3 Kecurangan yang Paling Sering Terjadi di Aplikasi Grab

13 Maret 2019 19:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan transportasi online, Grab. Foto: Muhammad Fikrie/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan transportasi online, Grab. Foto: Muhammad Fikrie/kumparan
ADVERTISEMENT
Transportasi online menjadi pilihan para pekerja dengan mobilitas tinggi karena dianggap efektif dan efisien. Tapi di balik manfaatnya, kerap terjadi kecurangan yang dilakukan oknum mitra pengemudi transportasi online, misalnya di aplikasi Grab.
ADVERTISEMENT
Perusahaan ini mengakui bahwa pihaknya kerap kali menemukan mitra pengemudi yang berbuat kecurangan. Wui Ngiap Foo, Head of User Trust Grab, mengungkap bahwa ada tiga kecurangan yang paling sering terjadi di aplikasi Grab.
“Penipuan kalau dibagi di sektor penipuan transportasi online adalah penipuan perjalanan, transaksi palsu, dan aplikasi yang dimodifikasi,” ungkap Foo, dalam acara jumpa pers di Jakarta, Rabu (13/3).
Penipuan perjalanan alias fake rides adalah ketika mitra pengemudi menggunakan GPS palsu atau yang dikenal dengan 'Tuyul'. Dalam kasus ini, mitra pengemudi menggunakan GPS palsu dan telepon yang dimodifikasi untuk memalsukan perilaku pengemudi untuk menyelesaikan perjalanan yang tidak pernah ia lakukan.
Head of User Trust Grab, Wui Ngiap Foo. Foto: Grab Indonesia
Sementara transaksi palsu ialah aktivitas penyalahgunaan insentif dengan cara menyiapkan beberapa perangkat smartphone dan akun Grab. Mitra akan berpura-pura melakukan banyak perjalanan yang dibayar secara tunai untuk mendapatkan insentif dari perjalanan yang mereka order kepada dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sementara aplikasi modifikasi adalah penggunaan aplikasi palsu atau aplikasi ilegal menyerupai aplikasi Grab. Biasanya aplikasi ini didapatkan dari luar platform Google Play Store dan Apple App Store resmi.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Teguh Arifiyadi, Kepala Subdirektorat Penyidikan Kominfo, yang pernah melakukan survei dadakan di lapangan. Ia menemukan 7 dari 9 pengemudi ojek online pernah menggunakan GPS palsu.
“Ini adalah masalah serius. Kerugian dari penipuan ini memang sangat kecil dibandingkan penipuan lain. Di tempat kami bahkan kurang dari 1 persen dari sektor ride hailing, tapi bukan berarti fraud di sini enggak ada,” ujar Teguh.
Head of User Trust Grab Wui Ngiap Foo, Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, dan Teguh Arifiyadi Kepala Subdirektorat Penyidikan Kominfo. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengakui bahwa begitu banyak pihak yang dirugikan jika penipuan tidak diberantas dan Grab menjadi salah satu korban dari penipuan itu.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, Grab seringkali terkena kasus mitra ‘nakal’ yang menggunakan GPS palsu alias tuyul untuk mendapatkan pemasukan. Hal itu berhasil ditangani dengan program 'Grab Lawan Opik' yang diklaim mampu menekan angka kecurangan hingga kurang dari 1 persen.
“Apa yang dirugikan dengan fraud, tentunya konsumen. Kemudian mitra yang lainnya, karena terjadi persaingan yang tidak sehat. Transaksi, yang dirugikan adalah perusahaan dan juga investor sehigga ini menjadi bagian yang penting,” tegas Ridzki.
Hingga saat ini, Grab masih terus melakukan pengembangan pada sektor keamanannya. Penyedia aplikasi super ini bahkan baru saja meluncurkan teknologi keamanan yang bisa digunakan oleh para mitra bisnisnya. Layanan tersebut bernama Grab Defence.
Perusahaan transportasi online Grab. Foto: Edgar Su/Reuters
Grab Defence memungkinkan para mitra Grab memanfaatkan kemampuan data Grab sehingga mereka bisa mengurangi tindak kecurangan untuk memperkuat ekosistem teknologi dan arus transaksi di dalam platform-nya. Teknologi keamanan ini juga bisa diintegrasikan ke dalam platform mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Dengan segala kecurangan yang terekam di aplikasi Grab, teknologi mesin perusahaan berhasil membangun sebuah database yang bisa digunakan oleh pihak lain. Grab ingin menjadi pihak yang membantu platform lain mencegah kerugian yang mungkin terjadi di platform lain.