news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Setop Kebiasaan Mencela Penampilan Fisik Orang Lain

4 Agustus 2018 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
“Kamu gendutan ya?” “Kok kamu tambah item sih?,” “Duh muka jerawatan banget, rawat dong!”, “Ih rambutnya keriting kaya orang Afrika”
ADVERTISEMENT
Pernahkan orang mengucapkan hal-hal tersebut pada Anda? Atau sebaliknya, mungkin Anda juga sering mengatakan hal tersebut pada orang lain.
Saya sendiri sering mengalaminya sejak kecil, komentar dan ejekan dari orang-orang tentang fisik saya.
Terlahir dengan kulit yang gelap, masa kecil dan remaja saya habiskan dengan menerima panggilan atau lebih tepatnya ejekan karena warna kulit saya. Hal tersebut datang dari sekeliling, mulai dari keluarga, sepupu, tante, teman-teman, kadang bahkan dari orang tidak kenal.
Saya jadi bertanya-tanya, apa sih sebenarnya yang salah dengan kulit saya? Aneh sekali bahwa kulit gelap sepertinya menjadi aib bagi masyarakat Indonesia. Padahal masyarakat Indonesia pada dasarnya bukan dari ras kulit putih.
Apakah hal tersebut membuat saya down dan depresi? Untungnya tidak. Tapi memang sempat mengusik rasa percaya diri dan membuat saya banyak berpikir tentang kulit dan penampilan fisik saya. Saya merasa marah dengan orang-orang yang menertawakan hal yang menurut saya tidak lucu.
ADVERTISEMENT
Untungnya kemarahan dan rasa tidak percaya diri tidak lama menetap dalam diri saya. Dengan segera saya menyadari bahwa manusia tidak hanya diukur dari fisiknya saja. Namun ada banyak hal lain yang bisa kita tonjolkan dari diri kita.
Tumbuh besar, berada di lingkungan yang lebih terbuka, belajar lebih banyak hal, mengunjungi berbagai tempat dan bertemu lebih banyak orang, isu mengenai warna kulit tidak lagi jadi penting bagi saya. Jika ada orang yang masih berkomentar tentang warna kulit saya (biasanya terjadi ketika saya pulang ke kampung halaman), saya justru merasa kasihan terhadap orang tersebut. Hari gini masih komentar fisik?
Namun, saya lihat masyarakat belum berubah. Kebiasaan untuk menilai fisik seseorang dan mengejek atau mencela fisik orang masih kental dalam kebiasaan sehari-hari kita, atau disebut juga dengan body shaming.
ADVERTISEMENT
Meski tampak sepele, body shaming sebenarnya merupakan kebiasaan yang berbahaya dan berdampak serius pada kesehatan psikis seseorang. Body Shaming bisa menghancurkan rasa percaya diri, menimbulkan stres hingga depresi.
Saat ini, thanks to sosial media, orang-orang mulai berani menonjolkan diri mereka. Kulit hitam, plus size, hijab, mulai menjadi isu-isu penting yang diadopsi oleh media-media internasional dan diterima masyarakat luas. Padahal dulu media juga yang menetapkan standar beauty yang kemudian diterima oleh masyarakat.
Namun di satu sisi, media sosial saat ini juga dapat menjadi bumerang. Banyak orang terutama perempuan muda yang semakin terobsesi dengan kecantikan dan tubuh yang sempurna.
Untuk meng-counter aksi body shaming, muncullah gerakan-gerakan yang mengangkat isu keragaman bentuk tubuh atau body diversity.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, salah satu influencer yang rajin mengkampanyekan hal ini adalah Ririe Bogar, founder Miss Big Indonesia. Penulis buku 'Cantik itu ejaannya bukan K.U.R.U.S'. menggalakkan kampanye ‘Komentar Fisik Gak Asik.’
“Komentar Fisik Gak Asik itu adalah sebuah movement. Awalnya gerakan itu tercetus karena saya banyak membaca dan mendengar dari banyak orang dan followers saya yang dibully karena tampilan fisik mereka, seperti misalnya bentuk tubuh, warna kulit, dan lain-lain. Dari situ, baru saya membuat slogan t-shirt dengan tulisan ‘Komentar Fisik Gak Asik,” ungkap Riri saat diwawancara oleh kumparanSTYLE.
“Gerakan ini juga terjadi berdasarkan pengalaman saya sendiri. Saya dari dulu udah diejek dengan sebutan yang mengarah ke hewan berbadan besar atau benda yang besar, kayak ‘Awas ada gajah lewat, atau kulkas dua pintu’. Nah kalau sekarang, itu lebih mengarah ke komentar seperti, ‘Jangan gemuk-gemuk nanti ngga dapet jodoh, susah dapat kerjaan’. Setiap hari, setiap bertemu orang selalu ada saja yang berkomentar seperti itu,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Riri, satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah dengan Speak Up. Ia ingin membuat orang-orang yang suka mengejek dan membully untuk tahu dan sadar bahwa apa yang mereka lakukan dapat melukai hati orang. “Di luar negeri ada kejadian orang yang dibully bentuk tubuhnya sampai bunuh diri. Itu seharusnya sudah menjadi bukti bahwa mengomentari fisik seseorang itu tidak baik dan tidak seharusnya dilakukan,” jelas Riri.
Belajar dari pengalaman saya sendiri juga, saya selalu mengingatkan diri saya untuk tidak pernah mencela orang lain karena bentuk fisik mereka. Saya setuju sekali dengan kampanye Ririe Bogar, komentar fisik memang ngga asik.
Karena itu, selama bulan Juli dan awal Agustus 2018 ini, kumparanSTYLE menyajikan konten-konten yang berkaitan dengan body positivy. Kami ingin mengajak Anda semua untuk mulai belajar menghargai perbedaan dan mengurangi kebiasaan mencela fisik orang lain.
ADVERTISEMENT