.
Lalu bagaimana cara mengatasi atau menyembuhkan gangguan ini? "Keluarga harus memberi support. Kalau tidak bisa, bisa ke tempat yang expert, nanti di sana akan diberikan metode (penyembuhan) seperti coaching dan terapi," bebernya.
ADVERTISEMENT