Tips Menghadapi Generasi Milenial dalam Dunia Kerja

7 September 2018 10:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Karyawan Sejahtera (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Karyawan Sejahtera (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Saat ini, industri startup dan e-commerce menjadi ranah yang diisi oleh sebagian besar generasi milenial. Industri yang bergerak serba cepat dan dinamis ini menjadi ranah yang kian digandrungi generasi milenial yang mencintai kebebasan dan terkenal peka terhadap teknologi dan berpikiran global.
ADVERTISEMENT
Namun, menghadapi para milenial dalam dunia kerja bukanlah perkara mudah. Diperlukan beberapa trik tersendiri untuk bekerja dengan mereka.
Generasi milenial dikenal cenderung mencari sosok atasan yang hebat dan bisa memberi tantangan baru kepada mereka dengan cepat. Selain itu fleksibiltas juga menjadi hal yang didambakan generasi ini, mereka tak ingin merasa terikat dengan meja kerja di kantor.
Lantas bagaimana seharusnya memperlakukan generasi ini di dunia profesional?
Beberapa waktu lalu kumparanSTYLE berkesempatan berbincang dengan Christin Djuarto yang menjabat sebagai Director Shopee Indonesia. Perbincangan tersebut begitu menarik karena sosok perempuan kelahiran Medan tersebut merupakan generasi milenial yang juga membawahi ribuan karyawan dari kalangan milenial sepertinya.
Christin Djuarto, Director Shopee Indonesia (Foto: dok. Nadia K Putri / kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Christin Djuarto, Director Shopee Indonesia (Foto: dok. Nadia K Putri / kumparan)
Bagi Christin, melakukan segala kebaruan dan memberi ruang bagi milenial untuk belajar segala hal baru dengan cepat merupakan kunci utama menghadapi generasi ini.
ADVERTISEMENT
"Pada dasarnya generasi milenial itu ingin bergerak cepat, mereka cepat bosan dan ingin belajar sesuatu yang baru secara cepat," tutur Christin.
Di dunia profesional yang terdiri dari banyak rekan kerja yang memiliki usia tak jauh beda dengannya, membuat Christin semakin mudah memahami karakteristik karyawannya.
"Jadi kami usahakan sebisa mungkin, masing-masing karyawan kami mendapat sesuatu yang baru. Misalnya dari saya sendiri membuat policy untuk menyarankan karyawan yang memang ingin pindah divisi lain untuk mengembangkan diri. Saya akan menyemangati mereka jika sekiranya ada posisi yang cocok baik dari segi minat dan kapasitas mereka," lanjut Christin.
Christin menekankan komunikasi amat penting di sini, untuk menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan produktif. Sehingga saling mengetahui apa yang karyawan inginkan dan bagaimana kontribusi mereka ke perusahaan. Sehingga akan tercipta simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.
com-Karyawan terbaik (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Karyawan terbaik (Foto: Thinkstock)
"Kadang si anak (karyawan) ini ingin belajar hal yang baru, tapi dia tidak tahu apa. Oleh karena itu, kami akan memberi tahu mereka dan memberi saran kira-kira posisi apa yang dapat mereka coba untuk mengembangkan diri," jelas Christin.
ADVERTISEMENT
Memang bukan hal yang mudah jika kebijakan yang dilakukan Christin ini diberlakukan untuk 1600 karyawan yang mayoritas adalah generasi milenial. Namun sebisa mungkin, ia memberi ruang kepada bawahannya untuk berkembang dengan berbagai cara lain.
"Misalnya jika ada suatu project, kami tidak melulu mematok atau membatasi kerja mereka seperti apa. Jadi kami buat job scalenya lebih fleksibel dengan ini karyawan juga lebih dapat mengeksplor diri mereka," tutupnya.