Biaya Tinggi Merawat BTS Telkomsel di Saumlaki

19 Agustus 2017 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan Alam di Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Alam di Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Telkomsel telah menyatakan komitmennya untuk menyediakan jaringan di seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali daerah perbatasan negara. Hal ini bisa dilihat di kota Saumlaki, Maluku Tenggara Barat (MTB), di mana di daerah terluar yang berbatasan dengan Australia itu kini telah tersedia jaringan 2G dan 3G dari Telkomsel. Ketersediaan itu berkat adanya 37 Base Transceiver Station (BTS) yang menjangkau 9 kecamatan di MTB. Ada 90 ribu pelanggan Telkomsel di kawasan ini yang mengandalkan kedua jaringan tersebut dan bahkan pengguna di kota Saumlaki bisa mengakses layanan streaming dan melakukan video call. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri dibutuhkan biaya yang tinggi untuk merawat BTS tersebut. Sejauh ini, listrik adalah pilihan sumber daya untuk BTS yang paling efisien. Tetapi menurut Oka Mahendra, Branch Manager Ambon Telkomsel, listrik di Saumlaki belum stabil dan beberapa kali sering mati lampu. Dalam kondisi seperti demikian, Oka berkata pihaknya harus menyediakan daya cadangan yang bisa berupa genset yang operasionalnya dijalankan oleh bahan bakar minyak solar. Harga solar itu sendiri tidak murah karena Telkomsel harus membayar solar untuk harga industri. Di Saumlaki sendiri, kata Oka, banyak BTS ditopang oleh panel surya yang dibekali baterai. Baterai tersebut akan menyimpan daya dari terik matahari dan akan dimanfaatkan pada saat malam hari. "Jika di daerah itu tidak ada listrik atau sebagai alternatif listrik, kita beroperasi mandiri dengan genset atau panel surya. Ada juga yang model kerja sama dengan pemerintah setempat sehingga daya listrik jadi di bawah tanggung jawab pemerintah setempat," terang Oka, kepada kumparan (kumparan.com). Hal inilah yang menyebabkan biaya perawatan dari BTS di sana menjadi tinggi, apalagi melihat besarnya dana yang harus dikucurkan untuk menghadirkan tenaga panel surya. "Cost-nya di daerah seperti Saumlaki jauh lebih mahal daripada lokasi lain, terutama untuk sewa satelit, pemenuhan kelistrikan, ini bisa berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan BTS yang lokasinya sudah ada PLN dan sudah didukung fiber optik," lanjutnya.
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel Saumlaki (Foto: Resnu Andika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel Saumlaki (Foto: Resnu Andika/kumparan)
Diketahui, kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya, belum terjamah oleh akses jaringan tulang punggung telekomunikasi fiber optik, sehingga Telkomsel mengandalkan jaringan tulang punggung berbasis satelit. Oka mengatakan, tim Telkomsel di sana secara rutin bekerja sama dengan pihak penyedia layanan untuk melakukan pemeliharaan BTS. Biaya perawatan ini tergantung dari biaya yang dibutuhkan untuk transportasi, tenaga ahli, sampai dengan bahan dasarnya.
ADVERTISEMENT
"Itu juga berdasarkan effort masing-masing. Jika effort besar, maka cost akan meningkat. Harga BBM pun di beberapa wilayah belum sama dengan tempat lain. Harga BBM Premium bisa seharga Pertamax. Memang high cost," kata Oka. Walau begitu, hal ini tidak menghentikan tekad Telkomsel untuk mewujudkan komitmennya dalam menyediakan jaringan di wilayah perbatasan. Mulai Juli, Telkomsel sudah meningkatkan kapasitas jaringan berbasis satelit sebanyak dua kali lipat dari kapasitas sebelumnya. Selain itu, Oka juga mengatakan Telkomsel sedang berencana untuk meningkatkan teknologi jaringan di Maluku Tenggara Barat menjadi 4G LTE. Rencananya, penerapan 4G di Saumlaki akan diwujudkan pada kuartal ketiga 2017.