Vegan Fashion Week Hadir untuk Pertama Kali di Los Angeles

7 Februari 2019 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vegan Fashion Week 2019. Foto: @veganfashionweek/ Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Vegan Fashion Week 2019. Foto: @veganfashionweek/ Instagram
ADVERTISEMENT
Upaya pelestarian lingkungan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menggelar acara yang berhubungan dengan industri fashion. Dan untuk pertama kalinya, hadir pekan mode bertajuk Vegan Fashion Week (VFW) yang diselenggarakan di Natural History Museum, Los Angeles, Amerika Serikat. Acara mode yang digelar selama empat hari mulai 1-4 Februari 2019 ini dirancang sebagai wadah dan bentuk apresiasi terhadap brand dan pelaku industri fashion yang memegang konsep sustainability. Selain itu, VFW juga bertujuan untuk melestarikan hewan dengan tidak menjadikan mereka sebagai bahan dasar material fashion dan juga sebagai upaya menghentikan eksploitasi hewan dalam segala aspek. Diinisiasi dan dikuratori oleh Emmanuelle Rienda, perempuan pejuang pelestarian hewan dan aktivis vegan fashion, acara ini menyuguhkan pengalaman baru dalam menikmati pagelaran fashion. “Saya dulu mempromosikan fast fashion, penggunaan hewan dalam berbagai produk, dan menjual material berbahan kulit hewan di department store,” tutur Rienda saat menceritakan gaya hidupnya sebelum menjadi aktivis vegan fashion seperti dikutip dari New York Times. Lewat Vegan Fashion Week, ia berharap dapat membawa acara ini ke kota-kota lain, serta membuat masyarakat lebih sadar dan peduli dengan lingkungan, terutama hewan dalam memilih produk fashion yang akan dibeli.
Altiir, salah satu vegan fashion label. Foto: dok. Altiir
Pada saat fashion show, para model berjalan di runway mengenakan biker jacket berbahan kulit sintetis berwarna emas dari Altiir, perusahaan yang memproduksi barang mewah berbasis sustainability. Mereka juga mengenakan koleksi sepatu olahraga yang solnya terbuat dari plastik berbahan dasar jagung dari label Mink. Dalam VFW, terdapat 54 perusahaan vegan yang turut berpartisipasi. Di sini, ada berbagai produk fashion yang dibuat dengan memperhatikan etika fashion dan tetap terlihat menarik yang tak kalah dengan brand-brand ternama. Salah satunya adalah sebuah perusahaan bernama Enda. Mereka menyediakan produk fashion yang terbuat dari bulu-bulu berbahan akrilik dan wol yang dapat dicuci dengan mesin tanpa khawatir akan rusak karena bahannya tidak terbuat dari bulu hewan asli.
ADVERTISEMENT
Enda banyak diproduksi di Italia. Brand ini didirikan oleh Ran Enda yang dulu pernah bekerja untuk Ralph Lauren. “Dulu kami banyak mengenakan bulu dan kulit hewan, dan saya merasa sangat sulit menerima karena itu tidak sejalan dengan apa yang saya yakini,” tuturnya seperti dikutip dari New York Times. Meski baru digelar pertama kalinya, VFW mendapat respon yang sangat baik, tidak hanya oleh berbagai rumah mode, desainer, tetapi juga pencinta fashion yang berkomitmen menjalankan gaya hidup yang sustainable.
Jika beberapa desainer baru memulai brand vegan-nya baru-baru ini, berbeda dengan Rebecca Mink. Mantan fashion stylist ini telah mendirikan Mink, label fashion yang berkonsep vegan sejak tahun 2000. Selain memproduksi sepatu pumps dan heels yang berkelas, Mink juga mendesain boots khusus untuk Miley Cyrus yang sudah menerapkan gaya hidup vegan sejak lama. Untuk Miley, Mink membuat sepatu boots bermotif kulit ular sintetis yang dipakai oleh Miley saat tampil di acara Saturday Night Live dan sebuah sepatu berwarna emas yang dikenakan ketika Met Gala. Vegan fashion memang sudah ada sejak lama. Namun masyarakat tidak banyak tahu karena pemahaman tentang konsep tersebut masih minim. Selain itu, para pelaku industri mode juga banyak yang belum sadar akan pentingnya menjalankan ethical fashion dalam bisnis mereka. Dulu produk vegan kerap disebut sebagai barang imitasi karena meniru produk lain yang berbahan kulit asli. Mereka juga menduduki kelas kedua di industri fashion. Namun seiring berjalannya waktu dan semakin berkembangnya teknologi, produk kulit dan bulu sintetis tidak lagi bisa dibedakan. “Dulu, kami menyebut produk kulit sebagai faux leather atau kulit imitasi, tetapi kami tidak ingin itu menjadi barang imitasi atau palsu. Kini saat orang melihat koleksi dompet kami, mereka tidak dapat membedakan apakah itu terbuat dari kulit atau tidak,” ungkap Silvia Gallo, presiden dari perusahaan tas mewah berbasis vegan di Montreal. Lewat Vegan Fashion Week diharapkan para pelaku industri mode tidak hanya dapat menghasilkan produk yang ramah lingkungan, tetapi juga perlahan-lahan dapat mengubah gaya hidup masyarakat dunia. Pasalnya, dalam hal ini konsumen memiliki peran penting. Mereka bisa membantu mengubah bumi menjadi tempat tinggal yang lebih baik lewat pemilihan produk fashion yang mereka beli dan kenakan.
ADVERTISEMENT