Self-Love, Belajar Cintai Diri Sendiri Tanpa Mengalah demi Orang Lain

14 Maret 2018 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Surat Untuk Masa Lalu  (Foto: Dok. kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Surat Untuk Masa Lalu (Foto: Dok. kumparan)
ADVERTISEMENT
Terkadang kita dihadapkan oleh banyak pilihan yang membuat kita diharuskan untuk memilih. Tak jarang, keputusan tersebut seringkali membuat kita mengorbankan diri sendiri demi kepentingan orang lain yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah kita harus selalu mengalah untuk kepentingan orang lain?
“Sebenarnya, kita harus bisa flexible dan objektif, menilai dari segi prioritas kapan waktunya mementingkan diri dan mengurus orang lain,” papar Liza M. Djaprie, Psikolog Klinis & Hipnoterapis saat dihubungi kumparanSTYLE (kumparan.com) beberapa waktu lalu.
Dalam penjelasan Liza, mementingkan diri itu boleh dan harus dilakukan oleh setiap manusia. Namun sayang, terkadang hal tersebut dikaitkan dengan kata egois yang berkonotasi negatif hingga akhirnya membuat orang semakin mengorbankan diri sendiri.
“Buat saya, itu nggak bisa disebut sebagai bentuk keegoisan. Banyak orang menyangka perilaku seperti itu dikaitkan perilaku yang egois. Tapi sebenarnya, saya lihatnya lebih ke self-love, belajar mencintai diri sendiri,” papar psikolog lulusan S2 profesi Psikologi Klinis Dewasa di Universitas Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Sehingga, kamu tak perlu melulu mengorbankan perasan dan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Nyatanya, dirimu juga harus bahagia. itulah yang dinamakan dengan self-love, mencintai diri sendiri.
Belajar untuk mencintai diri sendiri. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Belajar untuk mencintai diri sendiri. (Foto: Thinkstock)
Mementingkan diri sendiri pun bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, dengan me-time.
“Tak ada salahnya, disela-sela waktu kita melakukan me-time. Waktu untuk diri sendiri. Misalnya, ingin ke salon, tidur, dan lainnya. Harus bisa melatih diri untuk dapat memilah-milah kapan saatnya mementingkan orang lain, dan mementingkan diri sendiri,” jelasnya.
Liza menambahkan, dengan mencintai diri sendiri maka, akar dan fondasi diri pun akan lebih kuat. Membuat kita lebih mudah untuk memberi kepada orang lain.
“Kalau misalnya enggak bisa ngurus diri sendiri, kita (akan) cape. Kita bakal ngurus orang sambil marah-marah juga,” papar psikolog yang praktik di Sanatorium Dharmawangsa Mental Health Clinic ini.
ADVERTISEMENT
“Secara psikologis pun konsepnya demikian, kita harus bisa mengamankan mental dan jiwa kita,” tutupnya.
-----
Punya sesuatu yang ingin kamu katakan untuk dirimu di masa lalu? Yuk, ikuti lomba penulisan 'Surat untuk Masa Lalu' dari kumparan bersama Tiga Generasi. Empat cerita terbaik berkesempatan untuk memenangkan Voucher MAP senilai @Rp 500 ribu dan dua jam sesi grup konseling gratis bersama psikolog Tiga Generasi.
Syarat dan ketentuannya bisa kamu lihat di sini.