Mengunjungi Holland Village, Rumah bagi Para Desainer Lokal Singapura

25 November 2018 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Velda Tan, founder dari Our Second Nature. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Velda Tan, founder dari Our Second Nature. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam rangka mengenalkan desainer serta serta seniman lokal Singapura kepada para wisatawan mancanegara, hotel Ascott Orchard Singapura menghadirkan sebuah program bertajuk Fashion Experience. Acara yang digelar sejak Oktober lalu hingga Maret 2019 mendatang ini terdiri dari workshop oleh para desainer serta seniman lokal dan tur fashion bertajuk Fashion Insider's Tour.
ADVERTISEMENT
kumparanSTYLE menjadi salah satu media yang diajak untuk merasakan langsung tur fashion dan berkenalan dengan desainer dan seniman asli Singapura. Tur fashion berlangsung pada Jumat (23/11) lalu. Meski awan gelap dan hujan tak kunjung henti mengguyur Singapura, namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah kumparanSTYLE.
Dalam fashion tour kali ini, kumparanSTYLE dipandu oleh salah satu ikon fashion Singapura, Tracy Phillips. Pertemuan kami berlangsung di National Design Centre, yakni sebuah gedung yang dijadikan pusat desain dan seni Singapura yang berlokasi di distrik Bras Basah-Bugis.
Di sini, Tracy mengajak kumparanSTYLE berkenalan dengan para desainer lokal Singapura yang akan membuka butik pertamanya di Design Orchard, sebuah tempat belanja yang dihadirkan khusus untuk para pelaku seni dan pecinta fashion. Butik ini akan buka pada 2019 mendatang.
Esse, label lokal Singapura yang mengusung konsep sustainable fashion. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Esse, label lokal Singapura yang mengusung konsep sustainable fashion. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Salah satunya adalah desainer Alicia Tsi dengan label busananya Esse. Mengusung konsep sustainable fashion, Esse menghadirkan koleksi yang terbuat dari material katun organik dan linen. Busana yang dihadirkan berupa atasan, dress, blazer, cape, dan busana kasual lainnya.
Afton, desainer dari label busana Reckless Ericka. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Afton, desainer dari label busana Reckless Ericka. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Selain itu, kumparanSTYLE juga berkenalan dengan Afton, desainer Singapura yang sudah malang melintang selama 9 tahun dengan label Reckless Ericka. Afton membawa koleksi busana travel-friendly yang tidak mudah kusut dan mayoritas dress longgar dengan potongan yang simpel namun tetap stylish.
ADVERTISEMENT
Usai mengunjungi National Design Centre, Tracy mengajak kumparanSTYLE ke Holland Village. Sebuah area perumahan sekaligus toko-toko kecil di antara kawasan Bukit Timah dan Queenstown, area tengah Singapura.
"Banyak desainer dan seniman lokal yang membuka tokonya di area ini. Holland Village terkenal di antara kaum muda dan para ekspatriat. Selain itu, dulunya harga tanah di Holland Village tidak terlalu mahal, jadi banyak yang menyewa toko di sini," cerita Tracy dalam perjalanan ke Holland Village.
Notebook yang bisa dipersonalisasi di Bynd Artisan, Singapura. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Notebook yang bisa dipersonalisasi di Bynd Artisan, Singapura. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Sampai di sana sekitar pukul tiga sore, kami mengunjungi Bynd Artisan. Disambut ramah dengan pemiliknya, Winnie Chan dan sang suami, Bynd Artisan merupakan cafe sekaligus workshop pembuatan notebook yang bisa dipersonalisasi.
Notebook yang bisa dipersonalisasi di Bynd Artisan, Singapura. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Notebook yang bisa dipersonalisasi di Bynd Artisan, Singapura. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Anda bisa memilih berbagai jenis notebook dengan berbagai macam warna sekaligus menengok langsung proses pembuatannya. Notebook di sini dibanderol dengan harga yang bervariasi, yakni mulai dari 138 dolar Singapura (Rp 145 ribuan).
ADVERTISEMENT
Lanjut ke toko berikutnya, kumparanSTYLE menyambangi butik dari label lokal Our Second Nature. Label busana ini didirikan oleh ikon fashion sekaligus social media personality Singapura, Velda Tan.
Koleksi busana Our Second Nature, label lokal Singapura. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi busana Our Second Nature, label lokal Singapura. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Butik ready-to-wear ini memiliki koleksi busana kasual mulai dari atasan, midi dress, t-shirt, mini dress, hingga kemeja dengan nuansa warna earthy tone. Ditutur Velda, koleksi ini sengaja dibuat lebih minimalis dan tidak banyak, dengan harapan bisa di padankan dengan busana apapun.
Usai mengunjungi Our Second Nature, kumparanSTYLE diajak ke butik Atelier Ong Shunmugam. Butik sekaligus workshop ini didirikan oleh Priscilla Shunmugam, desainer lulusan National University of Singapore jurusan hukum yang menemukan passion-nya di dunia fashion saat tinggal di Inggris.
Sayangnya, Priscilla sedang ada di Inggris ketika kami tiba di sana. Disambut oleh asistennya yang biasa dipanggil P, ia menjelaskan bahwa Ong Shunmugam kental dengan nuansa Asia Tenggara dalam setiap balutan busananya.
Atelier Ong Shunmugam juga memiliki koleksi batik. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atelier Ong Shunmugam juga memiliki koleksi batik. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
"Kami memiliki cheongsam untuk Imlek, ada juga koleksi untuk Hari Raya (Idul Fitri), dan beberapa koleksi yang menggunakan kain batik," jelas P.
ADVERTISEMENT
Meninggalkan Ong Shunmugam, fashion tour kami berakhir di Ling Wu Le Salon, apartemen yang disulap menjadi butik tas premium dan aksesori berbahan dasar kulit milik desainer tas Goh Ling Ling. Dalam butik tersebut, berjejer puluhan tas berbagai ukuran, sling bag, tote bag, dan aksesori lainnya yang juga terbuat dari kulit.
Display tas berbahan dasar kulit di Ling Wu Bags Le Salon. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Display tas berbahan dasar kulit di Ling Wu Bags Le Salon. (Foto: Intan Kemala Sari/kumparan)
Di dalam apartemen ini pula, Ling Ling membuat desain dan bereksperimen memproduksi koleksi selanjutnya. Harga yang dibanderol juga bervariasi, dimulai dari 800 dolar hingga 1000 dolar Singapura (Rp 8,4 juta hingga Rp 10,5 jutaan) untuk sebuah tas. Anda juga bisa membuat tas customized dengan proses pembuatan delapan hingga 10 minggu.