Apakah Batasan 5 Kali Forward Pesan WhatsApp Efektif Kurangi Hoaks?

22 Januari 2019 14:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
ADVERTISEMENT
Mulai Selasa (22/1), para pengguna WhatsApp akan merasakan hal yang berbeda dari aplikasi pesan instan milik Facebook ini. Bukan fitur baru, melainkan penerapan kebijakan baru terkait pesan terusan atau forward message yang mulai dibatasi.
ADVERTISEMENT
Kebijakan anyar ini akan membatasi sebuah pesan di WhatsApp hanya bisa diteruskan sebanyak lima kali. Penerapannya diharapkan dapat menekan distribusi berita palsu alias hoaks dan tidak menjadi viral.
Ketika seseorang mendapatkan sebuah pesan di WhatsApp, maka pesan itu hanya bisa diteruskan ke lima nomor kontak yang berbeda, baik itu individu maupun grup obrolan. Group chat di sini masih dinilai satu kali pesan terusan oleh WhatsApp, sekalipun grup tersebut diisi oleh 50 orang.
Tim kumparan sudah mendapatkan fitur terbaru ini dan menjajalnya. Ketika sebuah pesan akan di-forward ke lima orang sekaligus, maka pesan tersebut masih bisa diteruskan.
Tetapi ketika suatu pesan di-forward ke enam orang, maka bakal muncul sebuah pesan pop-up yang menyatakan "You can only share with up to 5 chats" atau "Anda hanya dapat berbagi dengan hingga 5 chat."
Notifikasi batas forward pesan di WhatsApp. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Notifikasi batas forward pesan di WhatsApp. (Foto: kumparan)
Menerka efektif atau tidak batasan 5 kali forward pesan WhatsApp untuk cegah hoaks
ADVERTISEMENT
Sebenarnya fitur ini telah diuji coba di India sejak pertengahan 2018, dan akhirnya diterapkan secara global, termasuk di Indonesia. Namun muncul pertanyaan apakah kebijakan baru ini akan efektif mengurangi peredaran berita palsu?
Menurut Vice President Public Policy & Communications WhatsApp, Victoria Grand, pembatasan lima kali pesan terusan telah berdampak pada perubahan perilaku pengguna WhatsApp. Perilaku forward pesan diklaim menurun sekitar 20 persen sejak kebijakan ini diuji coba di India pada pertengahan 2018 lalu.
Lebih lanjut, Victoria menjelaskan sebanyak 10 persen pesan yang ada di WhatsApp merupakan pesan terusan (forwarded) yang tidak tahu dari mana asal usulnya, sementara 90 persen pesan berasal dari kiriman personal atau one-to-one.
Menkominfo Rudiantara bersama Victoria Grand, VP Public Policy & Communications WhatsApp. (Foto: Kemkominfo)
zoom-in-whitePerbesar
Menkominfo Rudiantara bersama Victoria Grand, VP Public Policy & Communications WhatsApp. (Foto: Kemkominfo)
Kondisi ini membuat informasi hoaks yang tersebar lewat pesan terusan sulit dikendalikan. Melihat itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara optimis dengan adanya kebijakan baru WhatsApp ini akan mengurangi viralitas pesan berisi informasi hoaks.
ADVERTISEMENT
"Mengapa kita harus membatasi pesan forward ini? Ini untuk mengurangi potensi viralnya hoaks," kata Rudiantara dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (21/1). "Saya menghormati kebijakan ini dari WhatsApp."
Batasan 5 kali forward pesan di WhatsApp masih bisa diakali
Sementara di sisi lain, pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai pembatasan pesan terusan yang dilakukan oleh WhatsApp belum begitu berpengaruh dalam mengurangi penyebaran informasi palsu. Hal tersebut dikatakan masih ada cara lain dalam melakukan pesan terusan.
"Dari sisi teknis sebenarnya tidak terlalu berpengaruh kalau memang yang mau forward tidak bisa. Dia akan melakukan copy-paste secara manual," katanya ketika dihubungi kumparan, Selasa (22/1).
Ilustrasi Whatsapp  (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Whatsapp (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
Meski begitu, Alfons menambahkan kebijakan ini akan membuat para pengguna WhatsApp berpikir dua kali untuk meneruskan pesan yang ingin dikirimnya. "Tapi setidaknya akan mengurangi pengguna-pengguna WhatsApp yang kebanyakan langsung forward tanpa pikir panjang," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Alfons juga melihat kebijakan ini bisa menekan pesan spam atau penipuan yang sering terjadi melalui pesan WhatsApp dengan iming-iming hadiah atau hal apapun yang sering kali menggunakan kata 'gratis'. Ia menjelaskan, oknum biasanya sengaja membuat pesan yang mengharuskan pengguna WhatsApp menyebarkan pesan tersebut agar bisa mendapatkan hadiah gratis.
"Ya sudah pasti pesan berantai dengan iming-iming voucher gratis atau apapun itu yang merupakan aksi jebakan untuk mendapatkan keuntungan finansial bisa berkurang," pungkasnya.