Thando Hopa, Model Albino Pertama di Cover Majalah Vogue

18 April 2019 19:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Thando Hopa, Cover Model Albino Pertama di Majalah Vogue Portugal Foto: dok.Instagram Vogue &
zoom-in-whitePerbesar
Thando Hopa, Cover Model Albino Pertama di Majalah Vogue Portugal Foto: dok.Instagram Vogue &
ADVERTISEMENT
Majalah fashion dunia Vogue edisi Portugal, baru saja mencetak sejarah baru dengan menampilkan model albino pertama sebagai model sampul majalahnya.
ADVERTISEMENT
Model yang terpilih tersebut adalah Thando Hopa, model albino asal Afrika Selatan.
Dalam postingan Instagramnya, Thando pun menyatakan rasa gembiranya.
"Saya pernah berkata kepada seorang teman dekat bahwa akan sangat menyenangkan jika melihat seorang perempuan albino di majalah Vogue. Saya pun tidak menyangka bahwa perempuan itu adalah saya sendiri," ujar Thando di postingan Instagramnya.
Ia pun melanjutkan bahwa ini menjadi momen yang paling dinanti dan sangat emosional.
"Saya merasa sangat emosional, karena saya melihat bagaimana pergerakan ini dan dapat menjadi bagian dari sebuah cerita progresif dan naratif. Saya mendapat tempat dalam karier saya, di mana saya mengapresiasi setiap spesimen dari tubuh yang saya miliki dan mengetahui kemana saya pergi, keberadaan saya, seperti apa adanya, selalu dan akan selalu cukup," tulis Thando di akun Instagram-nya @thandohopa.
ADVERTISEMENT
Dalama edisi Vogue Portugal kali ini, Thando dipilih untuk mewakili tema 'Africa Motherland', yang menyoroti Afrika sebagai tempat lahirnya kemanusiaan.
Ia juga bercerita mengenai pengalamannya sebagai perempuan dengan kulit albino. Model berusia 30 tahun tersebut tidak mau menganggap kelainan pigmen yang dimilikinya sebagai suatu kekurangan. Baginya ini merupakan suatu kelebihan yang dapat mendukung karier dan mendorong Thando menjadi aktivis. Salah satu satunya untuk meluruskan anggapan albinisme sebagai tren.
"Aku tidak berpikir bahwa tubuh manusia harus disebut sebagai tren. Aku punya masalah serius dengan orang yang menganggap albinisme sebagai sebuah tren. Atau orang-orang yang mengatakan 'keren untuk menjadi orang kulit hitam saat ini'. Tubuh manusia itu bukan barang sekali pakai," ujarnya.
ADVERTISEMENT