Sentuhan Bahu hingga Candaan, Awal Pelecehan Seksual di Tempat Kerja

10 Februari 2018 16:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu belakangan, isu pelecehan seksual jadi perbincangan hangat dunia. Perbuatan tak menyenangkan yang sering menimpa kaum hawa ini bisa dialami siapa saja, tak peduli berapapun usia kamu.
ADVERTISEMENT
Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga paruh baya, semua bisa mengalami hal ini. Dan celakanya, pelecehan seksual justru sering terjadi di tempat yang kita pikir aman, beberapa di antaranya adalah sekolah, kampus, dan lingkungan kerja.
Pelakunya juga seringkali berasal dari kalangan yang tak kita sangka sebelumnya. Rata-rata merupakan pria yang memiliki kekuasaan atau otoritas, yakni dosen, guru, hingga bos.
Satu nama yang 'melegenda' terkait kasus ini adalah Harvey Weinstein. Bos studio The Weinstein Company dan Miramax Films ini dilaporkan oleh belasan, bahkan puluhan korban, atas tindak pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dilakukannya.
Menjadi bos besar dari rumah produksi skala internasional agaknya membuat Harvey berpikir bahwa dirinya 'pantas' untuk berbuat apa saja terhadap aktris dan staf bawahannya.
Produser film Harvey Weinstein (Foto: REUTERS/Andrew Kelly)
zoom-in-whitePerbesar
Produser film Harvey Weinstein (Foto: REUTERS/Andrew Kelly)
Setelah kasus pelecehan Harvey terkuak, satu per satu korban mulai buka suara dan berbagi pengalaman mengerikan saat bersama Harvey.
ADVERTISEMENT
Mulanya, mereka hanya diminta memijat Harvey. Kemudian, pria beristri tersebut mulai vulgar dan mengajak korbannya untuk menonton dan mandi bersamanya. Harvey juga dikenal memiliki tangan yang 'ramah' dan gemar menyentuh atau merangkul perempuan. Ia juga sering berpura-pura menubruk korbannya dan memaksa menciumnya.
Ada lebih dari 40 aktris yang mengaku pernah dilecehkan Harvey. Mulai dari Angelina Jolie hingga Gwyneth Paltrow, semua pernah kena getahnya. Salah satu yang vokal dan berani bersuara adalah pemenang Oscar Lupita Nyong'o.
Aktris & sutradara asal Italia, Asia Argento, bahkan mengaku pernah diperkosa oleh Harvey. Saat berbagi kisah, perempuan ini menggambarkan Harvey sebagai mimpi buruk. Asia juga mengatakan bahwa tindakan bejat Harvey telah 'menghancurkan' banyak perempuan.
ADVERTISEMENT
Akibat skandal ini, Harvey akhirnya dipecat dari perusahaannya sendiri.
Sejatinya, pelecehan seksual di lingkungan kerja bukanlah hal langka. Perbuatan tak menyenangkan ini mungkin sering terjadi, hanya saja kamu tak menyadarinya, atau coba 'menutup mata'.
Pelecehan seksual bisa bermula dari hal sederhana, seperti sentuhan atau rangkulan di bahu. "Hal seperti pijitan, bergulat dengan maksud bercanda, gelitikan, bisa jadi 'jalan masuk' menuju pelecehan seksual," ujar Sheela Raja, Ph.D., penulis buku The Sexual Trauma Workbook for Teen Girls: A Guide to Recovery from Sexual Assault and Abuse, seperti dikutip Marie Claire.
"Itu merupakan cara predator untuk menilai korbannya akan menuruti 'keinginan' mereka atau tidak," sambungnya.
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Pelecehan seksual di kantor (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
Untuk bisa menjaga diri dengan lebih baik, kamu harus paham betul soal pakem kontak fisik yang diperbolehkan. Pelecehan seksual tak melulu harus seekstrem Harvey Weinstein, lho.
ADVERTISEMENT
Semua bisa berawal dari gestur sederhana. Mulai dari sentuhan atau rangkulan di bahu, sentuhan tangan, tepukan di paha, pinggang, jarak wajah yang terlalu dekat, gelitikan, usapan kepala, pelukan yang terlalu erat, dan masih banyak lagi.
Jika kamu merasa tak nyaman dan 'gerah' dengan keintiman tersebut, maka tindakan itu sudah bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Terlebih jika sudah berurusan dengan area pribadi tubuh.
Bentuk pelecehan juga tak melulu hadir dalam bentuk kontak fisik semata. Pelecehan seksual bisa terjadi lewat verbal atau kata-kata.
Candaan simpel bernada seksual juga bisa dikategorikan sebagai pelecehan. Celetukan ringan seperti 'cantik, entar malem 'ngopi yuk', juga bisa dikatakan sebagai pelecehan verbal.
Mirisnya, banyak perempuan tak sadar bahwa dirinya sudah jadi korban pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Korban yang sadar dan melapor pun seringkali diabaikan, bahkan disalahkan atas perbuatan yang menimpa dirinya. Saat melapor, tak sedikit yang malah membombardir perempuan dengan pernyataan dan kalimat tanya yang terkesan memojokkan. Seperti 'baju kamu terlalu seksi', 'kamu menikmati atau tidak', 'apakah kamu yang menggoda duluan?'.
Inilah yang membuat banyak korban pelecehan seksual akhirnya memilih bungkam. Tak sedikit pula yang merasa malu atau takut melapor.
Ilustrasi pelecehan seksual. (Foto: Instagram @amarisdellisanti)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual. (Foto: Instagram @amarisdellisanti)
Untungnya, terkuaknya kasus Harvey Weinstein berubah jadi pemantik gerakan anti pelecehan seksual yang merembet ke seluruh dunia. Seperti kampanye Time's Up dan #MeeToo yang mendorong perempuan untuk berani bersuara dan melawan predator seksual.
Ayo lawan tindak pelecehan seksual!