Perempuan Lebih Sering Terserang Migrain, Apa Penyebabnya?

9 Oktober 2018 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sakit kepala  (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sakit kepala (Foto: thinkstock)
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda merasakan serangan sakit kepala disertasi nyeri pada satu sisi saja? Ya, kondisi tersebut dikenal dengan migrain.
ADVERTISEMENT
Migrain biasanya bisa berlangsung selama beberapa jam hingga berhari-hari yang disertai dengan rasa mual, muntah, dan sensitif terhadap cahaya atau suara. Yang lebih parah, migrain juga bisa semakin buruk jika diiringi dengan aktivitas fisik seperti membungkuk, menunduk, atau turun-naik tangga.
Rupanya, migrain lebih banyak menyerang perempuan daripada pria. Seorang perempuan bisa mengalami migrain tiga kali lebih sering ketimbang pria.
Menurut data dari penelitian yang dilakukan oleh Migraine Research Foundation di Amerika Serikat, sebanyak 28 juta perempuan di Amerika mengalami migrain yang cukup parah. Beberapa di antaranya merasakan nyeri dahsyat di kepala bahkan serangan tersebut datang berkali-kali.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Ahli penyakit dalam Magda Popa, M.D, menjelaskan bahwa migrain yang lebih sering diderita perempuan disebabkan karena hormon estrogen yang dimiliki perempuan lebih banyak daripada pria. Meskipun tidak semua migrain bersifat hormonal, tetapi teori bahwa hormon estrogen adalah alasan mengapa perempuan lebih banyak mengalaminya telah diteliti berkali-kali.
Ilustrasi Menstruasi (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menstruasi (Foto: Thinkstock )
Baru-baru ini, laporan yang ditulis oleh ScienceDaily mengatakan bahwa penurunan hormon estrogen memicu migrain, terutama pada perempuan yang mengalami PMS atau pendarahan. Sedangkan peneliti Universitas Miguel Hernandez di Spanyol mempublikasikan penelitian dalam jurnal Frontiers in Molecular Biosciences yang mengatakan bahwa hormon testosteron pada pria berguna untuk meringankan gejala migrain.
ADVERTISEMENT
"Hormon estrogen mengontrol zat kimia tertentu di otak yang mengubah persepsi seseorang tentang rasa sakit. Itu sebabnnya orang yang mengalami awal menstruasi mengalami migrain yang intens dan cukup parah akibat penurunan kadar estrogen," tutur Dr. Celine Thum, direktur medis di ParaDocs Worldwide Inc. seperti dikutip dari Elite Daily.
Meski sering menimpa para perempuan, tetapi sebenarnya migrain dapat diobati. Hanya saja, belum ada patokan yang jelas perawatan apa yang cocok dilakukan untuk mengatasi migrain.
Dr. Celine menyarankan untuk melakukan terapi hormon, sedangkan dr. Magda mengatakan obat-obatan seperti antidepressant dan beta-blockers bisa digunakan untuk mengatasi migrain kronis asalkan harus dalam pengawasan dokter.