Ada Lubang Baru di Atmosfer Matahari yang Dapat Pengaruhi Bumi

26 November 2017 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lubang Baru di Atmosfer Matahari (Foto: NASA/GSFC/Solar Dynamics Observatory)
zoom-in-whitePerbesar
Lubang Baru di Atmosfer Matahari (Foto: NASA/GSFC/Solar Dynamics Observatory)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Observatorium Dinamika Matahari NASA berhasil menangkap gambar ultraviolet Matahari. Gambar itu memperlihatkan adanya sebuah lubang di atmosfer Matahari atau korona.
ADVERTISEMENT
Menurut pernyataan NASA, sebagaimana dikutip dari Space.com, Senin (20/11), lubang di bagian korona Matahari itu disebabkan oleh dinamisnya pergerakan medan magnet Matahari.
Pergerakan dinamis medan magnet bintang induk tata surya kita itu tidak hanya membuka lubang sementara di korona. Bintik hitam dan jilatan api Matahari juga merupakan efek lain dari fenomena pergerakan dinamis medan magnet itu.
Menurut Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (Space Weather Prediction Center/SWPC), lubang di korona Matahari yang bisa disamakan dengan lubang ozon Bumi itu dapat membuat partikel-partikel dari Matahari lepas dan bergerak keluar lebih cepat dibanding akibat pergerakan angin Matahari biasa.
Partikel-partikel ini dikhawatirkan dapat mengganggu lapisan magnetosfer (lapisan medan magnet yang menyelubungi) Bumi dan merusak satelit-satelit serta jaringan listrik lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, partikel berenergi tinggi dari matahari itu juga menjadi salah satu penyebab terjadinya aurora langka di Amerika Utara yang sempat menghebohkan dunia media sosial AS pada 9 November lalu.
Ilustrasi Lubang di Atmosfer Matahari (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lubang di Atmosfer Matahari (Foto: NASA)
Menurut SWPC, lubang-lubang di korona Matahari akan semakin banyak terbentuk karena Matahari mulai memasuki periode Solar Minimum. Dalam siklus 11 tahun Matahari periode Solar Minimum akan terjadi pada 2019 hingga 2020.
Solar Minimum sendiri adalah periode ketika jumlah bintik dan jilatan api Matahari akan berkurang. Akan tetapi, menurut peneliti NASA, Dean Pesnell, perubahan tersebut akan diikuti dengan terbentuknya lubang-lubang korona dalam jumlah yang lebih banyak dan durasi yang lebih panjang, yakni sekitar enam bulan lebih lama dibanding biasanya.
Selain itu, selama periode tersebut jumlah radiasi cahaya kosmik yang mencapai bagian atas atmosfer bumi akan meningkat karena melemahnya medan magnet Matahari. Hal ini dapat membahayakan para astronot serta peralatan elektronik di atas sana.
ADVERTISEMENT