Mungkinkah Tinggi Tubuh Seseorang Bisa Mempengaruhi Masa Depannya?

20 November 2017 18:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak Pertama dan Kedua (ilustrasi). (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak Pertama dan Kedua (ilustrasi). (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Umumnya, anak yang sehat seringkali dikaitkan dengan berat badan ideal. Padahal, indikator kesehatan seorang anak tak bisa hanya diukur dari berat badannya saja, melainkan ada dua tolak ukur lainnya yang jadi bahan pertimbangan.
ADVERTISEMENT
Selain berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala merupakan dua hal penting yang harus diperhatikan orang tua dalam melihat tumbuh kembang anak. Namun, di antara ketiganya, tinggi badan ternyata mempunyai peranan cukup penting dalam menentukan masa depan sang anak.
Dr. dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), menjeaskan jika tinggi badan seorang anak akan sangat berpengaruh pada tumbuh kembang mereka. "Jika anak pendek, hal ini akan mempengaruhi kesehatan anak di masa depan," ungkap dokter yang akrab disapa dr Wawan itu, saat ditemui kumparan (kumparan.com) di acara Frisian Flag Luncurkan Gerak 123 di fx Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (20/11).
"Tinggi badan anak perlu dipantau secara rutin karena dari berbagai penelitian membuktikan adanya korelasi positif antara tinggi badan dengan perkembangangan otak," imbuhnya.
Ilustrasi anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak (Foto: Thinkstock)
Tak hanya itu saja, akan ada banyak dampak yang ditimbulkan jika anak memiliki tinggi di bawah rata-rata. Di antaranya adalah gangguan aktivitas fisik, skor perkembangan atau development quotient (DQ), potensi kecerdasan (IQ), gangguan perilaku, performa sekolah, hingga prestasi akademis seorang anak. Dampak jangka panjang inilah yang lantas dikhawatirkan oleh para ahli.
ADVERTISEMENT
Menurut data RISKESDAS 2013, sebanyak 35 persen anak di Indonesia mengalami kondisi atunting. Seorang anak dikatakan stunted atau pendek jika mereka memiliki tinggi badan di bawah minus 2 standar deviasi (<-2) dari tabel status gizi WHO child growth standard.
Jika sudah begini, tak ada penangan pasti yang bisa dilakukan orang tua dalam mengubah tinggi badan sang anak, kecuali jika penanganan dilakukan saat usia anak masih di bawah dua tahun.
"Semuanya bisa diubah, tapi hanya bisa dilakukan saat anak masih berada dalam masa golden age yaitu usia di bawah dua tahun. Karena masa penentuan seorang anak adalah pada masa tersebut," papar dr. Wawan.
Anak-anak bermain layang-layang (ilustrasi) (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak bermain layang-layang (ilustrasi) (Foto: Thinkstock)
Lantas, apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi?
ADVERTISEMENT
Dr Wawan menyebutkan jika kondisi ini disebabkan oleh pemberian nutrisi yang buruk saat anak masih berada di dalam kandungan, tingginya infeksi akibat rendahnya higienitas, dan kurangnya aktivitas fisik anak.
"Oleh karena itu, jangan disangka bahwa penentu tinggi badan anak itu hanya disebabkan oleh faktor genetika atau keturunan saja, karena orang tua sejatinya bisa mengotimalkan tinggi badan anak dengan asupan yang bergizi, serta stimulasi gerak yang sesuai untuk anak," jelas dr Wawan mengakhiri perbincangan.