Tepat Memilih Pasangan Dapat Menentukan Kesuksesan Karier Anda

26 April 2018 16:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Debbie Nova (Foto: Dok.Coca Cola Amatil Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Debbie Nova (Foto: Dok.Coca Cola Amatil Indonesia)
ADVERTISEMENT
Dengan perawakannya yang mungil dan pembawaannya yang kalem, kita tidak akan menyangka bahwa Deborah Intan Nova atau juga dikenal dengan Debbie Nova, adalah salah satu perempuan yang paling berpengaruh dalam perusahaan besar Coca-Cola Amatil di Asia. Membangun kariernya selama 21 tahun di Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI), Debbie baru saja diangkat sebagai Group Chief Information Officer Coca-Cola Amatil untuk wilayah Asia Pasifik yang mencakup enam negara yaitu Australia, Selandia Baru, Indonesia, Papua Nugini, Samoa dan Fiji. Untuk posisi ini, ia harus berkantor di Jakarta dan Sydney, Australia. Sebelumnya, Debbie menjabat sebagai Director Human Resources & Information Technology Coca Cola Amatil Indonesia.
ADVERTISEMENT
Posisi Debbie membawahi departemen teknologi untuk perusahaan multinasional merupakan prestasi yang luar biasa mengingat masih rendahnya jumlah perempuan yang berkarier di bidang IT. Posisi ini ia raih bukan dalam waktu yang singkat, namun berkat konsistensinya dalam dunia profesional yang memberinya kesempatan untuk menaiki jenjang karier sejak ia bergabung setelah lulus kuliah di jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti tahun 1996.
Hadir sebagai pembicara dalam acara Women’s Forum yang diselenggarakan oleh Coca-Cola Amatil Indonesia, Telkomtelstra dan Ceritaperempuan.id, untuk membahas kesetaraan gender di tempat kerja pada 12 April 2018 lalu, Debbie membagikan pandangannya mengenai posisi perempuan di tempat kerja dan kiprahnya dalam mempromosikan pemberdayaan perempuan di perusahaannya.
Indonesian Women's Forum 2018 (Foto: Fitria Sofyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesian Women's Forum 2018 (Foto: Fitria Sofyani/kumparan)
Komitmennya untuk mendukung kiprah perempuan untuk berkarier lebih maju ditunjukkan oleh Debbie melalui beberapa inisiatif di perusahaannya. Pada tahun 2014, Debbie menginstitusikan gerakan pemberdayaan perempuan yang bernama CCAI Female Warrior Committe. Ia juga meluncurkan 3 pelatihan khusus bagi karyawan perempuan ketika menjabat sebagai HR-IT Director Coca-Cola Amatil Indonesia. Sebagai Steering Committe di iCIO Community (komunitas pemimpin IT), ia ikut meluncurkan program iCIO Women Leadership Forum di tahun 2017 untuk mendukung Women Empowerment dalam bidang IT
ADVERTISEMENT
Di sela-sela acara Women's Forum, kumparanSTYLE (kumparan.com) berkesempatan untuk berbincang dengan Debbie mengenai kiprah karier perempuan di bidang teknologi dan pengalamannya sendiri dalam membangun karier hingga mencapai posisi top leader.
Pada diskusi tadi Anda sempat mengatakan bahwa salah satu strategi penting untuk sukses dalam berkarier adalah dengan memilih pasangan yang tepat. Bisa jelaskan lagi mengenai pernyataaan tersebut?
Tadi kan kita berbicara apa saja tantangannya dalam mendukung keberagaman gender di tempat kerja. Nah, bagi saya, kadang-kadang tantangan itu bisa berasal dari diri sendiri dan dari rumah.
Ini merupakan pesan bagi yang masih muda dan masih tahap awal dalam karier bahwa dukungan dari keluarga dan pasangan menjadi penting dalam kemajuan karier seseorang. Jadi walaupun dia nanti sudah berkeluarga, sudah berumah tangga dan memiliki anak, perempuan tetap bisa berkarier dengan seimbang.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan faktor budaya dalam pengaruhnya terhadap karier perempuan?
Saya rasa latar belakang budaya memang kuat karena kita hidup di Indonesia yang masih menghormati dan menghargai budaya yang kita punya. Tapi (yang harus kita lakukan adalah) bagaimana memperhatikan pengaplikasiannya supaya sejalan dengan perkembangan zaman. Hal ini tentu perlu disesuaikan juga dengan tujuan dalam berkarier, tujuan berumah tangga, dan keinginanan untuk terus maju sebagai individu.
Nah untuk itu, tadi saya bilang, ada baiknya (mengenai tujuan karier kita) betul-betul didiskusikan bersama dengan pasangan. Jadi sama-sama punya ambisi, sama-sama bisa saling mendukung. Harusnya hasilnya lebih baik
Apa bentuk-bentuk dukungan yang diberikan perusahaan tempat Anda bekerja dalam mendorong karier staf perempuan?
Tadi saya sempat share bahwa di perusahaan, kami memiliki program Female Empowerment yang kami lakukan secara terorganisasi dan terstruktur. Perusahaan percaya bahwa faktor engagement karyawan yang kuat sangat penting untuk keberlanjutan bisnis kami.
ADVERTISEMENT
Di dalamnya ada berbagai macam kegiatan, salah satunya program pemberdayaan tadi. Program pemberdayaan dilakukan baik dengan menggunakan expert dari luar seperti talkshow saat ini, atau kita lakukan juga secara internal, seperti dari senior ke junior. Bentuknya adalah mentorship dan sponsorship. Mentorship adalah dari karyawan senior ke tim dan sponsorship bentuknya adalah dukungan yang diberikan oleh perusahaan.
Anda memiliki latar belakang di bidang STEM (Science, Technology, Engineeing and Math), yang di Indonesia masih belum menjadi jurusan studi yang populer untuk perempuan Indonesia. Apa penyebabnya menurut Anda?
Saya pernah dapat studi atau hasil riset, bahwa di Asia (jadi bukan hanya di Indonesia) hanya 20% perempuan yang belajar di bidang STEM. Kemudian saya punya teman yang juga bekerja di salah satu universitas IT terkemuka, dan ia bercerita pada saya bahwa persentase mahasiswa perempuannya hanya 30%.
ADVERTISEMENT
Jadi bisa kita lihat, angka tersebut belum besar dan akan semakin mengecil ketika masuk ke dunia profesional. Kenapa seperti itu? Kembali lagi ke masalah budaya tadi, ada stereotip yang dibangun mulai dari rumah dan keluarga mengenai area-area atau bidang-bidang pekerjaan yang dikotak-kotakkan buat perempuan dan laki-laki.
Tapi saya rasa untuk sekarang dan ke depannya itu sudah berkurang dan tidak ada batasan. Terutama dengan adanya digitalisasi, kita bisa melihat bahwa bidang teknologi tidak lagi terbatas programming dan coding. Dunia teknologi juga bisa memberikan value lainnya.
Anda sudah berkarier 21 tahun di bidang IT di Coca-Cola Amatil. Ada tidak pengalaman Anda yang berkaitan dengan diskriminasi atau stereotip terkait gender? Apa yang menjadi tantangannya?
ADVERTISEMENT
Kebetulan saya mungkin salah satu yang beruntung, ya. Saya tidak mengalami adanya kesenjangan gender yang menjadi isu dalam karier saya.
Mungkin juga dari perusahaan dari awal sudah memiliki komitmen bahwa kita tidak menilai karyawan berdasarkan gender, tapi berdasarkan kompetensinya. Dan ketika kompetensi menjadi tolak ukur dalam evaluasi, kesempatan yang diberikan merata. Mulai dari proses rekrutmen, hingga saat promosi.
Apa yang akan Anda katakan bagi perempuan yang ingin sukses berkarier di bidang STEM?
Saya tidak akan memberi pesan spesifik pada perempuan yang berkarier di bidang STEM saja, tapi untuk umum. Pesan saya hanya satu kata saja; Embrace.
Embrace itu maknanya sangat luas. Pertama embrace ketika kita melihat ada opportunity. Setelah opportunity itu dirangkul, lalu belajar. Karena jika opportunity sudah dirangkul, supaya berhasil, tentu harus belajar dan terus berusaha memberikan yang terbaik.
ADVERTISEMENT