Tentang Women Playwright, Acara yang Harusnya Dihadiri Ratna Sarumpaet

5 Oktober 2018 19:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Women Playwrights International Conference, acara yang akan dihadiri Ratna Sarumpat (Foto: wpichile.com)
zoom-in-whitePerbesar
Women Playwrights International Conference, acara yang akan dihadiri Ratna Sarumpat (Foto: wpichile.com)
ADVERTISEMENT
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet diamankan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Kamis malam (4/10).
ADVERTISEMENT
Pihak kepolisian mencegah Ratna saat hendak berangkat ke Cile, Amerika Selatan guna menghadiri Women Playwright International Conference yang ke-11.
Dalam konferensi berskala internasional yang mempertemukan penulis naskah teater dunia tersebut, Ratna Sarumpaet ternyata memiliki posisi sebagai penasihat senior.
Ratna Sarumpaet memang bukan sosok yang asing di dunia teater Tanah Air. Bagi perempuan kelahiran Tarutung, 16 Juli 1949 tersebut, dunia teater telah mendarah daging baginya semenjak remaja. Kali pertama ia bersentuhan dengan dunia teater adalah ketika menyaksikan pementasan teater 'Kasidah Berzanji' yang dipimpin oleh seniman W.S. Rendra pada 1969.
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet. (Foto: instagram @rsarumpaet)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet. (Foto: instagram @rsarumpaet)
Sejak saat itu, ia pun jatuh hati pada dunia teater dan memutuskan berhenti dari studinya sebagai mahasiswi arsitektur. Ia kemudian bergabung dengan grup teater yang diasuh W.S Rendra. Sejumlah naskah teater pun lahir dari tangan Ratna, seperti Rubayat Umar Khayam (1974) dimana ia berperan sebagai penulis naskah dan sutradara, Marsinah: Nyanyian dari Bawah Tanah, yang mengkritik kematian aktivis buruh Marsinah, Pelacur dan Presiden pada 2006, yang berisi protes terhadap buruknya perdagangan anak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tak hanya teater, sosok Ratna juga terkenal sebagai aktivis perempuan yang vokal mengkritik pemerintah dan ketidakadilan yang terlihat di masyarakat. Bahkan pada zaman Orde Baru, Ratna beberapa kali dicekal.
Ajang Penulis Naskah Teater Perempuan Dunia
Ratna Sarumpaet merupakan salah satu dari 12 penulis naskah teater perempuan di dunia yang dipilih menjadi penasihat senior dan satu-satunya dari Indonesia. Namanya bersanding dengan sejumlah penulis naskah luar negeri lainnya, seperti penulis Anna Kay France dari Amerika Serikat, Lene Therese Teigen dari Norwegia, Linda Parris-Bailey dari Amerika Serikat hingga Catherine Fitzgerald dari Australia.
Di tahun 2018 ini, Woman Playwright International digelar di ibu kota Cile, Santiago pada 7-12 Oktober.
Mengutip dari news letter WPIC edisi Agustus, acara Women Playwright International Conference (WPIC) sendiri mulai diadakan pertama kali pada 1989 di Buffalo, New York, yang kemudian berlanjut diselenggarakan pula di Eropa, Asia, dan Afrika.
ADVERTISEMENT
Acara ini diselenggarakan sebagai upaya mempertemukan para penulis naskah teater perempuan dari berbagai belahan dunia agar terciptanya jalinan komunikasi dan berbagi pengalaman untuk memperkaya pencipta naskah perempuan di dunia teater.
Mengutip news letter kedua Women Playwright International Conference edisi Agustus, "Tujuan kami adalah memiliki dampak yang mendukung kerjasama dan membangun jembatan antar penulis naskah teater perempuan dari berbagai belahan dunia."
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet. (Foto: instagram @rsarumpaet)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet. (Foto: instagram @rsarumpaet)
Tak hanya itu, organisasi yang menaungi para penulis naskah teater perempuan ini mengaku memiliki sejumlah tujuan, mulai dari memperluas peluang komunikasi antar penulis teater perempuan, meningkatkan produksi dan peluang terhadap penulis naskah teater perempuan, hingga membela hak perempuan untuk bisa menulis naskah sebuah pementasan.
Di tahun ke-11 penyelenggaraannya Women Playwright International Conference memiliki tema "Territory, society, and female playwriting". Sejumlah kegiatan pun akan digelar, mulai dari pembacaan naskah, workshop, hingga sebagai ajang untuk menampilkan pertunjukan naskah teater sendiri yang telah melalui seleksi yang dilakukan oleh panitia.
ADVERTISEMENT
Pernah digelar di Indonesia
Sejak pertama kali digelar di Buffalo, New York, Amerika Serikat pada tahun 1989, organisasi ini menyelenggarakan WPIC tiap tiga tahun sekali di beberapa negara. Indonesia mendapat giliran sebagai penyelenggara tahun 2006 yang diselenggarakan di Jakarta.
Mengutip Antara News (13/11/2006), konferensi ini diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta dan dibuka oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dr.Meuthia Hatta dan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Bahkan saat pembukaan WPIC kala itu, penulis kesohor asal Mesir, Nawal El Saadawi memberi pemaparan kunci. Konferensi ini pun ditutup pada 25-26 November di Ubud, Bali oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik.
Saat itu, Ratna Sarumpaet juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta periode 2003-2006 dan menjadi anggota WPIC. Saat itu WPIC yang digelar di Indonesia bertajuk "Cultural Liberty in a Diverse World" dan membahas identitas, struktur kebudayaan dan bahasa, teks dan praktek-praktek intertekstual, panggung dan ideologi, kebebasan hak asasi manusia dan kekuasaan. Seluruh rangkaian acara tersebut digelar di Taman Ismail Marzuki dan Galeri Nasional.
ADVERTISEMENT
Pentingnya ajang Women Playwright International bagi penulis naskah teater perempuan
Eksitensi Women Playwright International adalah event penting di kalangan penulis naskah teater perempuan. Konferensi ini menjadi sarana seniman perempuan untuk memperdengarkan dan menampung suara mereka di panggung teater yang sejauh ini didominasi laki-laki.
Mengutip laman Woman Playwrights, Glassberg Sands merilis sebuah penelitian bertajuk “Opening the Curtain on Playwright Gender” yang memaparkan pada tahun 2008 dari semua total produksi teater yang ada di Amerika hanya 18 persen diantaranya diproduksi oleh penulis naskah teater perempuan. Bahkan selama pertunjukan Broadway di dekade 1999 - 2009 hanya 11 persen naskah teater yang ditulis oleh penulis perempuan. Ketimpangan gender ini juga terjadi di negara-negara dengan ekonomi maju lainnya. Misalnya di Inggris, pada tahun 2011 dari 57 produksi teater yang ada di West End hanya enam naskah saja yang ditulis oleh penulis perempuan.
ADVERTISEMENT