Survei kumparan: Dukungan untuk Perempuan Indonesia Dirasa Masih Minim

25 Maret 2019 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi dukungan untuk perempuan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi dukungan untuk perempuan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Isu perempuan semakin menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Kampanye #MeToo yang berawal dari Amerika Serikat pada akhir 2017 lalu sebelum kemudian mengglobal hingga ke berbagai belahan dunia seakan menjadi penanda semakin pentingnya isu tersebut bagi masyarakat dunia. Namun apakah hal yang sama juga terjadi di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahuinya, kumparan (kumparan.com) sejak Sabtu (9/3) lalu menggelar survei daring tentang kepedulian masyarakat Indonesia terhadap isu-isu perempuan. Survei ini digelar sebagai rangkaian kampanye #UntukPerempuan yang berlangsung sejak Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret lalu hingga menjelang perayaan Hari Kartini pada 21 April mendatang.
Menariknya, dari survei yang dilakukan terhadap 240 orang, baik laki-laki maupun perempuan ini, diketahui bahwa semakin tingginya perhatian terhadap isu perempuan yang terjadi di seluruh dunia ternyata juga ikut berdampak di Indonesia.
Hal ini terlihat dari hasil survei kami yang menunjukkan bahwa 98,3 persen responden mengaku peduli pada isu-isu perempuan, yang menunjukkan semakin pentingnya isu ini bagi masyarakat Indonesia. Kepedulian ini pun tercermin dari viralnya video #UntukPerempuan di Twitter beberapa waktu yang lalu. Video yang diproduksi oleh Studio Antelope untuk salah satu e-commerce di Indonesia tersebut telah mendapatkan hampir 10 ribu retweet, lebih dari 8 ribu likes, dan disaksikan 453 ribu kali hingga artikel ini ditulis.
ADVERTISEMENT

Pelecehan Seksual Jadi Isu Terpenting

Menurut hasil survei yang kami lakukan, masalah pelecehan seksual terhadap perempuan menjadi isu yang paling penting bagi para responden. Sekitar 32 persen responden memasukkan isu pelecehan seksual dalam jawaban mereka untuk pertanyaan “Isu apa yang menurut Anda paling penting bagi perempuan di Indonesia?”. Persentase ini berada di atas isu kekerasan terhadap perempuan yang dipilih oleh 25 persen responden dan isu tekanan untuk menikah dan mempunyai anak yang dipilih 13 persen responden.
Masalah pelecehan seksual juga menjadi hal yang paling banyak dialami responden perempuan; 24 persen responden perempuan dalam survei yang kami gelar mengaku pernah mengalami pelecehan seksual (yang memiliki cakupan luas dari catcalling hingga pelecehan seksual secara fisik).
ADVERTISEMENT
Jumlah ini tidak terlalu jauh berbeda dengan masalah tekanan untuk menikah dan mempunyai anak (yang dialami 20 persen responden) dan kurangnya dukungan untuk berprestasi di pendidikan dan pekerjaan (18 persen). Ketiga masalah tersebut dipilih lebih sering oleh responden daripada masalah diskriminasi di tempat kerja (13 persen) atau tekanan untuk menutup diri dan diam di rumah (9 persen).
com-Ilustrasi perempuan berjalan di tempat sepi Foto: Shutterstock
Sementara dari sisi stereotip, ada tiga jenis stereotip yang menurut responden kami paling sering mereka dengar dan paling mengganggu menurut mereka, yaitu perempuan seharusnya bisa memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga; perempuan harus menutup tubuhnya; dan perempuan tidak perlu pendidikan tinggi.
Menariknya, isu pendidikan dipilih oleh responden sebagai stereotip tentang perempuan yang paling mengganggu (21 persen), meski bukanlah stereotip yang paling banyak didengar responden (13 persen). Bukan kebetulan, survei ini digelar tak lama setelah viralnya artis Maudy Ayunda yang diterima oleh dua universitas ternama dunia, Harvard dan Stanford, yang memunculkan pembicaraan (dan perdebatan) di dunia maya tentang perempuan dan pendidikan tinggi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak ada data pembanding yang bisa digunakan untuk menarik korelasi antara kasus tersebut dengan hasil survei kumparan yang membuat isu pendidikan dipilih responden sebagai stereotip paling mengganggu, tetapi sulit untuk tidak merasa bahwa ada hubungan - walau mungkin tak langsung - antara keduanya.

Dukungan untuk Perempuan Masih Minim - Bahkan dari Perempuan Sendiri

Masalah dukungan untuk perempuan menjadi fokus utama dalam survei yang digelar oleh kumparan ini, jadi wajar jika kami sampai bertanya tiga kali tentang bagaimana kondisi dukungan terhadap perempuan di Indonesia. Sayangnya, tiga kali kami bertanya, tiga kali kami mendapatkan respon yang negatif: perempuan di Indonesia dirasa belum mendapat dukungan yang cukup.
com-Ilustrasi perempuan saling mendukung satu sama lain Foto: Shutterstock
Hal ini terbukti dari respon responden terhadap pertanyaan “Apakah perempuan sudah mendapatkan dukungan yang layak di Indonesia?”. Delapan puluh dua persen responden menjawab belum, sementara hanya 17,8 persen yang menjawab sudah. Sedangkan untuk pertanyaan yang mirip namun sedikit berbeda, yaitu “Apakah perempuan di Indonesia sudah cukup mendapatkan dukungan dari sekitarnya”, 85,1 persen responden juga menjawab belum.
ADVERTISEMENT
Yang lebih disayangkan, 78,4 persen responden juga merasa bahwa perempuan di Indonesia belum saling mendukung satu sama lain, dan hanya 21,6 persen responden yang merasa hal tersebut sudah terjadi. Tentu saja ini sangat disayangkan: bagaimanapun, perkembangan dan kemajuan perempuan tidak bisa dilepaskan dari dukungan sesama perempuan untuk bisa mengekspresikan diri dan berprestasi di bidangnya masing-masing.
Kepedulian dan dukungan untuk perempuan inilah yang masih harus terus dikampanyekan di Indonesia agar kaum perempuan bisa berprestasi dan hidup lebih baik - karena pada akhirnya, kemajuan perempuan akan berdampak besar terhadap kemajuan seluruh masyarakat Indonesia sendiri. Setuju?