Resmi Menikah dengan Rakyat Biasa, Putri Ayako Lepas Gelar Kerajaan

31 Oktober 2018 7:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Putri Ayako menikah dengan Kei Moriya. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Putri Ayako menikah dengan Kei Moriya. (Foto: REUTERS)
ADVERTISEMENT
Setelah resmi menikah dengan Kei Moriya, pada Senin (29/10) dalam upacara adat khas kekaisaran Negeri Sakura di Kuil Meiji, Tokyo, Jepang Putri Ayako juga melepas gelar kerajaannya.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan kisah Pangeran William yang bisa mempertahankan gelar kerajaannya walau menikah dengan seorang rakyat biasa, Putri Ayako harus merelakan gelar kebangsawanan demi belahan jiwanya yang berasal dari kalangan ‘biasa’.
Hal ini dikarenakan hukum kekaisaran Jepang yang mengharuskan seorang anggota keluarga kerajaan melepaskan hak dan gelar kerajaan mereka jika mereka memutuskan untuk menikah dengan rakyat biasa.
Kisah cinta sepasang kekasih ini memang telah menjadi sorotan media internasional sejak Agustus 2018 lalu ketika keduanya resmi bertunangan. Tak heran upacara pernikahan Ayako dan Kei, yang bekerja di perusahaan pelayaran raksasa Nippon Yusen, ditampilkan di seluruh media nasional Jepang.
Pernikahan Ayako dan Kei Moriya tersebut diadakan di salah satu bangunan seperti pagoda di kompleks Kuil Meiji. Di hari bahagianya mereka melaksanakan pertukaran cincin dan saling bersulang untuk secangkir sake.
ADVERTISEMENT
Ayako tampak dirias dengan menggunakan gaya rambut Era Heian dan mengenakan dua busana tradisional yang berbeda.
Untuk upacara pernikahan di kuil, sang Putri mengenakan jubah luar uchiki dan hakama berwarna kuning pucat serta celana panjang melengkung yang terikat di pinggang dan jatuh ke pergelangan kaki.
Pernikahan Putri Ayako di Jepang dengan seorang warga biasa. (Foto: REUTERS/KYODO)
zoom-in-whitePerbesar
Pernikahan Putri Ayako di Jepang dengan seorang warga biasa. (Foto: REUTERS/KYODO)
Sedangkan untuk upacara di dalam ruangan, Ayako mengenakan kouchiki 'jubah kecil' berbahan sutera berwarna merah dengan lengan panjang lebar, dan rok panjang yang terpisah yang disebut naga-bakama. Kedua pakaian yang dikenakan Ayako saat menikah biasa dipakai oleh bangsawan Jepang sejak era Heian, yang berlangsung dari tahun 794 hingga 1185. Sementara itu, Kei Moriya mengenakan tuksedo garis-garis kelabu dan membawa topi sutra milik ayah Putri Ayako, Pangeran Takamado.
Putri Ayako menikah dengan Kei Moriya. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Putri Ayako menikah dengan Kei Moriya. (Foto: REUTERS)
Kisah cinta Putri Ayako dan Kei sendiri bermula saat ibu mereka saling bertemu. Ibu Ayako lah yang mengenalkan putrinya pada Kei, dengan tujuan membangkitkan semangat Ayako dalam membela hak asasi manusia.
ADVERTISEMENT
Di luar dugaan, pertemuan itu justru membuat mereka saling jatuh cinta. Bahkan dalam sebuah konferensi pers, Ayako mengaku sangat kasmaran dengan Kei, meski hanya dari kalangan rakyat biasa.
Putri Ayako menikah dengan Kei Moriya. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Putri Ayako menikah dengan Kei Moriya. (Foto: REUTERS)
Ayako bukanlah perempuan kerajaan Jepang pertama yang mengambil keputusan sulit ini. Keputusan sang Putri menikah dengan orang biasa dinilai mengikuti jejak sepupunya, Putri Mako.
Namun, Putri Mako terpaksa harus menunda pernikahannya dengan kekasihnya, Kei Komuro di 2020 mendatang. Menurut pemaparan seorang juru bicara Kekaisaran Jepang, pasangan tersebut menunda pernikahannya setelah serangkaian upacara yang berkaitan dengan lengsernya Kaisar Akihito dan naik takhtanya putra mahkota, Pangeran Naruhito, ayah dari Putri Aiko selesai.