Zeina Nassar dan Ceritanya Mengenakan Hijab sebagai Petinju di Jerman

30 Januari 2019 10:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zeina Nassar, petinju berhijab asal Jerman. (Foto: Instagram @zeina.boxer)
zoom-in-whitePerbesar
Zeina Nassar, petinju berhijab asal Jerman. (Foto: Instagram @zeina.boxer)
ADVERTISEMENT
Nama Zeina Nassar mungkin masih menjadi nama yang asing bagi Anda. Memulai kariernya sebagai petinju pada 2013 silam, ia merupakan petinju perempuan pertama yang bertanding mengenakan hijab di Jerman. Ia adalah sosok yang berperan mengubah peraturan berhijab dalam pertandingan tinju di Jerman.
ADVERTISEMENT
Awalnya, Nassar sempat dilarang untuk bertanding mengenakan hijab karena aturan dari International Boxing Association (Asosiasi Tinju Internasional) yang melarang penggunaan segala atribut keagamaan--termasuk hijab, dalam pertandingan.
Perjuangan perempuan berusia 21 tahun ini untuk bisa bertanding mengenakan hijab tidaklah mudah. Ia dan pelatihnya kerap menghadiri berbagai konferensi untuk mendesak perubahan aturan penggunaan hijab tersebut. Permohonan ini sempat menjadi isu perdebatan di dunia tinju Jerman.
Namun, berkat kerja keras, pembuktian, dan dukungan dari pelatih, ia sukses menjadi petinju berhijab yang menyabet berbagai penghargaan membanggakan. Ia menjadi juara Berlin Boxchampionship selama lima kali, dan mendapatkan posisi ketiga di Boxchampion of Germany 2017. Ia juga menjadi salah satu muse dalam kampanye Nike Pro Hijab yang diluncurkan pada 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
"Ini membuat saya sadar, apa yang saya perjuangkan bukanlah untuk diri saya sendiri, namun untuk semua perempuan berhijab yang merasa terbatasi. Ini (perubahan aturan) mungkin momen kemenangan di sepanjang karier saya," papar Nassar seperti dikutip dari Material Magazine.
Dalam ceritanya, ia harus membuktikan dirinya dua kali lebih keras dari rekan-rekan petinju lainnya, hanya karena ia mengenakan hijab.
"Saya tidak ingin dipandang sebelah mata hanya karena penampilan saya, atau hijab yang saya pakai. Jangan terpaku pada agama apa yang saya yakini (Islam), pada akhirnya, yang terpenting adalah bagaimana saya menjalani profesi ini (tinju)," ungkapnya kepada Fizzy Magazine.
Tentu, Nassar mengakui bahwa setiap ia menginjakkan kaki di atas ring pertandingan, selalu ada penilaian negatif dari orang-orang yang menyaksikan pertandingan. Namun, semua berubah ketika ia dinyatakan menang.
ADVERTISEMENT
"Saya melawan segala prasangka buruk seorang petinju dengan mengenakan hijab. Saya harus melawan stigma bahwa perempuan yang mengenakan hijab adalah seseorang yang tak berpendidikan atau dipaksa memakainya. Saya membuktikan mereka salah, bahwa hal tersebut sangatlah klise," tambahnya.
Kini, ia sedang memperjuangkan haknya dan petinju berhijab lainnya agar dapat bertanding di liga internasional. Ia berharap dapat mengubah aturan yang dibuat oleh International Boxing Association.
"Impian saya adalah untuk mengubah aturan internasional agar memungkinkan perempuan dari semua latar belakang untuk bisa bertarung. Anda harus berjuang untuk membuat suatu perubahan," tulis Nassar di unggahan Instagram pribadinya.
Penggunaan hijab di atas ring pertandingan memang masih menjadi isu yang dipermasalahkan hingga saat ini. Contohnya di 2016 silam, seorang petinju asal AS, Amaiya Zafar, dilarang berkompetisi di kejuaraan Nasional Sugar Bert Boxing di Florida.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, Michael Martino, direktur eksekutif dari International Boxing Association (Asosiasi Tinju Internasional) mengatakan bahwa penggunaan hijab dapat mengganggu masalah keamanan dan keselamatan dalam bertanding.
Namun, satu tahun kemudian, USA Boxing mencabut larangan pemakaian atribut agama dan Zafar dapat kembali bertanding mengenakan hijabnya.
Baik Nassar maupun Zafar berharap agar International Boxing Association dapat mengikuti langkah USA Boxing dalam merubah aturan kode etik atribut pakaian yang memperbolehkan penggunaan hijab saat bertanding. Dengan begitu, keduanya dapat ikut bertanding di Olimpiade 2020 mendatang.