Mengabadikan Momen Sakral Bersalin lewat Birth Photographer

26 November 2017 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Melahirkan merupakan momen sakral bagi setiap perempuan. Layaknya momen suci pernikahan yang pasti diabadikan, momen bersalin pun kini bisa didokumentasikan secara profesional.
ADVERTISEMENT
Potret ataupun video perjuangan ibu saat melahirkan manusia ke dunia, tak jarang mengundang tangis haru bagi orang-orang yang menyaksikan. Jasa memotret momen bersalin pun kini mulai diburu dan tengah menjadi tren di kalangan ibu hamil.
Penyanyi Ayudia Bing Slamet (Foto: Instagram @ayudiac)
Aktris sekaligus penulis buku Teman Tapi Menikah, Ayudia Bing Slamet, turut melambungkan popularitas jasa birth photography. Sejak 2016, Ayu mulai menyelami profesi sebagai fotografer bersalin dengan mendirikan Dia Fotografer.
Karena cintanya akan dunia foto, ibu dari Dia Sekala Bumi ini memutuskan belajar teknik fotografi secara autodidak. Pilihannya menjadi birth photographer bukan tanpa alasan. Ia ingin setiap ibu punya bukti autentik sebagai perempuan yang luar biasa kuat.
“Saya dengan senang hati mau mengabadikan ibu yang mengandung, melahirkan, dan menyusui. Supaya di saat orang lupa, ibu selalu punya bukti autentik bahwa dia adalah perempuan yang luar biasa kuat,” kata dia.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, mengurus anak, menjalani hari bersama keluarga dan memastikan semua baik-baik saja, tidak semudah dan seindah yang anda lihat di media sosial,” kata Ayu seperti dikutip di Instagram resmi @diafotografer.
Banyak kalangan selebriti yang telah memercayakan momen kelahiran bayinya diabadikan oleh lensa kamera Ayu. Sebut saja Zivanna Letisha, Mario Irwinsyah, dan Tya Ariestya.
Ayu percaya, menjadi birth photographer tak hanya mengabadikan momen kelahiran, tapi juga bisa mendampingi perjuangan perempuan-perempuan melewati masa bersalin.
Sama halnya dengan Ayu yang memiliki kecintaan di dunia fotografi, Irma Syahrifat yang juga doula profesional, kini tengah menekuni profesi sebagai birth photography.
Menurutnya momen melahirkan perlu diabadikan, karena tak banyak orang yang tahu bahwa tenyata ada ‘sejuta’ ekspresi di dalam ruang bersalin.
ADVERTISEMENT
“Jadi ketika bayi lahir, ada perempuan yang terlahir menjadi ibu, ada laki-laki yang lahir jadi ayah, ada seorang ibu yang lahir jadi nenek. Nah ekspresinya itu beragam sekali, menarik untuk diabadikan di kamera,” ucap Irma saat berbincang dengan kumparan, Rabu (8/11).
Irma sejauh ini mengutamakan klien doulanya terlebih dahulu untuk mendapatkan jasa birth photography darinya. Jadi, selama masa persalinan, Irma bisa merangkap profesi menjadi doula dan menjadi fotografer.
“Kalau aku prioritas ke klien doula dulu. Kalau bukan klien doula, at least harus ketemu sekali dulu nih, ngobrol-ngobrol. Karena menurut aku, mengenal klien itu penting. Kali aja pas kenalan, kliennya ternyata enggak cocok sama aku atau sebaliknya. Kan bisa saja,” ungkap Irma.
ADVERTISEMENT
Berbekal hobinya memotret klien doula saat bersalin, Irma memberanikan diri memasarkan hasil karya fotonya lewat akun Instagram @birth.imwithu. Dari akun media sosial jugalah, Irma mengenalkan profesinya yang seorang doula itu.
“Sebenarnya aku kan enggak punya pengalaman soal menjadi fotografer profesional. Karena memang suka foto saja, akhirnya jadilah birth photographer ini.”
Birth Photography (Foto: Instagram/@birth.imwithu)
Untuk menjadi birth photographer, seseorang tak cukup hanya memiliki keahlian mengambil gambar, melainkan juga harus mengerti dan paham proses persalinan.
Saat akan melahirkan, perempuan akan melewati empat tahap. Pertama, saat pembukaan 1-10. Kedua, saat bayi dilahirkan. Ketiga, saat plasenta lahir. Keempat, momen pasca melahirkan.
Seorang birth photographer diharapkan mengerti keempat tahap tersebut, agar bisa menangkap momen lebih jeli di ruang bersalin.
ADVERTISEMENT
“Fase yang paling menyentuh dan menarik untuk diambil ialah saat kala (tahap) pertama, fase transisi. Di fase ini, perempuan biasanya sudah menunjukkan tanda-tanda menyerah. Di sini momennya real banget, enggak ada setting-an sama sekali.”
“Intinya birth photographer itu enggak perlu yang jago banget, tapi tahu momen,” kata Irma.
Birth Photography (Foto: Instagram/@birth.imwithu)
Percaya atau tidak, ujar Irma, terkadang ada bayi yang memang tidak mau momen kelahirannya diabadikan.
“Suka ada yang enggak mau difoto, loh. Enggak ada yang tau (alasannya) selain bayinya. Misalnya kamera udah stand by, udah dicek bagus, pas crowning tinggal lahir, eh mati kameranya.”
Birth Photography (Foto: Yufienda Novitasari/kumparan)
Kehadiran birth photographer dalam ruang bersalin hingga kini masih menjadi kontroversi di kalangan rumah sakit. Ada rumah sakit yang mengizinkan, ada yang tidak. Ada pula rumah sakit yang hanya mengizinkan birth photographer hadir di ruang persalinan normal, tapi tidak untuk persalinan sesar.
ADVERTISEMENT
So moms, kalau anda ingin menggunakan jasa birth photographer, pastikan rumah sakit yang anda rencanakan jadi tempat bersalin, mengizinkan kehadiran fotografer bersalin, ya ;)