5 Fakta soal Proyek 'Tol Langit' Palapa Ring

14 Oktober 2019 12:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi internet. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi internet. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo akhirnya meresmikan proyek pembangunan jaringan serat optik Palapa Ring atau dikenal juga sebagai 'tol langit' pada Senin (14/10). Dengan begitu, cakupan jaringan internet cepat di Indonesia akan lebih luas lagi setelah Palapa Ring dioperasikan secara luas.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Jokowi sedikit mengungkap sulitnya membangun jaringan Palapa Ring yang membentang dari ujung barat hingga timur Indonesia. Ia menuturkan pembangunan Palapa Ring di Indonesia memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi dibandingkan wilayah lain.
"Medannya sangat berat sekali dan tidak semua menggunakan fiber optik, banyak yang menggunakan antena besar atau Microwave dan membawa ke tempat-tempat yang ingin didirikan menaranya juga tidak mudah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, ini sangat berbeda negara kita besar dan luas," ungkapnya, di Istana Negara Jakarta, Senin (14/10).
Palapa Ring termasuk ke dalam salah satu proyek strategis nasional yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksana Proyek Strategis Nasional. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dari Kominfo menjadi pihak yang menggarap proyek Palapa Ring.
ADVERTISEMENT
Berikut fakta-fakta tentang proyek Palapa Ring yang baru saja diresmikan.
1. Nama Palapa Ring
Peta proyek Palapa Ring. Foto: Kominfo
Nama Palapa Ring diambil dari dua istilah, yakni Palapa dan Ring. Palapa di sini merujuk pada Sumpah Palapa dari Gajah Mada yang ingin menyatukan Nusantara, sedangkan Ring maksudnya adalah secara teknis jaringan ini akan berbentuk seperti cincin yang saling terhubung satu sama lain.
Kemudian, ada istilah unik yang ditujukan untuk Palapa Ring ini. Menkominfo Rudiantara menyebutnya sebagai 'tol langit' yang merupakan perumpamaan dari sinyal yang digambarkan berada di langit dan Palapa Ring menjadi lalu lintas sinyal internet tanpa hambatan.
Istilah 'Tol Langit' mencuri perhatian masyarakat Indonesia saat diperbincangkan dalam debat ketiga Pilpres 2019 lalu.
2. Luas jangkauan
Menkominfo Rudiantara bersama PT Palapa Ring Barat. Foto: Kominfo
Palapa Ring terdiri dari tiga bagian, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Sesuai namanya, masing-masing berfokus pada tiga wilayah yang berbeda. Palapa Ring Barat untuk Indonesia bagian barat, Palapa Ring Tengah untuk Indonesia bagian tengah, sedangkan Palapa Ring Timur untuk Indonesia bagian timur. Ada 90 Kabupaten/Kota di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dilintasi jaringan Palapa Ring.
ADVERTISEMENT
Total kabel serat optik yang dibangun untuk Palapa Ring ini mencapai sekitar 12.148 kilometer, yang 7.862 kilometer di antaranya melintasi laut. Kabel serat optik Palapa Ring mengitari tujuh pulau, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku, serta satu backhaul untuk menghubungkan semuanya.
Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Tengah telah rampung dibangun dan sudah mulai dioperasikan. Kabel optik Palapa Ring Barat sendiri memiliki panjang 2.275 kilometer yang menjangkau wilayah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau. Palapa Ring Barat telah mulai beroperasi sejak Maret 2018 lalu.
Sementara itu, Palapa Ring Tengah dibangun sepanjang 2.995 kilometer dan telah beroperasi sejak Desember 2018. Palapa Ring Tengah mencakup Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Palapa Ring Timur memiliki panjang 6.876 kilometer dan selesai dibangun pada Agustus 2019. Palapa Ring Timur menjangkau Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua, dan Papua Barat, terdiri dari 35 kabupaten/kota layanan dan 16 kabupaten/kota interkoneksi.
3. Skema pembiayaan
Presiden Jokowi memberikan sambutan dalam peresmian Palapa Ring di Istana Negara. Foto: Fahrian Saleh/kumparan
Pembangunan Palapa Ring dilakukan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau Public Private Partnership (PPP). Dengan skema pembiayaan seperti ini, dianggap tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan berutang.
Pembiayaan Palapa Ring menggunakan skema availability payment, yang memungkinkan pemerintah memulai pembayaran penggantian modal yang ditanamkan investor setelah proyek beroperasi. Biaya penggelaran jaringan akan ditanggung oleh pemenang tender atau swasta.
Setelah proyek selesai dan sudah mulai beroperasi, pemerintah baru mulai mengucurkan biaya pengganti yang dicicil selama 15 tahun. Selanjutnya setelah lunas, infrastruktur Palapa Ring akan sepenuhnya milik pemerintah.
ADVERTISEMENT
Pemerintah menggunakan dana Universal Service Obligation (USO) untuk operasional Palapa Ring. Dana USO merupakan dana kontribusi perusahaan telekomunikasi dengan bobot 1,25 persen dari total pendapatan setiap kuartal.
Dari situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, nilai proyek Palapa Ring mencapai Rp 7,63 triliun. Secara rinci terbagi tiga, Palapa Ring Barat Rp 1,2 triliun, Palapa Ring Tengah Rp 1,3 triliun, dan Palapa Ring Timur Rp 5,13 triliun.
4. Kecepatan internet
Rudiantara dan Kominfo uji jaringan Palapa Ring dengan video call dua orang nelayan di Kepulauan Natuna. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Kapasitas jaringan Palapa Ring di awal ini adalah sebesar 100 Gbps. Apabila dirasa kurang, BAKTI mengatakan bisa menyiapkan kapasitas yang lebih besar karena isi dari kabel optiknya sendiri ada 24 core dan untuk saat ini yang dipakai baru 1 core. BAKTI yakin konsep jaringan serat optik akan bertahan 10 sampai 25 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Setiap pengguna jasa penyediaan kapasitas lebar pita atau bandwidth dapat menggunakan masing-masing kapasitas sebesar maksimal 10 Gbps (untuk segmen jaringan serat optik, baik serat optik darat maupun serat optik bawah laut).
Palapa Ring memiliki konsep seperti membuat jalan tol. Pengguna dari jalan tol ini yang secara langsung adalah operator telekomunikasi. Nantinya, operator-operator ini akan memanfaatkan jalan tol itu dan menjual layanannya ke masyarakat.
5. Hambatan pembangunan
Menkominfo Rudiantara melakukan uji coba Palapa Ring Timur di Nunukan, Kalimantan Utara, pada Sabtu (31/8). Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
Pembangunan Palapa Ring paket Timur terbilang lama dibanding paket Barat dan Tengah, yang masing-masing sudah rampung pada Maret 2018 dan Desember 2018. Alasannya, banyak hambatan yang ditemui dalam membangun paket Timur sehingga proses pengerjaannya memakan waktu yang lebih lama.
Menkominfo Rudiantara bercerita soal kesulitan yang dihadapi untuk proyek yang menghubungkan koneksi layanan internet cepat di wilayah timur Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
"Coba saja (bayangkan) di Papua ada gunung yang harus kita pasangi tower itu enggak ada jalannya. Satu-satunya jalan pakai helikopter. Jadi harus babat hutan dulu untuk fondasi tower dan parkir helikopter, terus begitu bolak-balik. Kami pun tidak menyerah," ungkapnya.
Medan yang sulit menjadi kendala terbesar membangun Palapa Ring Timur di Papua. Tim teknisi harus mendaki gunung untuk membangun tower-tower yang nantinya akan saling terhubung dengan kabel serat optik di bawahnya. Untuk membangun itu, mereka perlu membabat sedikit lahan hutan untuk fondasi dan jalan setapak.
Pembangunan Palapa Ring Timur tidak hanya menggunakan kabel serat optik darat dan bawah laut saja, tapi juga segmen jaringan radio microwave sebanyak 55 hop. Pembangunan Palapa Ring Timur selesai pada Agustus 2019.
ADVERTISEMENT