Alasan 'Mobile Legends' Tidak Masuk Asian Games 2018

6 Agustus 2018 17:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi game 'Mobile Legends: Bang Bang'. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi game 'Mobile Legends: Bang Bang'. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, eSports resmi menjadi salah satu cabang olahraga dalam Asian Games 2018 mendatang. Total ada enam game yang akan dipertandingkan dalam ekshibisi eSports Asian Games 2018 yang berasal dari genre yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Dari salah satu game tersebut, ada game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) populer yang ambil bagian dalam turnamen olahraga prestisius di benua Asia ini, yaitu 'Arena of Valor' atau biasa disingkat AoV.
Bagi masyarakat Indonesia, pemilihan AoV sebagai game MOBA yang dipertandingkan dalam Asian Games menjadi pertanyaan. Mereka mempertanyakan mengapa game MOBA yang sangat populer di Indonesia, 'Mobile Legends: Bang Bang', tidak masuk ke dalam ekshibisi eSports Asian Games 2018.
Melihat Asian Games adalah turnamen berskala besar, pertimbangan dipilihnya AoV ketimbang Mobile Legends adalah karena Mobile Legends hanya ramai di Indonesia saja, yang pemainnya memiliki antuasiasme tinggi.
Di sisi lain, AoV sudah cukup populer di berbagai negara di luar Indonesia yang basisnya cukup besar. Bahkan di China, yang merupakan asal dari kedua game tersebut, AoV lebih unggul dalam hal jumlah pemain ketimbang Mobile Legends.
Arena Of Valor (Foto: YouTube)
zoom-in-whitePerbesar
Arena Of Valor (Foto: YouTube)
AoV sudah memiliki kompetisi yang rutin digelar di berbagai negara, yang membuat game ini sudah cukup berpengalaman dalam pertandingan eSports. Hal ini menjadi pertimbangan lain kenapa AoV lebih dipilih dalam Asian Games 2018.
ADVERTISEMENT
Menurut data pada Desember 2017, AoV diperkirakan telah memiliki sekitar 200 juta pengguna aktif bulanan. Keberhasilannya sebagian besar disumbang oleh pengguna di China. Di negara tersebut, game AoV memiliki judul berbeda, yaitu Honor of Kings.
Sementara Mobile Legends, melalui Direktur Operasionalnya, Caya Yan, pada Juli lalu mengungkapkan jumlah pengguna aktif bulanannya di Asia Tenggara kini ada sebanyak 43 juta dan 50 persen di antaranya berasal dari Indonesia.
Pengunjung bermain game. (Foto: REUTERS / Mike Blake)
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung bermain game. (Foto: REUTERS / Mike Blake)
Hal lain yang mengganjal Mobile Legends adalah masalah hak cipta yang mereka hadapi dengan pengembang dan penerbit game 'League of Legends', Riot Games.
Pada 11 Juli 2017, Riot Games mengajukan gugatan terhadap Moonton, pengembang Mobile Legends, terkait penjiplakan beberapa sektor dalam game, termasuk peta permainan yang sangat mirip dengan League of Legends.
ADVERTISEMENT
Kemudian pihak Mobile Legends mengunggah bantahannya dalam posting Facebook, yang mengatakan jika game mereka dikembangkan secara independen oleh Moonton dan semua hak ciptanya telah didaftarkan serta dilindungi di berbagai negara.
Moonton menuduh media dan kompetitornya sengaja menyebarkan informasi yang menurutnya tidak benar untuk menjatuhkannya.
Selain AoV, lima game lain yang masuk dalam Asian Games 2018 adalah 'PES 2018', 'Heartstone', 'Clash Royale', 'League of Legends', dan 'StarCraft II'.
Komite Olimpiade Asia atau Olympic Council of Asia (OCA) sendiri telah menyepakati beberapa syarat khusus untuk game eSports yang dipertandingkan dalam Asian Games.
Beberapa syarat itu di antaranya adalah tidak ada unsur kekerasan, adu tembak yang mengarah ke terorisme, dan efek darah. Maka tidak aneh jika dalam gelaran ekshibisi eSports Asian Games 2018 ini tidak ada judul game seperti 'Counter-Strike: Global Offensive' (CS:GO) atau game fighting 'Tekken'.
ADVERTISEMENT