Mengulas Kehidupan Pangeran Charles yang Kesepian saat Kanak-kanak

23 Agustus 2018 9:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kunjungan Pangeran Charles ke Australia (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Pangeran Charles ke Australia (Foto: REUTERS/Phil Noble)
ADVERTISEMENT
Segala hal tentang kehidupan Pangeran Charles memang penuh dengan lika-liku. Terutama saat hidupnya seringkali disangkut pautkan dengan kematian Putri Diana.
ADVERTISEMENT
Namun tahukah Anda, jauh sebelum kehadiran Putri Diana atau Camilla Parker Bowles, dan menjadi jajaran tertinggi dalam pemegang takhta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles rupanya pernah mengalami masa kanak-kanak yang sulit. Ia tumbuh dalam lingkungan dengan ekspektasi tinggi, penuh kekecewaan, hingga bullying.
Lahir sebagai darah biru
Pada 14 November 1948, Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip menyambut kelahiran putra pertama mereka, yang juga seorang raja masa depan.
Mulanya, sang Ratu yang menyusui Pangeran Charles sejak bayi. Namun, tak disangka, Ratu Elizabeth II terkena penyakit campak, yang membuatnya harus berhenti menyusui Pangeran Charles. Dari situ, ia sering terpisahkan dari putranya sendiri, ditambah Ratu yang seringkali melaksanakan perjalanan luar negeri sebagai tugas kenegaraan.
ADVERTISEMENT
Begitu pun dengan sang ayah, Pangeran Philip, yang sering melakukan tugas Royal ke luar negeri dan kesulitan untuk menyisihkan waktu bersama Charles. Saat ia memiliki waktu luang, Philip sering mengajarkan Charles cara memancing dan berburu.
Pangeran Charles di Masa Kanak-kanak (Foto: Instagram @lizzieourqueen)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Charles di Masa Kanak-kanak (Foto: Instagram @lizzieourqueen)
Namun, waktu kebersamaan mereka tak selalu indah. Dalam paparan Royal biographer, Sally Bedell Smith di 'Prince Charles: The Passions and Paradoxes of an Improbable Life', Pangeran Charles sering ‘direndahkan’ oleh ayahnya yang memiliki kepribadian ‘memaksa’ dan keras.
Pangeran Philip khawatir sang putra terlalu ‘lembut’ dan ditakutkan akan menjadi seorang pria yang lemah. Hasilnya, kepribadian Philip seringkali terlihat sebagai bentuk bullying terhadap putranya.
Cerita lainnya adalah tentang sulitnya Charles mengatasi kritikan. Saat ia berusia delapan tahun dan menghadiri jamuan makan siang di rumah keluarga Mountbatten, Charles memakan buah stroberi dengan melepas tangkai atasnya.
Pangeran Charles di Masa Kanak-kanak (Foto: Instagram @leen_iee)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Charles di Masa Kanak-kanak (Foto: Instagram @leen_iee)
Kemudian sang ayah mengkritiknya dengan berkata, “Tidak, tidak. Kamu harus memegang tangkainya agar bisa menyelupkan ke gula.” Selanjutnya, Charles kecil berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyatukan kembali tangkai kepada badan buah stroberi tersebut.
ADVERTISEMENT
Masa sekolah
Dilansir The Sun, pada masa awal sekolahnya, ia kesulitan untuk mendapatkan seorang teman. Sebagai seorang Raja masa depan, dirinya tak luput dari berbagai cemoohan teman sebaya, seperti ‘Si Telinga Caplang’ hingga ‘Si Pangeran Gendut’.
Pangeran Charles di Masa Kanak-kanak (Foto: Instagram @leen_iee)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Charles di Masa Kanak-kanak (Foto: Instagram @leen_iee)
Untuk membantu Charles membangun karakternya, sang ayah memindahkan dirinya ke Gordonstoun di Skotlandia. Masa ia bersekolah di sana, keadaan semakin membaik dari segi pertemanan dan sekolah.
Hal tersebut pernah ia paparkan pada sebuah pidato bahwa dirinya merasa beruntung untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dirinya saat bersekolah di Gordonstoun.
Pangeran Charles (Foto: Instagram @iconsprincecharles)
zoom-in-whitePerbesar
Pangeran Charles (Foto: Instagram @iconsprincecharles)
Pertemuan dengan pujaan hati
Pada pertandingan polo di 1970, ia bertemu dengan sang pujaan hati, Camilla Shand di usia 22 tahun. Keduanya menjalin kisah cinta hingga akhirnya harus berpisah di 1971 karena Charles bergabung dengan Royal Navy.
Putri Diana & Camilla Parker Bowles (Foto: Instagram @fotografie_della_storia)
zoom-in-whitePerbesar
Putri Diana & Camilla Parker Bowles (Foto: Instagram @fotografie_della_storia)
Enam tahun kemudian, ia bertemu dengan Lady Diana Spencer dan menikahinya pada 1981 silam. Pernikahannya dengan Diana, dipenuhi oleh skandal dan kontroversi sedari awal. Terlebih, Charles masih menyimpan perasaan mendalam kepada Camilla sepanjang hidupnya. Hingga tiba kematian tragis Diana pada 1997 silam, Charles dan Camilla dikabarkan masih menjalin hubungan.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, meski saling mencintai, mereka tak langsung mendapatkan restu dari Ratu Elizabeth II. Kabar ini dinyatakan langsung oleh seorang jurnalis Inggris, Tom Bower, pada karya biografinya 'Rebel Prince: The Power, Passion, and Defiance of Prince Charles'.
Baju Pengantin Putri Diana (Foto: Instagram @princess.diana.forever)
zoom-in-whitePerbesar
Baju Pengantin Putri Diana (Foto: Instagram @princess.diana.forever)
Ia menulis bahwa sang Ratu pernah menyebut Camilla dengan sebutan ‘si perempuan jahat’, dan mengatakan bahwa ia tak ingin memiliki urusan apa pun dengan Camilla.
Meski demikian, seiring berjalannya waktu, sang Ratu menjadi lebih ‘hangat’ kepada Camilla. Disusul dengan keduanya secara resmi melangsungkan pernikahan pada 9 April 2005 lalu.
Camilla bersama Pangeran Charles (Foto: Mario Testino/Clarence House/Handout via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Camilla bersama Pangeran Charles (Foto: Mario Testino/Clarence House/Handout via REUTERS)
Kini, di usia 69 tahun, Pangeran Charles adalah seorang kakek bagi Pangeran George, Putri Charlotte, hingga Pangeran Louis.
Dilansir People, pemilik takhta Kerajaan Inggris masa depan ini berusaha keras untuk memastikan cucu-cucunya mengalami masa kanak-kanak yang membahagiakan. Sebuah usaha agar kelak mereka tak mengalami apa yang pernah ia rasakan dahulu.
ADVERTISEMENT