Serunya ‘Cerita Para Nyonyah’ di Panggung JFW 2018

22 Oktober 2017 18:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rancangan Yogiswari Pradjanti di JFW. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Yogiswari Pradjanti di JFW. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Siapa bilang tiga gaya busana berbeda tak bisa tampil harmonis dalam satu panggung mode? Keberagaman indah inilah yang coba ditunjukkan oleh Luthfi Madjid, Yogiswari Pradjanti, dan Sugeng Waskito.
ADVERTISEMENT
Tiga desainer Indonesia ini melebur jadi satu di panggung bergengsi Jakarta Fashion Week 2018. 'Origindiversity' jadi tema besar yang dirasa pas menggambarkan uniknya keberagaman busana yang ditampilkan.
Koleksi pertama datang dari Luthfi Madjid, desainer Indonesia yang sudah 20 tahun berkarya di New York. Mengusung label Avenue A miliknya, Luthfi menghadirkan koleksi kapsul yang terdiri dari 25 set busana siap pakai. 'Ode to the Earth' jadi nama yang dipilihnya.
Rancangan Avenue A di JFW 2018 (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Avenue A di JFW 2018 (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Tampil di JFW 2018, Luthfi tetap tak meninggalkan gaya urbannya yang futuristik. Bahan chambray, katun, denim, dan khaki mendominasi koleksi ini.
Setelah nuansa asri dari Luthi, hadir Yogiswari Pradjanti yang membawakan 16 set busana ready-to-wear yang colorful. Kontras dengan Luthfi yang menjadikan payet, manik, renda, dan kancing sebagai elemen pemanis, Yogiswari menonjolkan teknik printing yang colorful pada koleksi busana teranyarnya ini.
Rancangan Avenue A di JFW 2018 (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Avenue A di JFW 2018 (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Cerita Para Nyonyah’ jadi tema besar yang dihadirkan. Tokoh kartun berwujud perempuan indonesia menghiasi setiap koleksi busananya.
ADVERTISEMENT
“Ide saya memang semuanya wanita Indonesia. Wanita kalau tidak berkonde, dia pakai kebaya, mengenakan baju sehari-hari. Tapi tetap, sekali melihat baju saya pasti melihat Indonesia. Tapi dikemas dengan gambar yg naif, bukan yang serius,” jelas Yogiswari Pradjanti, dalam acara konferensi pers Jakarta Fashion Week, Senayan City, Minggu (22/10).
“Saya menceritakan wanita Indonesia yang senang traveling, melanglang buana, mandiri. Diceritakan dalam bentuk gambar, ada wanita Indonesia berkeliling ke Paris, New York, dan Borobudur,” lanjutnya lagi.
Rancangan Yogiswari Pradjanti di JFW (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Yogiswari Pradjanti di JFW (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Setiap busana yang diciptakan Yogiswari bisa menuturkan kisah tersendiri. Jika ditilik seksama, kamu akan menemukan aneka karakter perempuan Indonesia yang unik.
Ada ilustrasi penjual jamu yang menjajakan dagangannya di Menara Eiffel, perempuan Indonesia yang bergaun batik dengan siluet ala Patung Liberty di Amerika, hingga perempuan yang sedang berlibur di Candi Borobudur.
ADVERTISEMENT
Warna-warna nyentrik seperti pink fuschia, merah, kuning neon, biru, dan hijau sukses dipadu dengan ceria.
Rancangan Yogiswari Pradjanti di JFW. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan Yogiswari Pradjanti di JFW. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
“Untuk bahannya saya menggunakan polyester, karakter bahannya tipis melayang, kesannya girlie feminin. Saya mencetak gambar di katun murni dan proses pencetakannya tentu beda dengan bahan yang polyster tadi,” jelasnya lagi.
16 koleksi busana ini berpotongan santai dan kasual. Ada terusan, blus pendek, celana 3/4, celana 7/8, hingga kaftan. Keceriaan yang dihadirkan koleksi ‘Cerita Para Nyonyah’ sukses mencuri perhatian kumparan (kumparan.com).
Rancangan GEE Batik di JFW 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan GEE Batik di JFW 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Namun bicara Indonesia tentu tak lengkap rasanya jika belum membahas batik. Oleh karenanya, ada koleksi batik klasik dari Sugeng Waskito.
Motif batik yang klasik sukses disulap Sugeng jadi busana kontemporer yang elegan. Aksara Jawa kuno jadi sumber inspirasi pemilik label Gee Batik ini. Ini terlihat dari banyaknya aksara Jawa yang terpatri pada setiap busana.
Rancangan GEE Batik di JFW 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rancangan GEE Batik di JFW 2018. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Berbeda dengan dua desainer lainnya, Sugeng menampilkan koleksi ‘Aksara’ yang terdiri dari gaun malam yang feminin. Siluet A-line dan terusan tent dihadirkan dengan batik sutra yang tak ternilai harganya. Warna merah, hitam, cokelat, dan mustard jadi warna andalan.
ADVERTISEMENT
Indahnya keberagaman yang diusung ketiga desainer Tanah Air ini sukses menghadirkan Indonesia mini ke panggung Jakarta Fashion Week 2018 ini.