Sulitnya Mencari Ventilator yang Tepat untuk Bayi Adam Fabumi

27 Juli 2017 11:59 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adam Fabumi. (Foto: Instagram @adamfabumi)
zoom-in-whitePerbesar
Adam Fabumi. (Foto: Instagram @adamfabumi)
ADVERTISEMENT
Setelah dirawat di rumah sakit selama dua bulan 10 hari, kini Adam Fabumi, bayi Lucu yang menderita Dandy Walker Syndrom dan kelainan kromosom telah diperbolehkan oleh dokter kembali ke rumah. Dokter mengizinkan Adam kembali ke rumah setelah orangtuanya, Kiagoos dan Ratih mendapatkan Ventilator, alat bantu pernafasan.
ADVERTISEMENT
Untuk mendaptakan ventilator khusus bayi ternyata tak semudah yang dibayangkan oleh Ratih. Dia dan keluarga mengalami kesulitan saat mencari ventilator. Sempat ia dan suami mendapatkan dua ventilator, tapi ternyata tak bisa digunakan oleh Adam.
Ratih Megasari, Ibu Adam Fabumi (Foto: Angga Nugraha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ratih Megasari, Ibu Adam Fabumi (Foto: Angga Nugraha/kumparan)
"Waktu Adam divonis Trisomy 13, aku langsung nanya ke dokternya. Kan udah enggak ada tindakan lagi nih di RS, berarti anaknya boleh dibawa pulang nih? Dokter bilang boleh, asal ada ventilator. Cuma aku pikir semudah itu dapat ventilator, ternyata susah ventilator untuk bayi," kata Ratih saat ditemui kumparan (kumparan.com) di kediamannya di bilangan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (24/7).
"Waktu itu sempat dapat dua vendor. Pertama itu enggak cocok alatnya, nafas Adam ngos-ngosan, ternyata itu ventilator buat orang dewasa. Kedua, sebenarnya udah cocok, ternyata sensor flow yang nempel leher adam itu, enggak cocok karena terlalu besar," lanjut Ratih.
ADVERTISEMENT
Karena kesulitan menemukan ventilator, Ratih meminta bantuan keluarga dan teman terdekat membantunya mendapatkan ventilator.
Teman-teman terdekat Ratih, dibantu dengan salah satu grup khusus ibu-ibu, Circle of Mom berinisiatif menggalang dana melalui kitabisa.com untuk membeli ventilator. Kurang dari seminggu, sebanyak Rp 574 juta dana terkumpul. Itu melebihi dari target yang sebenarnya hanya Rp 500 juta.
"Pada akhirnya sih dapat ventilator itu, dibantu oleh teman-teman di social media. Beberapa temen deket dia bikin galang dana di kitabisa.com. Terus yang dari circle of mom, bantu dengan open donation buat publik enggak sampai seminggu, langsung ke kumpul. Malah lebih buat ventilator ini," kata Ratih.
Adam Fabumi. (Foto: Instagram @adamfabumi)
zoom-in-whitePerbesar
Adam Fabumi. (Foto: Instagram @adamfabumi)
Setelah Adam dibawa kembali di rumah, Ratih tak sendirian merawat Adam. Ia dibantu oleh suster khusus, dan dokter pun tak segan datang ke rumah Ratih untuk melihat kondisi Adam.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa hari Adam di Rumah, keluarga merasakan perkembangan kesehatan Adam begitu pesat. Kondisi ini berbeda dengan yang sebelumnya dirawat di Rumah Sakit. Kini Adam juga hanya sesekali menggunakan ventilator.
"Perkembanganya justru pesat banget. Kita juga enggak nyangka sepesat itu. Kita coba-copot ventilator, kita kaget, kok ini anak hebat banget bisa tahan. Dokternya juga kaget. Jadi ventilatornya cuma ke pake dua hari aja. Dokter pun mengakui kalau kondisinya justru lebih baik di rumah daripada di rumah sakit," kata Ratih.
"Selama di rumah, kaya ada barang jatuh ada orang teriak, dia respon nyari suara. So far aku dan yang lain kalau masalah pendengaran, dia bisa dengar. Kalau penglihatan dia harus diobservasi dulu, tapi aku pastiin dia bisa nangkap cahaya. Ini ruangannya kaca, kalau cahaya masuk, dia nyari ngelihat kaya orang silau," cerita wanita 27 tahun ini tentang perkembangan pesat anaknya.
ADVERTISEMENT
Selama di Rumah, Adam juga sudah diperbolehkan oleh dokter untuk mengonsumi ASI di bantu dengan susu formula agar berat badan Adam optimal. Tapi, Adam tak bisa menyusui dan minum secara normal seperti bayi pada umumnya. Hal ini dikarenakan akibat gangguan saluran pernafasan yang dideritanya. Untuk itu, Adam harus menggunakan selang untuk mengonsumsi ASI atau susu.
"Dia itu sekarang campur susu formula, karena berat badannya dia belum mencapai optimal. Dia kan minumnya pertiga jam. misalnya jam 12 minum asi, jam 3 dia minum sufor. Kaya gitu terus, sampai sekiranya badannya mencapai berat badan optimal baru bisa lanjut ASI. Sekali minumnya itu dia 100 cc dan harus lewat selang biar bisa masuk ke lambung," kata Ratih.
ADVERTISEMENT
Salah satu kekahawatiran Ratih dan keluarga saat ini adalah hidronefrosis, pelebaran saluran ginjal yang kini juga diderita oleh Adam. Dokter belum bisa menyimpulkan apa penyebab dari pelebaran saluran ginjal tersebut.
"Adam ini punya hidronefrosis, jadi ada pembesaran saluran ginjal. Itu bikin dia gampang terkena infeksi, saluran pembungan kalau dia lagi puff gitu, kalau enggak cepat-cepet dibersihin itu kumannya gampang naik ke atas. Dan takutnya lari ke ginjal. Kan takut kalau kena ginjal. Itu sih sebenarnya kita concern sekarang. Bulan depan dia harus tes USG ginjal lagi," kata Ratih.
Selama Adam dirawat di Rumah Sakit, Ratih dan keluarga telah mengeluarkan uang sebanyak Rp 1 miliar untuk keperluan obat-obatan dan peralatan kesehatan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau ngomongin biaya tuh udah banyak banget. Pokoknya udah hampir sekitar satu miliar kurang lebih. Dengan dibawa ke rumah Alhamdulillah, pengeluaran kita enggak sebesar kaya di rumah sakit," ujar Ratih menutup perbincangan.