Tengah Jadi Tren, Ternyata Bubuk Cokelat Hirup Juga Menyimpan Bahaya

18 Desember 2017 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Coklat powder (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat powder (Foto: Pexels)
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak menyukai aroma cokelat?
Aromanya yang menenangkan dan menyenangkan seringkali membuat kita nyaman. Bukan hanya itu, menghirup cokelat juga dipercaya mampu menambah energi.
ADVERTISEMENT
Berbagai manfaat yang dihasilkan cokelat inilah yang akhirnya menginspirasi perusahaan asal Amerika, untuk membuat produk terapi dari bubuk cokelat yang dapat dihirup.
Pebisnis Nick Anderson, pemilik Legal Lean menginvestasikan 10 ribu dollar AS atau senilai Rp 130 juta untuk memproduksi bubuk cokelat ini. Ia mengungkapkan, bahwa produk bubuk cokelat hirup ini tengah menjadi tren di Eropa selama beberapa tahun terakhir.
“Dengan menghirup cokelat, kita akan merasakan bertambahnya energi. Kamu juga akan merasakan euforia dan termotivasi untuk melakukan sesuatu,” ungkap Nick, seperti dilansir Independent.
Coklat memiliki banyak manfaat kesehatan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat memiliki banyak manfaat kesehatan. (Foto: Thinkstock)
Produk yang dikenal dengan nama Coco Loko, ini terbuat dari bahan-bahan seperti bubuk kakao, ginkgo biloba, taurine dan guarana.
Taurin dan guarana sendiri biasa ditemukan pada minuman berenergi. Sedangkan guarana seringkali dapat menyebabkan insomnia, mual, peningkatan denyut jantung dan kecemasan.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang akhirnya membuat Food and Drug Administration (FDA) Amerika, mengeluarkan peringatan untuk tidak menghirup bubuk cokelat. FDA mengirimkan surat peringatan kepada perusahaan Legal Lean, atas produknya Coco Loko.
Surat tersebut memaparkan fakta yang mengkhawatirkan, bahwa Coco Loko dipromosikan sebagai pengganti narkoba. "Sebagai seorang dokter dan orang tua, saya sangat terganggu oleh pemasaran produk berbahaya yang melanggar hukum ini, terutama karena mereka sangat mudah dijangkau oleh anak di bawah umur," ujar Scott Gottlieb, M.D., Komisaris FDA.
Ya, tak hanya menjadi tren, produk ini juga berpotensi membahayakan penggunannya, seperti risiko terkena infeksi sinus dan sembelit.