Kurangnya Transparansi dan Informasi dalam Industri Kecantikan

29 Juni 2018 19:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makeup (Foto: dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makeup (Foto: dok. Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Dewasa ini para konsumen sudah semakin pintar dalam memilih produk yang tepat untuknya. Terutama dalam memilih produk kecantikan, sedikit banyak para perempuan sudah paham kandungan-kandungan apa saja yang tidak boleh ada di dalam skincare atau makeup.
ADVERTISEMENT
Tetapi sayangnya, industri kecantikan tidak memiliki transparansi yang jelas dalam pembuatan produk tersebut. Mereka tidak menjabarkan secara rinci dari mana bahan-bahan pembuat skincare atau makeup yang digunakan oleh konsumen.
Ilustrasi alas bedak (Foto: dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alas bedak (Foto: dok. Thinkstock)
Hal ini dibuktikan dalam survei terbaru yang dilakukan oleh para mahasiswa pascasarjana dari Fashion Institue of Technology, Amerika Serikat jurusan Cosmetic and Fragrance Marketing and Management. 19 mahasiswa yang merupakan karyawan di beberapa perusahan seperti LVMH, Unilever, L'Oreal, Estee Lauder, Chanel dan Shiseido melakukan survei kepada lebih dari 1,800 responden terkait transparansi dalam industri kecantikan.
Hasilnya, hanya 30 persen responden yang merasa bahwa bahan kandungan yang tertera pada produk kecantikan sudah cukup jelas. Sebanyak 42 persen responden merasa bahwa brand kosmetik atau skincare tidak memberikan penjelasan cukup terkait keamanan bahan kandungan dan 60 persen responden menginginkan brand untuk lebih mengidentifikasi secara detail dari mana saja sumber-sumber bahan pembuat kosmetik atau skincare tersebut didapat.
Ilustrasi lipstik (Foto: dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lipstik (Foto: dok. Thinkstock)
"Kurangnya kejelasan informasi produk menghalangi konsumen untuk membeli. Para konsumen beralih ke produk natural karena mereka berpikir bahwa 'hijau' (produk berbahan dasar bahan-bahan alami) itu bersih, tetapi tidak realistis jika tiba-tiba semua merek menjadi alami," tutur Lindsay Powell Schwartz, senior manajer dari perusahaan riset asal AS, Coty and a Capstone seperti dikutip dari Fashionista.
ADVERTISEMENT
Dari hasil penelitian ini, para mahasiswa pascasarjana tersebut mengusulkan agar perusahaan kecantikan memberikan kejelasan penggunaan aplikasi untuk memberikan informasi. Rupanya, Korea Selatan sudah menggunakan aplikasi sejenis bernama Hwahae.
Ilustrasi deodoran (Foto: dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi deodoran (Foto: dok. Thinkstock)
Aplikasi ini memberikan data-data lengkap mulai dari ulasan hingga informasi bahan kandungan dalam produk tertentu. Dan setiap informasi bahan kandungan memiliki pengertian tersendiri, adakah efek samping yang ditimbulkan, dan seberapa berbahayanya bahan tersebut menurut Environmental Working Group.
"Para pemimpin di industri kecantikan harus bekerja sama dalam hal ini terlepas dari apakah mereka kompetitor atau partner kerja. Semua ini demi menjawab kebutuhan para konsumen tentang transparansi yang jelas demi mendapatkan kepercayaan mereka," tutup Lindsay.
Bagaimana dengan Anda, perlukah transparansi yang jelas tentang bahan dasar suatu kosmetik atau skincare?
ADVERTISEMENT