Kurang Gizi, Penyebab Utama Tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi

14 Oktober 2017 10:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biasakan anak makan buah dan sayur sedari kecil. (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Biasakan anak makan buah dan sayur sedari kecil. (Foto: Thinstock)
ADVERTISEMENT
Sejak dulu, isu kecukupan gizi bisa dikatakan sebagai masalah abadi yang terus menghantui umat manusia. Masalah ini pernah dialami oleh berbagai negara dunia, mulai negara maju hingga berkembang. Termasuk Jepang, Belanda, dan tentunya, Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Masalah gizi di anak dan ibu yang hamil dan menyusui masih ada di Indonesia. Ini masalah yang masih relevan untuk dikaji,” ujar Prof Ir Ahmad Sulaeman saat berbicara di acara Nutricia Sari Husada Jelajah Gizi Malang, di Khas Jawa, Batu, Malang, Jawa Timur, Jumat (13/10).
Dijelaskan oleh Ahmad, saat ini terdapat 2.357 anak yang mengalami kekurangan gizi di Malang. Rata-rata usia harapan hidup warga malang berkisar di angka 72 tahun.
Jika bicara soal kekurangan gizi, kebanyakan orang akan langsung membayangkan tubuh kurus berbalut tulang belulang. Padahal, kurang gizi tak melulu berkaitan dengan busung lapar ataupun beri-beri.
Sayur adalah musuh terbesar anak-anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sayur adalah musuh terbesar anak-anak. (Foto: Thinkstock)
Justru, kini ada banyak anak bertubuh tambun (yang terlihat sangat sehat) mengalami malnutrisi akibat asupan makanan yang tak memenuhi standar kelengkapan nutrisi.
ADVERTISEMENT
“Masalah gizi tak melulu karena tak punya uang. Tapi tidak adanya edukasi dan ini erat kaitannya dengan makanan dan minuman yang kita makan,” ujar Ahmad lagi.
Dan mirisnya, berdasarkan data yang tertulis dalam laporan LB3 Puskesmas 2016, angka kematian bayi akibat gizi buruk di Indonesia masih sangat tinggi. Yaitu 52,78 per 100 ribu kelahiran.
Selain itu, juga ada 21 ibu meninggal setiap tahunnya. Ini artinya, satu sampai dua ibu harus meregang nyawa setiap bulan akibat pendarahan hebat saat bersalin.
Lantas, apa hubungannya pendarahan yang dialami ibu dengan masalah kekurangan gizi?
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman (Foto: Dok. Sarihusada Jelajah Gizi)
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman (Foto: Dok. Sarihusada Jelajah Gizi)
Ahmad menjelaskan hal ini dengan sederhana. “Angka kematian (ibu) di Indonesia masih sangat tinggi karena pendarahan, pendarahan karena anemia, anemia (terjadi) karena kekurangan zat besi, dan zat besi berasal dari makanan,” ujarnya lugas.
ADVERTISEMENT
Inilah yang jadi alasan mengapa banyak orang harus menyadari pentingnya menjaga asupan gizi seimbang. Namun sayang, masih banyak yang memandang enteng hal ini.
Kebanyakan orang Indonesia hanya makan untuk mengenyangkan perut, bukan untuk mencukupi kebutuhan gizi dan serat. Khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah dan kalangan mahasiswa perantau.
Yang penting perut kenyang, hati pun senang. Porsi makan pun jadi tak seimbang, dengan komposisi nasi mendominasi piring. Nasi, kecap, dan kerupuk pun tak jadi masalah besar.
Bekal makanan (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bekal makanan (Foto: thinkstock)
“Sekarang apapun yang kita lakukan, ada biaya yang harus kita keluarkan. Tapi juga harus dipikirkan future cost atau biaya masa depan,” tutur Ahmad. “Kalau kita salah makan hari ini, kedepannya kita akan terkena penyakit tak menular (diabetes, stroke, dan sebagainya). Penyakit yang disebabkan kesalahan kita sendiri,” peringatnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, coba tinjau kembali pola makan yang kamu anut selama ini. Sudah cukupkah asupan daging, sayur, dan buah yang kamu konsumsi sehari-hari?